Serba serbi mengantarkan jemaah yang tersesat di Tanah Suci
Namanya juga orang tua, tak sedikit mereka lupa apalagi di kerumunan ribuan manusia.
Setiap hari, ada puluhan hingga lebih dari seratus jemaah haji tersesat di Masjid Nabawi. Biasanya mereka tersesat lantaran terlepas dari rombongannya, atau lupa jalan pulang, mengingat Masjid Nabawi memiliki 40 pintu keluar yang bentuknya mirip semua. Meski tertulis pintu 1-40, namanya juga orang tua, tak sedikit mereka lupa apalagi di kerumunan ribuan manusia.
Saya dan beberapa teman dari Media Center Haji (MCH) biasanya ikut membantu petugas yang biasa mengantarkan jemaah haji yang tersesat di malam hari. Selain malam longgar agenda liputan, saat-saat setelah salat isya atau sekitar pukul 21.00 waktu Arab Saudi adalah waktu 'peak sesons' atau lagi banyak-banyaknya jemaah haji yang tersesat. Jika cuma mengandalkan petugas sektor khusus Masjid Nabawi, mereka akan kewalahan.
Seperti yang terjadi pada 18 Agustus malam lalu. Usai salat isya di Masjid Nabawi, saya dan teman saya mampir ke Sektor Khusus PPIH Arab Saudi yang terletak di bagian depan Masjid Nabawi. Belum lama salat isya usai, ternyata di sana sudah 'menunggu' sekitar 5 jemaah haji manula yang tersesat dan ingin segera diantarkan pulang ke hotel masing-masing.
Sebelum diantarkan, mereka didata terlebih dahulu oleh petugas sektor yang disebut Linjam, atau perlindungan jemaah. Dari sekian banyak jemaah, saya memilih Mbah Sadzali (76) untuk saya antarkan ke hotel, karena kebetulan juga, satu orang yang sama juga tinggal satu hotel yang sama dengan Mbah Sadzali. Jadi sekali antar langsung dua jemaah.
Hotel yang ditempati Mbah Sadzali lumayan agak jauh dengan Nabawi, yang bisa dilewati melalui pintu 6 Masjid Nabawi. Di tengah perjalanan saat kami mengantar, salah satu kakek yang kami antarkan mengaku tidak tinggal di hotel yang sama. Namun oleh Mbah Sadzali ditegaskan bahwa si kakek tersebut tinggal sehotel, akhirnya si kakek tersebut ikut lagi.
Namun semakin jauh jalan kaki, si kakek makin gak yakin kalau dirinya satu hotel dengan Mbah Sadzali. Karena kasihan, saya dan teman saya berbagi, satu membawa kembali ke posko untuk dipastikan hotelnya, sementara saya tetap mengantarkan Mbah Sadzali ke hotel tempat dia menginap.
Beberapa puluh meter kami melangkah, dan masih di sekitar kompleks Nabawi, tiba-tiba kami disapa oleh 3 nenek yang juga kebingungan mencari tempat mereka menginap. Usut punya usut, ketiga nenek tersebut juga satu hotel dengan Mbah Sadzali. Akhirnya saya keempat manula tersebut saya antarkan ke hotel mereka. Kurang lebih 15 menit jalan kaki, sampailah kami ke hotel tempat mereka menginap. Lega...
Tapi ternyata di depan hotel mereka menginap ada satu kakek yang bingung muter-muter nyari hotelnya tidak ketemu. Sekalian balik ke posko, saya antarkan kakek tersebut. Namun sayangnya si kakek tidak membawa identitas lengkap dan alamat hotel dia menginap. Dia cuma memakai gelang khusus yang dikenakan oleh jemaah haji. Saya pun tidak hafal bagaimana mendeteksi di mana hotel jemaah haji berada dengan cuma bermodalkan gelang. Tanya sana-sini tak berhasil, untungnya ada salah satu orang yang mendekati kita dan mengaku tinggal di hotel yang sama dengan si kakek tersebut. Alhamdulillah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 waktu Arab Saudi, saya sudah lapar belum makan malam dan hendak pulang ke Wisma Haji Madinah untuk makan malam. Tapi lantaran jam makan malam tutup pukul 22.00 waktu setempat, saya berencana nyari makan di luar. Tapi belum selesai saya balik kanan dari hotel terakhir tempat jemaah yang tersesat, tiba-tiba ada seorang kakek bawa tongkat sendirian kelihatan bingung.
"Mau ke mana kek," tanya saya. Si kakek tersebut mengaku bingung mencari hotelnya. Sama seperti kakek sebelumnya, dia tidak membawa identitas, dan cuma bawa gelang. Saya menghubungi teman saya untuk menanyakan ke sektor khusus. Dari situ baru diketahui bahwa si kakek yang mengaku berasal dari Jakarta tersebut tinggal di hotel yang lumayan agak jauh dari tempat dia tersesat. Setelah dibantu teman saya mencari alamat via telepon, akhirnya si kakek saya antarkan. Masih banyak cerita-cerita yang lain soal mengantarkan para jemaah haji yang tersesat, yang tentunya tak akan habis seharian kalau ditulis.
Menurut Kepala Sektor Khusus Masjid Nabawi PPIH Arab Saudi, Slamet Budiyono, banyak tingkah yang kadang tidak nalar yang dilakukan oleh para jemaah haji yang tersesat. Misalnya, saat ditanya habis dari mana, jemaah haji tersebut ngaku habis main golf. Ada juga yang lagi mau nyangkul.
"Padahal jelas-jelas dia sedang berada di Masjid Nabawi dan memakai seragam jemaah haji," cerita Slamet sambil tertawa.
Bahkan tak jarang ada jemaah haji yang ngamuk-ngamuk tidak jelas, lantaran depresi menghadapi banyak orang dan tinggal di tempat yang baru yang sebelumnya sama sekali tak pernah mereka bayangkan. Oleh karenanya sangat dibutuhkan kesabaran para petugas haji, yang bekerja 24 jam menangani para jemaah yang tersesat ini.
Ada cerita lucu saat salah seorang teman saya mengantarkan jemaah haji yang ternyata dia adalah istri dari mantan Kapolsek di salah satu kecamatan di Bandung, Jawa Barat. Saking takutnya sama suami, ibu yang sebenarnya belum terlalu tua tersebut meminta agar jika ditanya suaminya nanti, si ibu tidak tersesat. Melainkan sedang belanja.
"Nanti kalau ditanya suami saya bilangnya saya sedang shopping ya," pinta si ibu kepada teman saya. Di hotel, sang suami ternyata sudah was-was menunggu. Si ibu itu pun mengaku sedang belanja, dan tidak tersesat.
Tak jarang juga ada kisah yang mengharukan. Setelah kita mengantarkan nenek-nenek tersesat, biasanya mereka terharu dan menangis, setelah kita antarkan ke hotel. Mereka pun memeluk kita sebagai rasa terima kasih.
Satu lagi, saat saya sedang mengantarkan seorang kakek usia 80 tahun ke hotelnya yang lumayan jauh dari Masjid Nabawi, ternyata si kakek bernama Mustajap tersebut adalah orang banyuwangi, satu daerah dengan saya. Tak cuma itu, ternyata si kakek ini satu almamater pesantren dengan saya di Banyuwangi. Sambil jalan kaki, kami pun akhirnya nostalgia zaman di pesantren dulu. Tiba di lantai 8 Hotel Madinah Movenpick, si kakek sambil berkaca-kaca bilang terima kasih, dan mempersilakan saya mampir ke rumahnya jika pulang ke Banyuwangi nanti.
-
Dimana sebagian besar jemaah haji Indonesia yang meninggal di tanah suci dirawat? Terkait hal itu, Hilman mengakui memang ada jemaah haji asal Indonesia yang meninggal saat prosesi puncak haji di Mina. Namun mereka wafat saat dalam penanganan petugas kesehatan di tenda-tenda maupun saat dirawat secara intensif di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
-
Kapan jemaah haji tersebut diberangkatkan? Tapi, tadi dia sudah diberangkatkan bersama dengan jemaah haji Kloter 11 asal Maluku Utara,"
-
Kapan jemaah haji Indonesia dijadwalkan berangkat ke Arab Saudi? Kloter pertama jemaah haji Indonesia dijadwalkan akan berangkat ke Arab Saudi pada 12 Mei 2024 lalu.
-
Kapan jemaah haji asal Indonesia pulang ke tanah air? Musim haji tahun 2024 telah berakhir. Jemaah haji asal Indonesia telah pulang ke tanah air.
-
Siapa yang berangkat haji? Rezky Aditya merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada dirinya dan istrinya, Citra Kirana, untuk dapat menunaikan ibadah haji tahun ini.
-
Kapan calon jamaah haji plus berangkat? Dalam hal waktu tunggu, periode untuk haji plus biasanya lebih singkat dibandingkan haji reguler.Akibatnya, biaya untuk program haji plus cenderung lebih tinggi.
Baca juga:
Sengkarut penyelenggaraan haji di dalam negeri
Gelombang pertama kedatangan jemaah haji segera berakhir
Mengharukan, pria muslim China berhaji naik sepeda 8.150 km
Sopir tak antar ke Bir Ali, jemaah haji tertunda umrah wajib 2 hari
Ada ratusan WNI naik haji pakai paspor Filipina, DPR kritik Kemenlu
Cerita calon haji ilegal ke Tanah Suci lewat Filipina