Sekolah Pribadi Depok sebut tudingan keterkaitan Gulen adalah fitnah
"Rilis yang dikeluarkan KBRT berisi tudingan tidak berdasar dan sangat tidak beretika," kata Ari Rosandi
Pihak Yayasan Yenbu Indonesia yang menaungi Sekolah Pribadi akhirnya angkat bicara soal isu yang mengaitkan dengan gerakan Fethulla Gulen. Dengan tegas, yayasan membantah bahwa Sekolah Pribadi ada kaitannya dengan gejolak yang terjadi di Turki.
"Rilis yang dikeluarkan KBRT berisi tudingan tidak berdasar dan sangat tidak beretika dengan menyebut langsung nama-nama sekolah kami," kata juru bicara Yayasan Yenbu Indonesia, Ari Rosandi, Jumat (29/7).
Ari menjelaskan, dengan menyebut nama-nama sekolah secara umum dan mengaitkannya dengan jaringan terorisme seperti yang disebutkan dalam rilis KBRT, hal itu dianggap sebagai fitnah yang sangat keji. Dia menilai, fitnah tersebut jauh dari norma hukum serta etika dan dapat merusak citra sekolah-sekolah.
"Untuk menjaga nama baik sekolah-sekolah kami maka kami akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan secara terukur terhadap KBRT, sesuai hukum, norma dan etika yang berlaku," tegasnya.
Lebih lanjut diungkapkan, tidak pantas kalau Turki ikut campur urusan dalam negeri Indonesia. Terlebih sampai menuding bahwa sekolahnya terkait dengan kudeta Turki.
"Indonesia adalah negara yang sangat demokratis dan memiliki kedaulatan sendiri serta selalu menjadikan hukum sebagai landasan utamanya. Tidak sepantasnya Negara Turki melalui perwakilannya di Indonesia mencampuri urusan yang bukan kewenangannya dengan menuding tanpa dasar kepada sekolah-sekolah kami seperti yang ditulis dalam Rilis tersebut," jelasnya.
Dia menambahkan, sebagai lembaga pendidikan yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lembaganya memiliki kebebasan untuk melakukan kerjasama dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dengan lembaga manapun di seluruh dunia. Termasuk lembaga-lembaga dari Turki.
Ari mengaku, yayasan-Yayasan tersebut pernah menjalin kerja sama selama kurang lebih 20 tahun dengan Pasiad, sebuah lembaga swadaya swasta dari Turki dan kerja sama tersebut juga diketahui dan mendapatkan rekomendasi resmi dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. Sampai akhirnya kerjasama ini selesai terhitung mulai tanggal 1 November 2015.
Namun dengan berakhirnya kerjasama tersebut, kata dia, maka sudah tidak ada lagi hubungan secara kelembagaan dengan lembaga Pasiad dari Turki. Selama bekerjasama dengan Pasiad, sekolah-sekolah beberapa kali mendapatkan kunjungan kehormatan dari para petinggi dari Pemerintah Turki beberapa tahun lalu.
"Meskipun sekolah-sekolah kami bukan lembaga pendidikan milik negara atau masyarakat Turki. Sebagai contoh, kunjungan Perdana Menteri Turki waktu itu, Yang Mulia Recep Tayip ErdoÄan ke Banda Aceh yang bertatap muka langsung dengan guru-guru serta siswa-siswa kami setelah kejadian bencana tsunami melanda Aceh pada tahun 2005," terang Ari.
"Kunjungan kehormatan Presiden Turki, Yang Mulia Abdullah Gül pada tahun 2011 ke Sekolah Kharisma Bangsa dan kunjungan kehormatan Yang Mulia Wakil Perdana Menteri Turki, Yang Mulia Bülent Arınç pada tanggal 10 Desember 2011 juga ke Sekolah Kharisma Bangsa. Dengan adanya kunjungan-kunjungan kehormatan tersebut kami yakini bahwa kerjasama dengan Pasiad sebelumnya telah memberikan kontribusi terhadap hubungan baik Indonesia dan Turki," pungkasnya.