Terbukti Cabuli Anak Angkat, Eks Kapolres Badung Divonis 5 Tahun Penjara
Eks Kapolres Badung, Bali, Kombes Pol Purn Ignatius Soembodo divonis 5 tahun penjara oleh hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Ia dinyatakan terbukti bersalah melakukan pencabulan terhadap anak angkatnya yang masih di bawah umur.
Eks Kapolres Badung, Bali, Kombes Pol Purn Ignatius Soembodo divonis 5 tahun penjara oleh hakim Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Ia dinyatakan terbukti bersalah melakukan pencabulan terhadap anak angkatnya yang masih di bawah umur.
Dalam amar putusan yang dibacakan Ketua Majelis Hakim Sutarno, perbuatan terdakwa Ignatius dinilai telah memenuhi seluruh unsur pidana dalam dakwaan kesatu Jaksa Penuntut Umum (JPU) Nur Laila dari Kejati Jatim.
-
Bagaimana rangsangan payudara memengaruhi gairah seksual wanita? Sebuah penelitian oleh Roy Levin dari University of Sheffield dan Cindy Meston dari University of Texas menemukan bahwa merangsang payudara atau puting payudara meningkatkan gairah seksual sekitar 82 persen dari wanita yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut.
-
Mengapa para pemijat difabel netra di Yogyakarta rentan terhadap pelecehan seksual? Arya sendiri tidak tinggal di losmen, melainkan di asrama sekolah dengan biaya yang cukup murah. Rawan terkena pelecehan Di tahun yang sama, Arya pertama kali memperoleh pengalaman tak menyenangkan dilecehkan oleh salah seorang pasiennya. Hari sudah hampir malam ketika ia sedang bersiap memulai kerja lepasnya sebagai pemijat di losmen itu. Tak lama kemudian, datanglah seorang pasien. Dari suaranya, Arya menduga kalau ia adalah seorang lelaki paruh baya.
-
Apa jenis penipuan yang marak terjadi belakangan ini? Salah satunya yang marak belakangan ini adalah social engineering bermodus penipuan melalui permintaan untuk mengklik sebuah file undangan pernikahan berformat APK di WhatsApp (WA).
-
Apa saja penyakit menular seksual yang bisa meningkat risikonya karena mencukur bulu kemaluan? Studi yang diterbitkan dalam jurnal Sexually Transmitted Infections menunjukkan bahwa orang yang mencukur bulu kemaluan lebih berisiko terkena penyakit menular seksual, termasuk kutil kelamin, HPV, sifilis, gonore, klamidia, hingga HIV.
-
Bagaimana pelaku melakukan pelecehan seksual? Korban penyandang disabilitas tidak bisa berteriak atau menolak. Dia merasa takut dan ketergantungan," katanya.
-
Bagaimana cara penularan penyakit menular seksual? Penyakit ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, jamur, atau parasit yang ditularkan melalui hubungan seksual, termasuk hubungan seksual vaginal, anal, atau oral.
"Mengadili, menyatakan terdakwa Ignatius Soembodo telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 81 ayat (1) Jo Pasal 76 D UU RI No 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang," kata Hakim Sutarno di Ruang Garuda 1 Pengadilan Negeri Surabaya, Senin (30/1).
"Menjatuhkan pidana oleh karenanya dengan pidana penjara selama 5 tahun serta pidana denda sebesar Rp1 miliar subsider 3 bulan kurungan," lanjutnya.
Dalam pertimbangan majelis hakim, hal yang memberatkan bahwa perbuatan terdakwa Ignatius telah merusak masa depan serta menimbulkan trauma pada diri korban.
"Hal yang meringankan, terdakwa bersikap sopan saat persidangan dan belum pernah dihukum," ucapnya.
Terhadap putusan tersebut, terdakwa yang didampingi tim penasihat hukumnya menyatakan pikir-pikir. JPU Nur Laila menyatakan hal yang sama. "Pikir-pikir Yang Mulia," ujar JPU.
Vonis ini lebih ringan dari tuntutan. Sebelumnya, JPU meminta agar Ignatius Soembodo dihukum 10 tahun penjara.
Pihak Korban Nilai Tidak Adil
Terpisah, pengacara korban, Muslihin Mapiare, ketika ditemui menyampaikan bahwa pihaknya sangat kecewa dengan putusan majelis hakim PN Surabaya.
"Kami sangat kecewa sekali dengan hasil putusan tersebut. Menurut kami sangat jauh sekali dari rasa keadilan. Jaksa menuntut 10 tahun penjara, hakim hanya memutus separuh tuntutan, yaitu 5 tahun," ujar Muslihin.
Dia lalu menegaskan akan mengawal kasus yang menimpa kliennya itu hingga memperoleh keadilan yang setimpal dengan perbuatan yang dilakukan Ignatius.
"Jaksa harus melakukan upaya hukum banding. Kami akan kawal hingga kasus ini dapat memenuhi rasa keadilan," tandasnya.
Diketahui, korban adalah anak BS, teman Ignatius, yang dititipkan kepada pensiunan polisi itu sejak bayi berusia 7 bulan. BS tidak bisa merawat putrinya itu karena istrinya berinisial SW yang tak lain ibu CIS mengalami depresi.
Pemerkosaan itu terungkap saat CIS bercerita kepada ayah kandungnya pada usia 14 tahun. Sejak dititipkan, korban tinggal di rumah pensiunan polisi itu di kawasan Jambangan.
Dan selama tinggal di rumah Ignatius, korban mengaku sering mendapat perlakuan dan perkataan kasar serta perlakuan pelecehan seksual atau disetubuhi oleh terdakwa hingga beberapa kali.
Sejatinya, BS sepakat mengambil CIS bila berusia 3 tahun. Namun, ayah korban itu kesulitan menemui anaknya. Meski sudah memberikan nafkah selama dititipkan. Malahan, Ignatius meminta sejumlah uang yang tidak masuk akal yaitu Rp20 miliar bila BS ingin mengambil anaknya itu.
BS pada pertengahan 2018 lalu kemudian mengajak orang-orang dari Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Jatim untuk menjemput CIS ke sekolahnya.
(mdk/yan)