Survei FSGI: 49,36% Guru Setuju Belajar Tatap Muka Januari 2021, 45,27% Menolak
Survei diikuti 6.513 responden guru dari sejumlah provinsi yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Jambi, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) melakukan survei singkat dengan menggunakan aplikasi google form terkait persepsi para guru atas rencana pemerintah membuka sekolah pada Januari 2021. Survei dilakukan pada 19-22 Desember 2020.
Survei diikuti 6.513 responden guru dari sejumlah provinsi yaitu provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Jambi, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat.
-
Apa yang dilakukan dosen muda ini di kelas? Sebelum masuk ke kelas, dosen muda bernama Akbar ini memang sudah berkenalan dengan mahasiswanya yang masih baru. Saat masuk ke kelas, mahasiswanya pun bertanya apakah ia kakak tingkat.
-
Kapan doa mau belajar dibaca? Dengan berdoa sebelum belajar, seseorang dapat memohon bantuan dan petunjuk dari Tuhan agar diberi kecerdasan, kejelian, dan pemahaman yang baik dalam proses belajar.
-
Di mana Muhid Ruslan belajar melukis dan menekuni bakatnya? Namun sosok pelajar di Ponpes Daarul Barkah, Tangerang, berhasil membuktikan diri mampu menjadi seniman lukis.
-
Bagaimana napi di Lapas Kelas IA Malang belajar membaca Alquran? Tadarus Alquran di Lapas Kelas IA Malang "Pagi itu pondok pesantren, setelah selesai dilanjutkan pembacaan tadarus Alquran. Banyak yang saya dapatkan, saya dulu tidak dapat membaca Alquran, sekarang lancar membaca Alquran."
-
Siapa yang terlibat dalam kampanye edukasi "Waspada dan Kenali Modus Palsu #BilangAjaGak"? Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengungkapkan bahwa BRI sebagai bank yang concern terhadap segala jenis kejahatan perbankan, terus mengedukasi nasabahnya melalui berbagai kanal, baik media konvensional maupun media sosial. "Melalui campaign ini, diharapkan awareness dan kewaspadaan masyarakat semakin meningkat, terutama dalam mengenali modus dan praktik penipuan," ujarnya.
-
Bagaimana proses belajar mengajar di Sekolah Dalang Keraton Mangkunegaran? Materi pengajarannya disampaikan dalam bentuk teori dan praktik. Pada awal pertemuan, para siswa diberi naskah beserta contohnya. Selanjutnya mereka diberi dasar-dasar seni pewayangan seperti sulukan, sabetan, dan dhondhogan. Tahapan belajarnya ada empat tahap yaitu tahap awal (purwa), tahap pertengahan (madya), tahap akhir (wasana), dan tahap wredawarna.
Para guru dalam survei ini mengajar pada jenjang SMP/sederajat sebanyak 44,52%. Kemudian yang mengajar jenjang SD/sederajat sebanyak 25,32%. Lalu yang mengajar jenjang SMA 15,35% dan jenjang SMK 14,60%. Sedangkan sisanya 0,21% mengajar di SLB (Sekolah Luar Biasa). Adapun wilayah kerja responden mayoritas berada di Pulau Jawa 63,7%, sedangkan di luar Jawa hanya 36,3%.
Dari 6.513 responden guru, yang setuju sekolah tatap muka sebanyak 49,36% menyatakan setuju sekolah tatap muka di buka Januari 2021. Namun sebesar 45,27% tidak setuju dan yang menyatakan ragu-ragu sebesar 5,37%.
Jumlah responden yang menyatakan setuju sebanyak 3.215 orang. Adapun alasan yang dipilih responden yang setuju sekolah tatap muka dibuka Januari 2021 seperti jenuh mengajar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebanyak 22%. Kemudian materi sulit/sangat sulit dan praktikum tidak bisa diberikan secara daring sebanyak 54%.
Selanjutnya sebagian siswa yang diajar tidak memiliki alat daring, sehingga tidak mengikuti PJJ sebanyak 9,3%. Sinyal tidak stabil sehingga menjadi kendala PJJ sebanyak 5,8%. Sementara 8,9% responden lainnya menyebutkan bahwa wilayah responden menjawab merupakan wilayah kepulauan yang masuk zona hijau/kuning.
"Para guru merasakan bahwa peserta didiknya pasti mengalami kesulitan untuk mengerjakan materi pelajaran dengan tingkat kesulitan tinggi, karena materi seperti itu tidak optimal diberikan secara daring, tetapi harus melalui pembelajaran tatap muka, minimal seminggu sekali,” ujar Mansur, Wakil Sekjen FSGI dalam keterangan tertulis, Jumat (1/1).
Sedangkan jumlah responden yang menyatakan tidak setuju belajar tatap muka sebesar 2948 orang. Adapun alasan responden yang menyatakan tidak setuju sekolah tatap muka di buka pada Januari 2021, yakni karena kasus Covid-19 masih tinggi sebesar 40,70%. Kemudian khawatir tertular Covid-19 di sekolah sebesar 27,74%.
Selanjutnya sudah berusia di atas 50 tahun ditambah penyakit penyerta sebesar 10,44% dan infrastruktur dan protokol kesehatan/SOP Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di sekolahnya belum memadai sebesar 14,31 %. Dan 6,8% responden menjawab belum ada sosialisasi protokol kesehatan dari pihak sekolah dan tidak memiliki kendaraan pribadi, sehingga harus naik angkutan umum yang rentan tertular Covid-19.
"Mayoritas responden memang menolak buka sekolah tatap muka karena masih tinggi kasus, pandemi belum dapat dikendalikan pemerintah, sehingga mereka sangat khawatir tertular Covid-19, apalagi untuk guru-guru yang usianya sudah lebih dari 50 tahun dan disertai pula dengan penyakit penyerta seperti diabetes, jantung dan lain-lain," pungkas Heru.
Terkait hasil survei singkat itu FSGI merekomendasikan empat hal kepada pemerintah. Pertama FSGI mendorong pemerintah daerah untuk hati-hati dalam memutuskan membuka sekolah pada Januari 2021 karena kasus Covid-19 masih tinggi dan belum dapat dikendalikan.
Kedua FSGI mendorong pemerintah tetap menetapkan bahwa 4 Januari 2021 sebagai awal semester genap. Namun bukan berarti pembelajaran tatap muka dilakukan pada 4 Januari 2021, karena masih butuh waktu lama dalam penyiapan infrastruktur dan protokol kesehatan adaptasi kebiasaan baru di sekolah.
Ketiga FSGI mendorong pembukaan sekolah di mulai dari kelas paling atas, pada jenjang paling tinggi dan disertai ujicoba dengan 25% siswa. Terakhir FSGI mendorong tes antigen untuk seluruh pendidik dan peserta didik yang akan melakukan pembelajaran tatap muka.
Baca juga:
2.886 Guru Honorer di NTT Memperjuangkan Keppres PNS Tanpa Tes
Penerima BSU Guru Madrasah dan PAI Non-PNS Dibuatkan Rekening Baru
Berupaya Mengubah Nasib Guru Honorer
Selain Kemendikbud, Kemenag Juga Memberikan Bantuan Subsidi Upah ke Guru Honorer