Tim DVI Mabes Polri Periksa DNA 10 Keluarga Korban Tempat Karaoke Terbakar di Sorong
Polisi memastikan menyiapkan keperluan keluarga korban termasuk penginapan selama proses identifikasi jenazah para korban yang terbakar tersebut. Namun jika tak memungkinkan dilakukan di Mapolda Papua Barat, data antemortem akan dilakukan di Biddokes sesuai domisili pihak keluarga.
Tim DVI Mabes Polri hari ini mulai mengidentifikasi korban tewas akibat kebakaran tempat karaoke di Sorong, Papua Barat. Identifikasi dengan memeriksa DNA 10 anggota keluarga yang telah mendatangi Mapolda Papua Barat.
"Sudah ada 10 kelaurga sudah datang, semua sudah bisa dihubungi. 10 sudah ada di sini. Yang lain masih dalam perjalanan. 10 kelaurga sudah ada di Sorong," kata Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Adam Erwindi saat dihubungi, Kamis (27/1).
-
Kapan benua ini tenggelam? Sekitar 70.000 tahun yang lalu, daratan luas yang kini tenggelam di lepas pantai Australia kemungkinan pernah ditinggali setengah juta manusia.
-
Apa itu Ngarak Panganten di Bekasi? Ngarak Panganten sendiri merupakan salah satu prosesi dari keseluruhan rangkaian pernikahan adat di Bekasi.Biasanya warga setempat bebas menentukan akan memakai adat Sunda atau Betawi yang sama-sama kental di sana. Terpenting, prosesi Ngarak Panganten harus dimasukkan sebagai salah satu urutan rangkaian pernikahan di wilayah Bekasi.
-
Kenapa Emping Beras begitu istimewa di Bangka Belitung? Tak heran jika kuliner yang satu ini begitu legendaris di masyarakat Bangka Belitung.
-
Bagaimana warga Papua menjalankan tradisi bakar batu? Semua orang bekerja sama untuk menyiapkan bahan-bahan, menyalakan api, mengatur batu-batu, membungkus makanan, hingga menyantap hasil masakan bersama-sama. Masakan dibagi secara merata agar semua orang bisa menikmatinya dengan suka cita.
-
Kapan Benteng Van Der Wijk dibangun? Benteng Van Der Wijk didirikan pada tahun 1844-1848.
-
Bagaimana ciri khas pantun lucu Betawi? Tak jarang, pantun-pantun Betawi yang dibawakan mengandung humor lucu dan menghibur.
Polisi memastikan menyiapkan keperluan keluarga korban termasuk penginapan selama proses identifikasi jenazah para korban yang terbakar tersebut. Namun jika tak memungkinkan dilakukan di Mapolda Papua Barat, data antemortem akan dilakukan di Biddokes sesuai domisili pihak keluarga.
"Keluarga sudah dihubungi, nanti bila datang ke sini kita siapkan tiket sama penginapan. Jika tidak mungkin akan diambil antemortem ya di Bidokkes Polda setempat," ujar dia.
Identifikasi Dilakukan Tim DVI Mabes Polri
Mabes Polri akan melakukan identifikasi terhadap belasan jenazah yang meninggal dunia di tempat karoke akibat terbakar dalam peristiwa bentrokan dua kelompok yang terjadi pada Senin (24/1). Dalam peristiwa, 18 orang meninggal dunia termasuk dari salah satu kelompok yang terlibat bentrokan.
"Belum-belum (ada identifikasi), kita sudah taruh di tempat khusus jenazah biar tidak rusak kan, di container dies kan. Tim (Mabes) dateng pagi," kata Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Adam Erwindi saat dihubungi, Kamis (27/1).
Meski dari Polda Papua Barat sendiri ada tim identifikasi jenazah, akan tetap pihaknya tetap menunggu tim dari Mabes Polri.
"Ada tim kita, cuma itu tadi kita tetap menunggu dari Mabes Polri untuk pelaksanaanya," ujarnya.
Periksa 20 Saksi
Polisi telah memeriksa sebanyak 20 orang terkait kejadian bentrokan yang terjadi di Sorong, Papua Barat. Dalam bentrokan yang terjadi pada Senin (24/1) malam sebanyak 18 orang meninggal dunia, 17 diantaranya meninggal dalam tempat karoke dan satu akibat bentrokan.
"Penyidik sudah periksa sekitar 20 orang," kata Kabid Humas Polda Papua Barat Kombes Adam Erwindi saat dihubungi merdeka.com, Rabu (26/1).
Ia menyebut, mereka yang diperiksa sebagai saksi banyak yang dari tempat karoke yang terbakar tersebut.
"Saksinya terutama banyak dari tempat karoke, dari orang-orang yang ada di sekitar itu masyarakat," sebutnya.
Duduk Perkara Bentrokan
Polisi menduga bentrokan maut kelompok di Sorong akibat dua orang berselisih pada sebuah tempat karaoke pada Sabtu (22/1) lalu. Masalah dua orang tersebut meluas dan menyebabkan bentrokan kelompok hingga 18 orang tewas.
"(Awal dugaan penyebab bentrokan) Kalau yang awal malam ini malah gara-gara mabuk, senggol gelas pecah dan ternyata nyambung lagi itu. Mabok juga, tapi ini kan masih info awal. Sehingga terjadi salah paham lagi di diskotek berbuntut itu tadi," kata Kabid Humas Polda Papau Barat Kombes Adam Erwinidi saat dihubungi merdeka.com, Selasa (25/1).
Dalam bentrokan itu, satu orang dari salah satu kelompok meninggal dunia atas nama inisial KR. Dia masih berstatus sebagai mahasiswa.
"Dari itu menyebabkan meningganya KR, terus lanjut ditanya ke keluarga kelompok KR, kemudian menyerang lagi tahu-tahu diskotek terbakar dan 17 orang tak besalah jadi korban," ujarnya.
Kematian KR akibat dianiaya tersebut menyulut emosi dari teman-temannya. Hingga akhirnya, bentrokan pecah menjadi antar-kelompok.
"Iya (awal kejadian Sabtu). Berlanjut lagi pada malam Selasa, mengakibatkan satu orang dari kelompok yang mulai duluan itu malah terluka, malah meninggal kena aniaya itu," tegasnya.
"Terus temennya nyerang lagi, itu kejadian jam 11 malam, makanya diskotek masih buka, kan banyak pertanyaan itu kok masih buka diskotek sampai jam 03.00 Wit, enggak. Kejadian jam 11 malam sampai jam 03.00 Wit, tapi kejadian awal jam 11 malam makanya diskotek kondisi masih buka, bukan diskotek sih tempat karaoke," sambungnya.
(mdk/gil)