TNI-Polri buru 38 teroris jaringan Santoso yang sembunyi di hutan
Perburuan teroris melibatkan ribuan personel gabungan TNI dan Polri.
38 orang jaringan teroris Santoso yang masih bertahan dalam hutan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng). Mereka menjadi target aparat keamanan dalam operasi Tinombala.
"Kita masih kejar 38 orang jaringan teroris yakni Santoso dkk. Data-data itu berasal dari dokumen yang kita temukan saat penemuan kamp mereka di atas gunung di Poso pesisir akhir tahun 2015 lalu. Tetapi jumlah itu masih memungkinkan bertambah karena bisa saja ada kurir-kurir baru yang ada di luar hutan," kata Kepala Biro Operasional (Karo Ops) Polda Sulawesi Tengah, Kombes Polisi Herry Nahak kepada wartawan di sela-sela Rapim di Makodam VII/Wirabuana, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Selasa (19/1).
Lebih jauh dijelaskan, operasi Tinombala berlaku selama 60 hari terhitung mulai 10 Januari 2016. Pengejaran Santoso dan jaringannya dalam operasi ini melibatkan personel gabungan Polri dan TNI.
Permintaan bantuan pasukan ke pihak TNI, kata Herry Nahak, sebanyak 918 orang tetapi disebutnya akan diturunkan lebih banyak lagi. Sementara dari Polri sebanyak 1.500 personil.
Diungkap, target operasi Tinombala ini adalah menangkap Santoso. Kendala yang sementara ini dihadapi dalam pengejaran buron teror ini ada tiga yakni medan yang luas, masih ada dukungan suplai logistik masyarakat ke kelompok Santoso dan juga masih adanya suplai persenjataan dari luar.
"Kita berharap kepada warga agar tidak lagi mensuplai logistik ke masyarakat. Tapi masalahnya adalah warga tersebut diancam bakal jadi korban jika tidak mendukung mereka dan membocorkan tempat persembunyiannya," tutur Herry Nahak.
Adapun soal suplai senjata, menurut Karo Ops Polda Sulteng ini, sebenarnya sudah berkali-kali berhasil diantisipasi masuknya persenjataan yang dimasukkan dari Malaysia melalui jalur laut. Hanya sekarang, kelompok Santoso ini lebih berani lagi. Mereka membuka jalur baru untuk memasukkan senjata yakni melalui Manado, Sulawesi Utara pakai jalur laut dengan menggunakan kapal-kapal kecil.
Baca juga:
Operasi Tinombala, polisi baku tembak dengan kelompok Santoso
Operasi Tinombala diharapkan sukses tangkap Santoso
Persempit gerak teroris Santoso, Kodam VII Wirabuana sebar pasukan
Sudah 2000 personel gabungan memburu kelompok teroris Santoso
Polisi belum pastikan identitas satu teroris tewas ditembak di Poso
-
Siapa yang menulis kesan terhadap Tirto Adhi Soerjo dalam artikel "Mangkat"? Seorang anak didik Tirto Adhi Soerjo lainnya, Mas Marco Kartodikromo, menulis kesan terhadap gurunya itu melalui artikel bertajuk "Mangkat" yang dimuat di surat kabar Djawi Hisworo edisi 13 Desember 1918.
-
Siapa Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo? Kartosoewirjo merupakan tokoh populer di balik pemberontakan DI/TII pada tahun 1948.
-
Kapan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir? Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir pada 7 Januari 1905, di Cepu, Jawa Tengah.
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
-
Siapa Sri Maharaja Tarusbawa? Menurut Wikipedia, Sri Maharaja Tarusbawa merupakan raja ke-13 dari Kerajaan Tarumanegara.
-
Kapan tebing tol di Bintaro longsor? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.