Siswi SMP di Musi Banyuasin Di-bully 4 Teman Sekolah, Dianiaya hingga Disuruh Mencium Kaki Pelaku
Keluarga memilih melapor ke polisi setelah menilai pihak sekolah anggap sepele dengan permasalahan ini.
Seorang siswi SMP di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, AY (14), menjadi korban perundungan empat teman sekolahnya. Perundungan itu direkam dengan ponsel dan videonya beredar di media sosial.
Korban telah melaporkan empat terduga pelaku ke polisi. Keempat terlapor masing-masing adalah WN, BA, AN, dan RW. Semuanya siswi sekelas dengan korban.
Kuasa hukum korban, Zulfatah menyebut laporan disampaikan ke SPKT Polres Musi Banyuasin pada Sabtu (7/9). Laporan diterima dan tengah diproses penyidik.
Zulfatah menjelaskan, perundungan tersebut dilakukan dalam kelas salah satu SMP Negeri di Sekayu, Musi Banyuasin, pada 27 Agustus 2024. Para terlapor memaki, menendang, memukul, hingga menjambak rambut kliennya secara bersama-sama.
"Setelah diskusi, keluarga memilih melanjutkan kasus ini ke ranah hukum. Klien saya dan keluarganya ingin para terlapor diproses secara hukum," ungkap kuasa hukum korban, Zulfatah, Senin (9/9).
Salah satu pelapor disebut Zulfatah merekam perundungan itu menggunakan ponsel. Alhasil, video menyebar luas di media sosial yang menjadikan psikologis kliennya semakin tertekan.
Aksi kekerasan fisik dan verbal itu membuat korban merasa takut berangkat sekolah. Dia meminta orang tua memindahkannya ke sekolah lain, padahal korban berstatus siswa pindahan dari Bandung, Jawa Barat.
"Klien saya sekarang takut-takut ke sekolah, dia khawatir kembali di-bully, apalagi para pelaku hanya di-sanksi kerjakan tugas sekolah oleh gurunya," kata Zulfatah.
Sekolah Hanya Memberikan Hukuman Tugas
Diketahui, perundungan terhadap korban terekam video dari ponsel salah satu pelaku. Alhasil, video berdurasi 3 menit menyebar luas di media sosial.
Dalam video tampak korban tak bisa berbuat apa-apa saat menjadi sasaran teman-teman sekelasnya. Dia dimaki para pelaku dengan kata-kata kasar menggunakan bahasa setempat.
Korban juga dipaksa sujud dan mencium kaki pelaku. Kepalanya didorong ke bawah oleh salah satu pelaku, sementara pelaku lain tertawa.
Pelaku lain sengaja mendorong temannya dengan tujuan menimpa badan korban. Saat rambut korban berantakan, pelaku memaksanya berkaca ke layar ponsel.
Ironisnya, beberapa teman-teman korban yang lain tidak memberikan pertolongan sama sekali. Ada yang hanya menonton, ada juga sibuk dengan kerjaannya tanpa menghiraukan kondisi korban.
Saudara perempuan korban, TR menjelaskan, keluarga kaget saat korban pulang dalam kondisi memprihatinkan. TR mencontohkan, jilbab yang dikenakan sudah robek dan ada benjolan di kening adiknya. Korban juga mengalami sakit di pinggang akibat ditendang para pelaku.
Bahkan, korban memaksa keluarga memindahkannya ke sekolah lain. Setiap pergi ke sekolah, korban merasa ketakutan dan akhirnya tetap dipaksa berangkat.
"Adik saya mengaku di-bully teman-temannya, dia bilang lima orang, dia takut dan mau pindah sekolah," kata TR, Jumat (6/9).
Di hari itu juga, orang tua korban ke sekolah untuk mempertanyakan masalah tersebut. Namun, pihak sekolah menganggap hal itu biasa dan diselesaikan tanpa solusi.
Keluarga lebih kecewa lagi saat pihak sekolah dinilai menyepelekan kasus tersebut. Sekolah hanya memberi hukuman kepada para pelaku dengan mengerjakan tugas sekolah.
"Kok mereka (pihak sekolah) bisa sepele dengan mental anak-anak, masalahnya adik saya jadi takut setiap mau pergi sekolah karena terbayang-bayang ulah teman-temannya," kata TR.