Saat Dalih SMP Negeri di Banyuasin Terbongkar, Sebut Viral Perundungan Siswi Cuma Akting Mata Pelajaran
Video aksi bullying ini sempat viral di media sosial.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, membenarkan adanya perundungan yang dialami siswi salah satu SMP Negeri di Sekayu oleh beberapa teman kelasnya. Video aksi bullying ini sempat viral di media sosial.
Kepala Disdikbud Musi Banyuasin Iskandar Syahrianto mengatakan, awalnya pihak sekolah melaporkan video viral tersebut hanyalah sebuah akting dalam pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Sekolah menyebut proyek itu bertema 'Bangunlah Jiwa Raganya' dengan topik Stop Bullying.
- Bantah Ada Bullying di Sekolah, Begini Pembelaan SMA Binus Simprug
- Siswi SMP di Musi Banyuasin Di-bully 4 Teman Sekolah, Dianiaya hingga Disuruh Mencium Kaki Pelaku
- VIDEO: DPR Bikin Nadiem Syok Ungkap Marak Bullying, Kematian Pelajar hingga Biaya Sekolah Mahal
- Viral Siswi SMP Dibully dan Dianiaya Anak SD di Sumbar, Begini Kronologinya
Setelah diinvestigasi dan pemeriksaan korban serta pelaku, aksi tersebut ternyata benar adanya alias bukan akting. Fakta tersebut akhirnya tak bisa lagi dibantah pihak sekolah.
"Ternyata tindakan (perundungan) benar terjadi, bukan aktif P5," ungkap Kadisbud Musi Banyuasin Iskandar Syahrianto, Senin (9/9).
Iskandar menyesalkan aksi bully masih terjadi di kalangan pelajar. Hal ini menjadi perhatian bersama karena bullying sangat mempengaruhi mental anak-anak.
"Kami sesalkan masih terjadi, apalagi sekarang dalam proses assesmen nasional berbasis komputer. Kami tidak ingin terjadi lagi," kata Iskandar.
Dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Penjabat Bupati Musi Banyuasin Sandi Fahlepi datang ke sekolah tempat terjadinya aksi bullying. Sandi bahkan memimpin upacara bendera, Senin (9/9).
Sandi mengaku menyesalkan terjadinya kasus tersebut. Ia menyebut aksi itu memalukan dunia pendidikan dan menjadi sorotan banyak orang setelah videonya viral di media sosial.
"Sangat miris dan memalukan sekali kejadian yang viral kemarin di media sosial. Saya tidak ingin hal ini terjadi lagi," tegas Sandi.
Sandi menegaskan akan memberikan sanksi terhadap siapa pun jika kejadian itu kembali terulang. Guru dan kepala sekolah diminta lebih memperhatikan anak didik selagi berada di lingkungan sekolah.
"Kepada guru, saya ingatkan lebih memperhatikan anak-anak didik. Kalian digaji oleh negara, jadi bekerjalah dengan tugas fungsinya mendidik generasi penerus kita ini sebaik-baiknya," tegas Sandi.
Diketahui, perundungan terhadap korban terekam video dari ponsel salah satu pelaku. Alhasil, video berdurasi 3 menit menyebar luas di media sosial. Dalam video nampak korban, tak bisa berbuat apa-apa saat menjadi sasaran teman-teman sekelasnya. Dia dimaki dengan kata-kata kasar menggunakan bahasa setempat oleh para pelaku.
Korban juga dipaksa sujud dan mencium kaki pelaku. Kepalanya didorong ke bawah oleh salah satu pelaku, sementara pelaku lain tertawa. Kemudian pelaku lain sengaja mendorong temannya dengan tujuan menimpa badan korban. Saat rambut korban berantakan, pelaku memaksanya berkaca ke layar ponsel.
Ironisnya, beberapa teman-teman korban yang lain tidak memberikan pertolongan sama sekali. Ada yang hanya menonton, ada juga sibuk dengan kerjaannya tanpa menghiraukan kondisi korban.
Saudara perempuan korban, TR menjelaskan, keluarga kaget korban pulang dalam kondisi memprihatinkan.
TR mencontohkan, jilbab yang dikenakan sudah robek dan ada benjolan di kening adiknya. Korban juga mengalami sakit di pinggang akibat ditendang para pelaku.
Bahkan, korban memaksa keluarga memindahkannya ke sekolah lain. Setiap pergi ke sekolah, korban merasa ketakutan dan akhirnya tetap dipaksa berangkat.
"Adik saya mengaku dibully teman-temannya, dia bilang lima orang, dia takut dan mau pindah sekolah," kata TR, Jumat (6/9).
Di hari itu juga, orangtua korban ke sekolah untuk mempertanyakan masalah tersebut. Hanya saja, pihak sekolah menganggap hal biasa dan diselesaikan tanpa solusi.
Keluarga lebih kecewa lagi saat pihak sekolah dinilai menyepelekan kasus tersebut. Sekolah hanya memberi hukuman kepada para pelaku dengan mengerjakan tugas sekolah.
"Kok mereka (pihak sekolah) bisa sepele dengan mental anak-anak, masalahnya adik saya jadi takut setiap mau pergi sekolah karena terbayang-bayang ulah teman-temannya," kata TR.