Sepeda jadi Primadona di Tengah Pandemi
Sudah dua tahun Momo menerima jasa mengecat dan merakit sepeda. Tapi baru dua bulan ini, Mei sampai Juni, ia merasa kewalahan.
Sudah dua tahun Momo menerima jasa mengecat dan merakit sepeda. Tapi baru dua bulan ini, Mei sampai Juni, ia merasa kewalahan.
Ruang depan sampai ruang belakang bengkel miliknya, Momo Virus Paint (MVP) di Desa Ledug, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, dipadati oleh rangka-rangka besi sepeda. Sepeda-sepeda itu menunggu antrean untuk dijamah.
-
Apa yang terjadi pada jembatan kaca di Banyumas? Pecahnya wahana jembatan kaca di kawasan wisata Hutan Pinus Limpakuwus pada Rabu (25/10) mengundang perhatian banyak pihak.
-
Siapa Cecep? Cecep Abdullah berasal dari Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemuda 26 tahun ini sempat viral di media sosial lantaran berkeliling kampung untuk membersihkan masjid.
-
Siapa Serka Sudiyono? Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang.
-
Kapan Hari Bersyukur Sedunia diperingati? Hari Bersyukur Sedunia (World Gratitude Day) diperingati setiap tanggal 21 September.
-
Kapan jembatan kaca di Banyumas pecah? Pecahnya wahana jembatan kaca di kawasan wisata Hutan Pinus Limpakuwus pada Rabu (25/10) mengundang perhatian banyak pihak.
-
Bagaimana kondisi banjir di Semarang? Genangan banjir yang ada di Semarang cukup bervariasi antara 20 hingga 70 cm.
"Lima rangka sepeda itu baru selesai saya cat," kata Momo sembari mengarahkan jari telunjuknya ke atas lemari kayu.
Momo bercerita, hampir tiap hari, ia menerima 3-6 sepeda maupun rangka sepeda. Jasa yang seringkali ia terima, restorasi sepeda mini menjadi minion. Kata Momo, sepeda mungil yang khas dengan frame lengkung atau letter U ini, memang tengah digandrungi oleh banyak kalangan.
Biasanya, frame lengkung itu diminta agar dicat dengan warna-warna cerah. Selain itu, bagian-bagian sepeda diperbaharui seperti misalnya group set gigi mulai dari tuas rem, tuas pemindah gigi sampai pemindah rantai. Perakitan lengkap, sebab panjangnya antrean, membutuhkan waktu 2 pekan.
"Kalau hanya cat rangka saja, kurang lebih 3 hari selesai," kata Momo.
"Rangka sepeda itu sudah dua bulan di sini. Pemiliknya belum dapat suku cadang yang cocok karena mulai langka di pasaran," lanjut Momo sembari menunjuk salah satu rangka sepeda yang tergeletak di lantai.
Harga Suku Cadang
Disebabkan berderetnya antrean, Momo pun terpaksa mengubah pola pemberian jasa. Dulu, ia bersedia membantu pelanggan untuk mencari suku cadang. Tapi kini, ia menyarankan pelanggannya untuk mencari suku cadang sendiri. Pasalnya, harga suku cadang cepat berubah seiring maraknya pembelian sepeda.
"Harga suku cadang gak stabil. Stock juga sering kosong. Saya gak mau risiko dengan pelanggan," ujar Momo.
Amrizal, mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman yang jadi salah satu pelanggan Momo memahami lamanya pengerjaan perakitan itu. Ia pun mesti bersabar selama 2 bulan untuk merakit sepeda minion.
Amrizal bercerita mesti berburu suku cadang dari satu toko ke toko lain di perkotaan Purwokerto. Bahkan, ia mesti menyisir toko-toko daring. Satu bulan lebih, perburuannya selesai.
Kisah perburuan ini berawal dari rangka bekas sepeda mini merk Phoenix yang ia dapatkan seharga Rp250.00 di layanan jejaring sosial. Amrizal pun memulai merancang minion yang ia idamkan. Rangka yang telah pudar itu dicat ulang. Suku cadang ia lengkapi satu demi satu. Tak terasa, biaya yang ia keluarkan Rp4,5 juta.
"Baru saya pakai dua kali sepeda ini, dari rumah ke bengkel. Kesulitannya memang cari suku cadangnya. Tapi lucu juga, saya baru beli ban Rp250 ribu. Langsung ada yang nawar Rp500 ribu. Tapi saya gak mau jual lagi karena susah dapatnya," kata Amrizal.
Bersepeda, bagi Amrizal sudah menjadi bagian kegemaran di lingkungan keluarganya. Sejak sekolah menengah pertama, ia akrab dengan sepeda. Sedang ketertarikannya pada sepeda minion, memang baru. Tak ia pungkiri, keputusannya merakit sepeda minion karena kerap melihat foto-foto di aplikasi berbagi foto dan video.
Bentuk minion yang mungil, memantik Amrizal ingin memiliki sepeda mini ini. Tapi, ia ingin sepedanya agak berbeda dengan tampilan minion lain yang cenderung cerah. Amrizal justru memilih warna cenderung gelap untuk frame sepedanya.
"Saya sendiri malah belum foto dengan sepeda ini," gurau Amrizal.
Solusi Kejenuhan
Di Kabupaten Banyumas, sebagaimana juga di sejumlah daerah lain, bersepeda memang tengah digemari warga sebagai aktivitas olahraga luar ruang sejak masa kenormalan baru pandemi Covid-19. Tak sulit mendapati, orang-orang dewasa sampai anak-anak mengayuh sepeda di jalanan pemukiman maupun pinggiran jalan raya. Baik pagi, siang, sore atau malam hari, para pesepeda acapkali nampak.
Firdany, penghobi sepeda yang akrab disapa Cungkring, gemar memodifikasi sepeda mini. Empat sepeda mini bekas yang ia restorasi jadi minion telah terjual di kisaran harga masing-masing Rp3 juta. Menurutnya, sepeda minion digemari karena menuntut kreatifitas modifikasi yang unik serta estetik. Tantangannya, restorasi dan modifikasi tanpa mengorbankan nilai fungsi sepeda.
"Modifikasinya juga bisa dengan biaya rendah. Misalnya dengan menyisihkan uang Rp1 juta sudah bisa jadi minion. Jadi wajar saja jika saat ini paling digemari. Karena beli sepeda baru, dengan model yang cocok, harganya bisa lebih dari Rp1 juta," kata Firdany saat ditemui di kediamannya di Purwokerto Utara.
Dany punya pendapat, maraknya kegemaran bersepeda karena olahraga luar ruang ini adalah aktivitas yang menjawab kejenuhan setelah sekian lama mesti berada dalam rumah akibat pandemi Covid-19. Bersepeda di satu sisi jadi ajang rekreasi bersama keluarga atau kawan terdekat. Disisi lain juga aktivitas yang terkesan berkaitan dengan menjaga kebugaran.
"Meski akhir-akhir ini, terasa juga bersepeda itu jadi ajang panjat sosial di media sosial. Sulit jadinya membedakan bersepeda sebagai kebugaran atau citra diri akhir-akhir ini," kata Firdany.
Di aplikasi berbagi pesan foto dan video semisal, tak sulit menemukan foto seseorang yang berpose bersama sepeda di suatu tempat. Tak sulit pula, mendapati potongan video yang memperlihatkan aktivitas mengayuh sepeda baik kelompok maupun perorangan. Bahkan, bersepeda juga seakan jadi kegemaran massal tokoh-tokoh publik baik selebriti, pejabat pemerintah maupun tokoh politik.
"Saya ada teman, yang sulit dapat izin keluar rumah oleh orang tuanya karena pandemi ini. Tapi kalau bersepeda, dia diizinin. Jadi bersepeda menolong dia bisa nongkrong bersama teman-temannya," kata Dany sembari tertawa.
(mdk/ded)