Soal Diskusi UGM, PDIP Curiga yang Teror Teman Sendiri Biar Menarik
Anggota DPR Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno menilai, tidak ada ancaman pada peserta maupun panitia diskusi di UGM soal pemecatan Presiden. Dia justru melihat ancaman tersebut sebagai trik pemasaran yang dibuat.
Anggota DPR Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno menilai, tidak ada ancaman pada peserta maupun panitia diskusi di UGM soal pemecatan Presiden. Dia justru melihat ancaman tersebut sebagai trik pemasaran yang dibuat.
"Sejauh yang kami ikuti dan pahami, tak ada teror atau ancaman. UUD Menjamin kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pikiran atau pasal 28. Yang sering terjadi, mereka menggunakan trik diancam atau diteror sebagai alat promosi agar acara menjadi menarik dan diperhatikan. Trik marketing," kata Hendrawan lewat pesannya, Senin (1/6).
-
Kapan UGM diresmikan? Universitas Gadjah Mada (UGM) didirikan pada 19 Desember 1949 di Yogyakarta, Indonesia.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Kenapa Kementan menggandeng UGM? Pada saat ini dengan banyaknya permohonan sertifikasi alsintan prapanen maupun pascapanen dan sangat terbatasnya laboratorium pengujian alsintan di Indonesia, kami sangat mengapresiasi Fakultas Tekonologi Pertanian – UGM yang telah mempunyai laboratorium pengujian alsintan dan telah terakreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) bersedia bekerjasama.
-
Di mana UGM berdiri? Universitas Gadjah Mada (UGM) didirikan pada 19 Desember 1949 di Yogyakarta, Indonesia.
-
Bagaimana Ilham diterima di UGM? Ilham berhasil diterima di UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNPB) 2023 di Prodi Hubungan Internasional.
-
Kenapa UGM dibangun di Yogyakarta? Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah salah satu tokoh yang mendukung pendirian kembali UGM di wilayah Republik yang tersisa, Yogyakarta. Beliau sangat mendukung keberlangsungan pendidikan tinggi di kota tersebut dan bahkan memberikan tanah Kasultanan untuk menjadi lokasi kampus UGM.
Hendrawan menambahkan, perizinan terkait acara juga dipenuhi dan tidak ada masalah. Dia kemudian bilang, tak jarang internal panitia juga saling berebut panggung untuk berebut popularitas melalui pilihan topik seminar atau diskusi.
"Yang meneror juga terkadang teman mereka sendiri. Ada semacam pembagian tugas, ada yang memainkan peran sebagai intel, peneror, penelepon gelap, dan sebagainya. Bila diskusi dilakukan secara ilmiah di kampus, pihak kampus akan menjamin pelaksanaannya," tuturnya.
Trik Lama
Hendrawan meragukan pengakuan terkait adanya ancaman tersebut. Dia bilang, masyarakat jangan mudah percaya dengan trik lama.
"Ini Era Reformasi. Era demokrasi. Jangan sampai kita tenggelam dalam trik-trik lama yang sudah ketinggalan semangat jaman," ucapnya.
Menurut dia, ancaman tersebut adalah strategi untuk kepentingan politik Pilpres 2024. Sehingga, citra buruk pada pemerintahan saat ini dibingkai dari sekarang.
"Ada upaya untuk menggiring persepsi bahwa pemerintahan saat ini menuju otoriterisme baru. Bagian strategi untuk degradasi citra politik dlm kontestasi 2024,"pungkasnya.
Kronologi Teror
Constitutional Law Society (CLS) atau Komunitas Hukum Tata Negara Fakultas Hukum UGM menggelar diskusi bertajuk 'Persoalan Pemecatan Presiden di Tengah Pandemi Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan'. Tema diskusi tersebut sempat memancing polemik dan menjadi viral di medsos.
Diskusi virtual itu rencananya akan digelar Jumat (29/5). Namun karena menuai kontroversi akhirnya diskusi itu urung diselenggarakan. Paska menjadi kontroversi, diskusi tersebut justru berbuah teror pada pembicara maupun penyelenggaranya.
Dekan FH UGM, Sigit Riyanto menyebut penyelenggara diskusi sempat mengalami teror. Teror ini mulai bermunculan pada Kamis (28/5) malam.
Dalam keterangan tertulisnya, Sigit menuturkan baik pembicara, moderator maupun narahubung yang namanya tertera dalam poster acara menjadi sasaran teror. Nomor kontak pihak-pihak yang terlibat dalam diskusi itu mendapatkan teror dari orang tak dikenal.
"Berbagai teror dan ancaman dialami oleh pembicara, moderator, narahubung, serta kemudian kepada ketua komunitas 'Constitutional Law Society' (CLS) mulai dari pengiriman pemesanan ojek online ke kediaman, teks ancaman pembunuhan, telepon, hingga adanya beberapa orang yang mendatangi kediaman mereka," katanya, Sabtu (30/5).
Dia menuturkan hingga hari Jumat (29/5), teror masih terus berlangsung. Bahkan teror tak lagi menyasar nomor mahasiswa yang terlibat sebagai penyelenggara diskusi. Teror merembet hingga menyasar nomor telepon orang tua para mahasiswa tersebut.
Dalam keterangan tertulisnya itu Sigit mencantumkan ada dua nomor telepon yang mengancam melakukan pembunuhan terhadap keluarga penyelenggara diskusi itu.
Sigit menambahkan karena teror yang terjadi dan demi alasan keamanan akhirnya pihak penyelenggara diskusi memilih untuk membatalkan acara. Keputusan pembatalan diambil pada Jumat (29/5).
(mdk/rnd)