Susanti harus bawa 'upeti' Rp 50.000 & rokok tiap jenguk ke rutan
Susanti harus bawa 'upeti' Rp 50.000 & rokok tiap jenguk ke rutan. Keluarga yang ingin menjenguk napi juga harus membawa 'upeti' kepada petugas. Tanpa itu, keluarga tidak bisa bertemu dengan para narapidana.
Kerusuhan berujung kaburnya 448 narapidana rutan, membuka tabir bobroknya manajemen pengelolaan rumah tahanan Sialang Bungkuk Pekanbaru. Petugas disebut-sebut kerap 'memalak' tahanan dan keluarga yang ingin menjenguk.
Itu juga yang dirasakan Susanti. Anaknya Reza merupakan salah satu narapidana Rutan Sialang Bungkuk Pekanbaru atas kasus penjambretan. Keluarga pernah diminta uang Rp 2 juta jika Reza ingin mendapat kamar tidur lebih layak. Karena tidak mampu membayar, Reza akhirnya terpaksa tidur di kamar mandi.
-
Kapan Perang Cumbok berakhir? Konflik yang berlangsung sampai pertengahan Januari 1946 ini dimenangkan oleh kelompok PUSA yang didukung langsung oleh milisi rakyat dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
-
Kapan Kirab Tebu Temanten dilakukan? Acara ini digelar pada Selasa Selasa (23/4).
-
Kapan Kirab Kebo Bule di Surakarta diadakan? Surakarta memiliki tradisi pada perayaan malam 1 Suro atau bisa disebut malam tahun baru Hijriah.
-
Kapan Tangkuban Perahu buka? TWA Gunung Tangkuban Parahu, dibuka setiap hari. TWA Gunung Tangkuban Perahu buka mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore, dengan jam terakhir masuk pukul 16.00.
-
Kapan puncak kemarau di Jawa Tengah? “Jadi kalau kita lihat di data saya, rata-rata dari ketersediaan kabupaten/kota baru sepertiga atau 45 persen yang baru digunakan. Sedangkan kita masa puncaknya pada Agustus dan September. Diharapkan pada November sudah mulai ada hujan. Artinya kalau kita petakan dengan permintaan masyarakat nantinya Insya Allah masih mencukupi. Itu baru sumber yang disiapkan oleh pemda setempat melalui BPBD,” kata Kalakhar BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, mengutip YouTube Liputan6 pada Kamis (24/8).
-
Kapan Harun Kabir meninggal? Tanggal 13 November 1947, jadi hari terakhir Harun Kabir dalam menentang kekuasaan Belanda yang kembali datang ke Indonesia.
Tidak hanya itu, keluarga yang ingin menjenguk napi juga harus membawa 'upeti' kepada petugas. Tanpa itu, keluarga tidak bisa bertemu dengan para narapidana.
"Dulu sebelum ribut-ribut, kalau saya jenguk anak di Rutan sini (Sialang Bungkuk) bayar Rp 50 ribu. Petugas juga minta rokok sebungkus," kata Susanti kepada sejumlah wartawan di Rutan Sialang Bungkuk, Senin (8/5).
Lantaran ikut kabur dari Sialang Bungkuk, Reza dipindah ke Lapas Pasir Pengarayan, Kabupaten Rokan Hulu. Susanti mengeluhkan jika anaknya yang dipindahkan ke Lapas Pasir Pengarayan. Jarak tempuh dari Pekanbaru mencapai 5 jam. Dia juga mengakui, praktik serupa juga terjadi di lapas tersebut. Di sana dia juga dipalak jika ingin anaknya lebih layak. Susanti mengaku tidak memiliki uang untuk ongkos menjenguk anaknya, apalagi membayar uang kamar di Lapas tersebut.
Susanti mengaku sudah menemui petugas Rutan Sialang Bungkuk untuk memproses pemindahan anaknya dari Lapas Pasir Pengarayan ke Lapas yang terdekat di Pekanbaru.
"Saya tadi sudah jumpa petugas Rutan agar anak saya dikembalikan saja ke Rutan sini. Katanya nanti diproses oleh Pak Kakanwil Kemenkum HAM (Ferdinan Siagian), tapi tidak tahu kapan. Pindah di sini sajalah, di sana jauh dan bayar juga mahal. Uang saya tidak ada sebanyak itu," ucap Susanti.
(mdk/noe)