TMMD di Tengah Lesunya Kehidupan Masyarakat Teluk Mayalibit, Raja Ampat
Pesona wisata Raja Ampat seakan tenggelam saat pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun ini. Dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, pandemi Covid-19 di Papua Barat memang relatif lebih rendah sebarannya.
Kabupaten Raja Ampat merupakan wilayah kepulauan di Provinsi Papua Barat. Ada banyak sekali spot wisata yang dapat dikunjungi para wisatawan. Lebih dari 600 pulau yang termasuk dalam wilayah kabupaten ini. Kepulauan yang lepas dari pulau induk Papua ini telah dikenal sebagai salah satu destinasi wisata favorit baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Ratusan pulau yang berada di atas kepala burung Papua itu menawarkan indahnya panorama laut. Tak heran jika kawasan ini masuk dalam kalender Kementerian Pariwisata dengan diadakannya Festival Pesona Bahari Raja Ampat (2019) yang terpusat di Kampung Lopintol, Distrik Teluk Mayalibit.
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Kapan Jenderal Wismoyo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD? Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menjabat Kepala Staf TNI AD dari tahun 1993 sampai 1995.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
-
Bagaimana peran TNI AD dalam normalisasi Sungai Deli? Alhamdulillah rencana kami untuk menormalisasi Sungai Deli sepanjang 32 km mendapat dukungan penuh dari Bapak KSAD dengan memerintahkan personel TNI AD untuk terlibat langsung dalam kegiatan, " kata Bobby Selasa (12/9). Tak hanya tenaga, pihak TNI AD, kata Bobby, juga akan membantu meminjamkan alat-alat berat yang dimiliki "Kami juga akan dibantu dengan menggunakan peralatan yang dimiliki TNI AD," lanjut Bobby.
Pesona wisata Raja Ampat seakan tenggelam saat pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun ini. Dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia, pandemi Covid-19 di Papua Barat memang relatif lebih rendah sebarannya. Namun hal ini tidak mengurangi kewaspadaan dari aparat Pemerintah Daerah, TNI/POLRI serta masyarakat, mengingat pandemi ini sungguh mengancam dan telah menurunkan tingkat penghidupan masyarakat.
Dalam kondisi tingkat penghidupan (ekonomi) yang turun drastis ini, TNI AD melaksanakan kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD). Lokasi kegiatan terletak di Kampung Warsambin, Distrik Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat. Program TMMD ini adalah gelaran yang ke-108/TA 2020 dengan tema 'TMMD Pengabdian Untuk Negeri' yang dilaksanakan lewat kerja sama lintas sektoral dengan Pemerintah Daerah dan Kementerian terkait.
TMMD di Kampung Warsambin Distrik Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat©2020 Merdeka.com
Kampung Warsambin dan Ikan Lema
Letaknya yang terpencil di Distrik Teluk Mayalibit, kampung ini belum sepopuler kampung lainnya, seperti kampung wisata Lopintol. Meski demikian kampung ini juga menawarkan keindahan alam khas Papua, seperti objek wisata Kali Biru yang merupakan warisan leluhur dari salah satu marga (Ansan) di wilayah Teluk Mayalibit.
TMMD di Kampung Warsambin Distrik Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat ©2020 Merdeka.com
Dengan akses keluar masuk yang amat terbatas, warga kampung Warsambin di Teluk Mayalibit ini mesti berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengandalkan kekayaan alamnya. Sebagian besar warga kampung ini sejak dahulu menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan Ikan Lema (ikan kembung). Selain itu ada juga tambahan penghasilan yang berasal dari kunjungan para wisatawan ke kampung mereka.
Kehidupan sosial dan ekonomi warga amat terpukul saat merebaknya pandemi Covid-19. Penghasilan dari tangkapan ikan lema sudah jauh menurun. Kalaupun ada hasil tangkapan, sulit untuk menjualnya ke Waisai, ibukota kabupaten, yang berjarak sekitar 50 km dan membutuhkan waktu satu jam perjalanan. Selain itu, tidak ada lagi orang yang datang berkunjung ke objek wisata di kampung.
Yohanes Mampioper (49), tokoh masyarakat kampung Warsambin, mengaku sejak tahun 1983 warga kampung ini mengandalkan tangkapan ikan lema yang memang amat berlimpah dan dengan cara sederhana. Saat bulan gelap dan menggunakan lampu penerangan minyak (petromak), para nelayan menggiring kawanan ikan lema menuju lokasi penangkapan. Setelah terkumpul, para nelayan cukup menimba ikan-ikan tersebut. Hasilnya pun bisa ratusan hingga ribuan ekor. Lokasi-lokasi penangkapan telah ditentukan dan tersebar hingga ke dalam Teluk Mayalibit, serta dilakukan hanya pada malam hari saat bulan gelap.
Hingga tahun 1996 sekitar 20 ekor dihargai seribu rupiah. Tahun demi tahun harga itu membaik hingga sejak tahun 2012, para pembeli, umumnya berasal dari ibukota Waisai, membayar seharga 600-1000 rupiah per ekor. Harga jual ikan lema ini diperjuangkan sendiri oleh nelayan. Yohanes mengaku bahwa nelayan tidak bisa berbuat banyak saat para pembeli menawar dengan harga rendah. Terlebih lagi saat pandemi Covid-19 ini, nelayan kesulitan mencari pembeli, ditambah lagi dengan adanya keterbatasan BBM.
Sekarang hasil tangkapan itu sudah sangat berkurang dikarenakan para nelayan yang tidak memperhatikan puncak siklus bertelur ikan pada bulan September-Oktober-November. Kurangnya hasil tangkapan mencapai titik terendah pada saat pandemi Covid-19 datang. "Saat ini saya mau bilang ikan lema tinggal kenangan untuk masyarakat Warsambin. Tetapi mungkin kita manusia yang (juga) bisa menentukan itu. Untuk nasib ikan lema sebagai suatu potensi yang sangat diandalkan masyarakat kampung Warsambin sekarang sudah tidak seperti beberapa tahun lalu," keluhnya.
Pada saat ini sedikit sekali nelayan yang turun mencari ikan lema. Mereka pun hanya sekedar mengadu nasib dan berharap memperoleh hasil tangkapan yang lumayan, minimal untuk dikonsumsi keluarga mereka sendiri.
TMMD di Kampung Warsambin
Kegiatan TMMD 108 datang di kampung Warsambin pada saat warganya kesulitan memperoleh penghasilan. Kegiatan ini dilaksanakan selama satu bulan, mulai 30 Juni hingga 29 Juli 2020, dengan melibatkan 150 personel satgas gabungan TNI/POLRI. Ini dilakukan secara lintas sektoral, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat dan instansi-instansi terkait. Penyelenggaraan TMMD untuk periode kedua di TA 2020 ini masih mengambil sebuah tema yang sangat relevan: 'TMMD Pengabdian Untuk Negeri'.
TMMD di Kampung Warsambin Distrik Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat ©2020 Merdeka.com
Dansatgas TMMD sekaligus Dandim 1805/Raja Ampat, Letkol Inf Josef Paulus Kaiba menegaskan bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik melalui sasaran fisik maupun non fisik.
"Peran kita TNI AD bersinergi dengan Pemerintah dalam meningkatkan pembangunan dan kehidupan masyarakat di wilayah kerja kita," tegas Letkol Josef Kaiba.
Adapun yang menjadi sasaran fisik dalam kegiatan kali ini adalah pembangunan 4 unit rumah tipe 36, 1 unit PAUD berkapasitas dua ruang/kelas, serta 2 unit MCK. Sementara itu sasaran non-fisik berupa pengobatan massal/bakti sosial, beragam penyuluhan, seperti wawasan kebangsaan, bela negara, Covid-19, kamtibmas, pertanian dan perkebunan, serta penyuluhan perikanan/kelautan.
Pembangunan 4 unit rumah warga dilihat penting mengingat masih ada saja rumah yang ditempati oleh beberapa (2-3) keluarga sekaligus. "Kami sebagai pemerintah kampung sangat bersyukur karena mengurangi (beban) pembangunan terutama perumahan di kampung kami. Karena selama ini kami bersusah payah untuk memisahkan keluarga-keluarga yang selama ini bergabung di dalam satu rumah," ujar Yunus Mambrasar (30), Kepala Kampung Warsambin.
Yunus menambahkan bahwa selama masa pandemi Covid-19 ini warganya juga kesulitan mendapat akses kesehatan dan pendidikan. Hosea Daam (28 th), salah satu warga yang memperoleh rumah, merasa senang dan berterima kasih kepada tentara/satgas. "Selama ini rindu dapat rumah, tapi tunggu-tunggu dari dana kampung tapi tidak dapat. Makanya tentara bangun saya punya rumah, saya senang, dan terima kasih banyak untuk bapak TNI dorang," ucapnya.
Pembuatan 2 unit MCK di kampung ini guna mendukung aspek kebersihan dan kesehatan warganya. Ini juga berguna ketika kampung ini sudah bisa menerima kedatangan para wisatawan di kemudian hari.
TMMD di Kampung Warsambin Distrik Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat©2020 Merdeka.com
Kapten Inf Budi Santoso selaku Dan SSK TMMD 108 di kampung ini mengungkapkan kendala yang dialami selama kegiatan berlangsung. "Terutama masalah pengedropan (distribusi) bahan bangunan yang cukup jauh. Kami beli bahan bangunan dari Sorong dan Waisai yang kami tempuh kurang lebih satu jam perjalanan," ujarnya. Kendala lain yang kerap terjadi yaitu cuaca yang seringkali hujan sehingga memaksa para satgas untuk bekerja lembur guna memenuhi target penyelesaian tugas.
Dan SSK TMMD 108 ini mengapresiasi keterlibatan dan semangat warga kampung yang mendukung dan membantu pelaksanaan pada semua kegiatan, meski tanpa memperoleh upah. Optimisme pun muncul di tengah para satgas bahwa mereka akan dapat menyelesaikan tugas sesuai target yang telah ditentukan.
Gelaran TMMD 108 Kodim 1805/Raja Ampat ini tidak lepas dari perhatian Yules Ansan (61), Kepala Adat Suku Maya (Suku Asli Teluk Mayalibit) Kampung Warsambin, Distrik Teluk Mayalibit. Dirinya mengucap syukur dan berterima kasih kepada para anggota TNI di Satgas TMMD, terlebih lagi Dansatgas sebagai putra asli Papua, yang dengan hati mau membangun dan mengangkat warga yang tidak punya (rumah) menjadi punya.
"Saya merasa bangga dan bersyukur buat Yang Maha Kuasa. Indonesia, Papua harus bekerja giat untuk membangun. Saya punya kerinduan hanya di situ dan itulah kemurahan Tuhan untuk bangsa Papua, Indonesia menjadi satu, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda suku bahasa tetapi tetap satu," tegas Yules.
Momentum untuk Berbenah
Dalam kegiatan TMMD sasaran atau pembangunan fisik dan non-fisik memiliki nilai yang sama penting. Dansatgas TMMD 108 Kodim 1805/Raja Ampat, Letkol Inf Josef P. Kaiba menegaskan hal ini juga berlaku di Kampung Warsambin. Terlebih lagi di tengah masa pandemi Covid-19 ini, beragam upaya perlu diusahakan agar warga dapat bertahan hidup dan melihat potensi-potensi yang ada di hadapan mereka.
TMMD di Kampung Warsambin Distrik Teluk Mayalibit Kabupaten Raja Ampat ©2020 Merdeka.com
Dalam kegiatan TMMD 108 di Kampung Warsambin ini para anggota Satgas TMMD yang dibantu Babinsa setempat terus berkeliling memberi arahan kepada masyarakat bagaimana cara/upaya untuk mencari tambahan penghasilan. Salah satunya dengan kerajinan khas, noken lidi, semacam tas yang dibentuk dari anyaman batang/tulang di daun kepala (lidi), yang umumnya dipakai untuk membuat sapu (sapu lidi). Selain biasa digunakan sebagai mainan untuk anak-anak dan dibuat menjadi gelang juga cincin, lidi ini juga dikemas menjadi Noken (tas khas Papua)..Noken lidi biasa dikalungkan kepada para wisatawan atau pun tamu-tamu pejabat yang datang berkunjung. Tas ini berfungsi untuk menyimpan dan mengangkut barang-barang yang tidak terlalu berat, seperti pinang-sirih, buku, dompet, Al Kitab, dan sebagainya.
Babinsa Kampung Warsambin, Sertu Oktovianus Waropen (28) mengajak para ibu dan anak-anak sekolah untuk memaksimalkan pembuatan noken lidi ini agar bermanfaat secara ekonomis. Sertu Okto juga tergabung dalam Tim Jaga laut KKP yang rutin berpatroli menjaga keamanan laut dan kekayaan karang di kawasan konservasi Teluk Mayalibit.
Hal lain yang memiliki potensi ekonomis adalah destinasi wisata Kali Biru. Destinasi ini telah dikelola oleh pemerintah daerah bersama dengan marga Ansan sebagai pemilik/pemegang hukum adat di wilayah itu. Kali Biru (=Kali Raja) memiliki latar sejarah leluhur marga Ansan. Pada masa lampau orang yang akan pergi berperang terlebih dahulu mandi di kali yang airnya dingin ini. Jika saat selesai mandi tubuh orang itu terasa panas, maka dipastikan orang itu akan menang perang.
Potensi lain yang tidak mungkin dilupakan adalah ikan lema. Lewat penyuluhan perikanan/kelautan pada TMMD 108, potensi ini coba diperbarui. Kejayaan ikan lema yang pernah dialami beberapa tahun silam sedang diupayakan untuk kembali dirasakan oleh warga Warsambin.
©2020 Merdeka.com
Segala potensi tersebut di atas diharapkan dapat segera terwujud. Hal ini mengingat wilayah kabupaten Raja Ampat telah masuk kategori zona hijau sebaran Covid-19. Berdasarkan data dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19, per 21 Juli lalu tidak ada penambahan kasus Covid-19 di dua wilayah Papua Barat, yaitu Raja Ampat dan Kaimana. Data ini membawa optimisme bahwa perbaikan hidup akan segera dialami warga Warsambin, sambil tetap menjaga kewaspadaan dengan memperhatikan protokol kesehatan yang telah ditetapkan.
Ragam kegiatan TMMD 108 di kampung Warsambin ini memberi pengaruh besar bagi warga untuk melihat dan percaya adanya potensi dan kesempatan memperbaiki kehidupan mereka secara bersama. Dengan dibangunkannya beberapa rumah untuk warga di TMMD ini, beban hidup warga menjadi lebih ringan. Dengan didirikannya bangunan sekolah PAUD semakin menambah semangat warga untuk dapat menjadikan anak-anak mereka menikmati pengajaran dan pengetahuan sebelum mereka memasuki bangku sekolah untuk menuntut ilmu. Ajakan ibu-ibu Persit KCK dari Kodim kepada warga/kaum ibu untuk lebih giat dalam membuat kerajinan dari tulang kelapa/lidi, khususnya dalam bentuk noken, sekaligus menjadi tawaran dan janji Persit untuk membantu mempromosikan keluar Raja Ampat, khususnya di kalangan TNI Angkatan Darat, utamanya Kodam XVIII/Kasuari.Ajakan dan janji itu sungguh telah memunculkan gairah hidup warga masyarakat yang lesu akibat pandemi Covid-19.
Kehadiran dan kebersamaan serta semangat pantang menyerah para personel Satgas TMMD selama satu bulan diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri warga kampung Warsambin untuk bangkit. Dan kiranya hal ini sesuai dengan tema besar TMMD TA 2020, 'TMMD Pengabdian Untuk Negeri'.
(mdk/hhw)