Tonny ngaku diberi pulpen oleh Jonan usai temukan kotak hitam Air Asia
Tonny ngaku diberi pulpen oleh Jonan usai temukan kotak hitam Air Asia. Selain penerimaan pulpen dari Jonan, Tonny juga mengaku pernah menerima sebuah ponsel merek Nokia dari adik terpidana kasus korupsi proyek wisma atlet di Hambalang, Jawa Barat, Muhammad Nazaruddin, bernama Hasyim.
Mantan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Antonius Tonny Budiono mengaku pernah menerima sejumlah gratifikasi dari berbagai pihak, salah satunya mantan Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan. Jonan memberi Tonny sebuah pulpen merek Montblanc usai insiden jatuhnya kecelakaan pesawat Air Asia.
"Kalau pulpen saya terima dari mantan Menteri Ignasius Jonan saat saya berhasil menemukan black box Air Asia," ujar Tonny saat memberikan kesaksiannya di persidangan di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, dengan terdakwa Adiputra Kurniawan, Senin (18/12).
Selain penerimaan pulpen dari Jonan, Tonny juga mengaku pernah menerima sebuah ponsel merek Nokia dari adik terpidana kasus korupsi proyek wisma atlet di Hambalang, Jawa Barat, Muhammad Nazaruddin, bernama Hasyim.
Namun Tonny membantah pemberian tersebut sebagai bentuk suap. Dia menuturkan, sedianya ponsel tersebut akan digunakan sebagai alat komunikasi antara Hasyim dengan Tonny guna membahas segala proyek di Ditjen Perhubungan Laut pada Kementerian Perhubungan.
Lebih lanjut, dia mengatakan, ponsel tersebut tidak diaktifkan sama sekali meski Hasyim dikatakan Tonny juga memberikan kartu selular. Tonny mengaku takut menerima pemberian dari Hasyim karena latar belakang sang kakak, Muhammad Nazaruddin.
"Karena saya tahu dia adiknya Nazaruddin. Saya enggak berani terima satu Rupiah pun tapi ada handphone kecil yang saya terima," ujar Tonny.
Gratifikasi yang diterima Tonny selain ponsel dan pulpen adalah jam tangan, cincin dan keris.
Pada kesempatan kali ini, jaksa penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menghadirkan Antonius Tonny Budiono sebagai saksi di persidangan dengan terdakwa Adiputra Kurniawan, komisaris PT Adiguna Keruktama.
Adiputra didakwa memberi suap terkait sejumlah proyek pengerukan dan tender lelang di Ditjen Pelabuhan dan Pengerukan pada Kementerian Perhubungan, kepada Tonny sebesar Rp 2,3 miliar.
Uang suap tersebut diserahkan Adiputra kepada Tonny dalam bentuk ATM serta bukti tabungan sekaligus saldo di dalamnya yang sewaktu-waktu dapat digunakan Tonny.
Dalam persidangan terungkap, penyerahan pertama ATM serta buku tabungan Bank Mandiri, saldo awal sebesar Rp 300 juta. Kemudian, tercatat ada delapan kali transfer yang masuk ke rekening ATM yang dipegang Tonny dengan total keseluruhan Rp 2,3 miliar.
Pada transfer ketujuh kalinya, ditransfer Rp 300 juta sementara satu kalinya Rp 200 juta.
Baca juga:
Eks Dirjen Hubla ungkap tim BPK minta jatah dari proyek galangan kapal
Eks Dirjen Hubla mengaku kasih duit Rp 150 juta ke Paspampres tiap kegiatan Jokowi
Mantan Dirjen Hubla akui terima uang terima kasih Rp 2,3 miliar
Pejabat Ditjen Hubla Kemenhub akui terima uang suap Rp 400 juta
KPK perpanjang masa penahanan Dirjen Hubla non-aktif Tonny Budiono
-
Kapan HUT Kodam Jaya diperingati? Setiap tanggal 24 Desember diperingati HUT Kodam Jaya.
-
Kapan Janjang Saribu diresmikan? Tembok ini telah diresmikan oleh Bupati Agam pada tahun 2013.
-
Kapan Djohan Sjahroezah ditangkap dan dipenjara karena tulisannya? Kemudian ia juga pernah menulis sebuah artikel berisi kecaman keras terkait kerja sama dengan pihak Kolonial Belanda. Alhasil, ia ditangkap lalu dipenjara selama 1,5 tahun di Bandung.
-
Dampak apa yang ditimbulkan oleh hujan disertai angin kencang di Jogja? Hujan dan angin kencang yang terjadi pada Kamis (4/1) menyebabkan kanopi drop zone di sisi selatan Stasiun Yogyakarta roboh. Akibatnya lima unit mobil tertimpa kanopi itu dan mengalami kerusakan ringan.
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Bagaimana Jenderal Hoegeng menghadapi godaan suap di Medan? Ia menerima barang-barang yang tidak terduga, mulai dari kulkas, piano, tape hingga sofa mahal. Namun seluruh barang itu ditolak mentah-mentah olehnya.