Tradisi Seba, warga Baduy jalan kaki sejauh 80 km ke Lebak & Serang
Tradisi Seba, warga Baduy jalan kaki sejauh 80 km ke Lebak & Serang. Ritual Seba yang dilaksanakan masyarakat Baduy merupakan wujud rasa syukur setelah panen hasil bumi selama setahun yang memberikan mereka kehidupan yang lebih baik. Mereka mulai berjalan sejak dini hari tadi melewati hutan belantara dan pegunungan.
Warga Baduy Dalam berpakaian khas putih-putih menggunakan lomar atau ikat kepala berjalan kaki sepanjang 40 kilometer menuju Rangkasbitung. Hal ini mereka lakukan demi melaksanakan tradisi Seba ke Bupati Lebak dan Gubernur.
Puluhan warga Baduy Dalam yang tinggal di Kampung Cibeo, Cikeusik dan Cikawartana Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak berjalan kaki menembus hutan belantara dengan kondisi curam dan melintasi perbukitan juga pegunungan.
Mereka berangkat dari kampung halamannya sekitar pukul 03.30 WIB dengan kondisi gelap gulita tanpa penerangan. Diperkirakan akan tiba di Rangkasbitung sekitar pukul 15.00 WIB untuk kemudian menuju Gedung Pendopo Kabupaten Lebak sebagai lokasi acara.
Keberangkatan menuju Rangkasbitung sebagai pusat Pemerintahan Kabupaten Lebak untuk menjalin silaturahim dengan bapak yang dalam hal ini dimaksudkan adalah bupati dan gubernur.
Perayaan tradisi Seba sendiri akan dilaksanakan Jumat (28/4) malam ini pukul 20.00 WIB dan dihadiri oleh Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, serta pejabat muspida setempat.
Selanjutnya, warga Baduy Dalam akan berjalan kaki kembali sejauh 40 kilometer menuju Kota Serang sebagai pusat Pemerintahan Provinsi Banten pada Sabtu (29/4).
"Kami sudah biasa berjalan kaki menempuh puluhan hingga ratusan kilometer," kata Karnaen (45) warga Baduy yang ingin tradisi Seba. Demikian dikutip dari Antara, Jumat (28/4).
Menurut Karnaen, bagi masyarakat Baduy Dalam bepergian ke mana pun dilarang menggunakan angkutan kendaraan roda dua maupun roda empat, termasuk saat perayaan tradisi "Seba Baduy".
Apabila masyarakat Baduy Dalam itu diketahui menggunakan kendaraan maka mereka melanggar aturan adat. Konsekuensi hukumannya, mereka akan dikeluarkan dari tatanan kehidupan masyarakat Baduy Dalam menjadi Baduy Luar atau Baduy penamping.
"Kami berharap pelaksanaan Seba tahun ini sukses dan lancar," kata Karnaen.
Terpisah, Kepala Seksi Pembinaan Pers Sekretariat Pemerintah Kabupaten Lebak Aep Dian mengatakan, pelaksanaan ritual Seba yang dilaksanakan masyarakat Baduy merupakan wujud rasa syukur setelah panen hasil bumi selama setahun yang memberikan mereka kehidupan yang lebih baik.
Rasa syukur kemudian ingin dirayakan masyarakat Baduy dengan kepala daerah, yakni bupati dan gubernur sebagai Bapak Gede.
Masyarakat Baduy, sejak zaman Kesultanan Banten, masih mempertahankan Seba secara turun-temurun.
Pelaksanaan Seba ini, kata dia, setelah menjalani tradisi kawalu selama tiga bulan. "Kami mendorong perayaan tradisi Seba ini menjadikan ajang pariwisata masyarakat adat," ujarnya.
Tetua masyarakat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Saija, mengatakan perayaan Seba tahun ini dihadiri sebanyak 2.000 warga.
Dalam perayaan seba ini, masyarakat Baduy akan menyerahkan hasil pertanian, di antaranya pisang, talas, gula aren, dan beras ketan kepada Bapak Gede.
Penyerahan hasil pertanian ini sebagai bentuk terima kasih kepada pemerintah daerah yang memberikan perlindungan kesejahteraan dan keamanan bagi masyarakat Baduy.
"Kami terus menjalin silaturahmi dengan aparat pemerintah agar kemakmuran dan kesejahteraan dirasakan masyarakat Baduy," katanya.