Tangkal Pelaku Pedofilia, Polrestabes Surabaya Gencar Beri Penyuluhan ke Sekolah
Kasat Binmas Polrestabes Surabaya Kompol Muhammad Fatoni menyampaikan, temuan tersebut kini cukup mendapat perhatian lebih. Salah satu giat yang dilakukan terkait dengan penyuluhan ke para pelajar.
Marak belakangan ini temuan polisi terkait kasus pencabulan anak alias pedofilia di daerah Surabaya, Jawa Timur. Pada Juli 2019 saja, setidaknya ada tiga kasus besar terkait asusila yang terjadi di daerah tersebut.
Kasat Binmas Polrestabes Surabaya Kompol Muhammad Fatoni menyampaikan, temuan tersebut kini cukup mendapat perhatian lebih. Salah satu giat yang dilakukan terkait dengan penyuluhan ke para pelajar.
-
Kenapa kekerasan anak di satuan pendidikan meningkat? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif.
-
Apa bentuk kekerasan yang terjadi di satuan pendidikan? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Dimana kekerasan pada anak dilarang? Banyak negara telah mengesahkan undang-undang yang melarang kekerasan terhadap anak.
-
Kenapa ucapan kelulusan sekolah dianggap penting? Ucapan tersebut juga menjadi penyemangat untuk membantu mereka ketika mereka memulai tahap kehidupan selanjutnya.
-
Kapan kaki seribu sering terlambat sekolah? Soalnya kakinya banyak, jadinya kalau pakai sepatu kelamaan.
-
Bagaimana sekolah tersebut mendukung bakat anak-anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. “Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?” tanya Hilman. “Iya,” jawab Boy.
"Ada permasalahan apapun kita langsung respons, termasuk pedofilia ini. Tiap Senin itu ada dari kita yang menjadi pembina upacara di sekolah-sekolah," tutur Fatoni di Polrestabes Surabaya, Rabu (24/7).
Menurut Fatoni, penyuluhan kepada para pelajar sebagai tindak pencegahan pedofilia disesuaikan dengan jenjangnya. Bagaimana menghadapi orang tidak dikenal, mengetahui tindakan yang bersinggungan dengan perilaku cabul, hingga memberikan rasa aman agar tidak takut mengadu jika mengalami dugaan pelecehan seksual.
"Apapun permasalahannya kita sampaikan dan bahas semuanya. Radikalisme, pedofilia juga termasuk," jelas dia.
Selain sekolah, forum pertemuan dan diskusi di masyarakat juga dilakoni. Baik itu dalam bentuk acara formal, hingga yang hanya sekedar duduk bersama di warung kopi.
"Termasuk juga mengingatkan terkait penggunaan media sosial dan berkoordinasi dengan bagian siber," Fatoni menandaskan.
Sebelumnya, Anggota unit I Renakta Subdit IV Direskrimum Polda Jawa Timur menangkap pria berinisial (RSS), pembina pramuka asal Surabaya, yang telah melakukan pencabulan terhadap 15 anak di bawah umur.
"Tersangka melakukan tindakan pencabulan sejak pertengahan tahun 2016 sampai dengan 13 Juli 2019," tutur Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol F. Barung Mangera didampingi Kasubdit IV Ditkrimum Polda Jatim, AKBP Festo Ari Permana, Selasa 23 Juli 2019.
RSS mengatakan pertama kali melakukan perbuatan cabul kepada anggota pramuka binaannya pada 2016. Korbannya siswa kelas 2 SMP. Saat melakukan perbuatannya, tersangka merayu korban untuk mengikuti grup pramuka inti. Aksinya tersebut dilakukan di rumah tersangka di Kupang Segunting, Tegalsari, Surabaya.
Selain itu, Bareskrim Polri menangkap pelaku pencabulan anak lewat media sosial atau grooming. Tersangka berinisial TR (25) merupakan narapidana di Surabaya.
Wadirtipid Siber Bareskrim Polri Kombes Asep Safrudin menyampaikan, pelaku membuat akun media sosial Instagram palsu milik guru sekolah. Secara acak, dia kemudian memilih anak-anak yang menjadi follower akun asli guru tersebut untuk dimintai nomor Whatsapp.
Pelaku kemudian meminta foto atau video dengan grooming atau meyakinkan korban segera mengirimkan gambar telanjang dan sejenisnya melalui jaringan pribadi atau japri.
"Penelusuran, lebih dari 1300 dalam akun e-mail tersangka ada 1300 foto dan video. Semua anak tanpa busana. Yang sudah teridentifikasi ada 50 anak dengan identitas berbeda," ujar Asep di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin 22 Juli 2019.
Reporter: Nanda Perdana
Baca juga:
Warga Kanada Ditangkap Atas Kasus Pedofilia di Nepal
Kasus Master Paedofil di Lumajang dengan 40 Korban Segera Masuk Persidangan
2 Pelajar SMP di Garut jadi korban pedofilia
Kasus video porno perempuan dewasa dan bocah dilimpahkan ke Kejari Bandung
Guru paedofil di Rokan Hilir tega perkosa 3 bocah SD diperkosa
Petani di Kuansing diciduk polisi usai cabuli 9 bocah SD