Tugu perjuangan kemerdekaan di Sleman justru tak terawat
Pemerintah setempat mengaku tidak mengetahui kondisi monumen itu.
Tugu perjuangan pertempuran antara pejuang tanah air melawan Agresi Militer Belanda ke II pada 1949 di Kabupaten Sleman tampak tidak terawat. Monumen menjadi saksi bisu perjuangan prajurit Indonesia seolah tidak mendapatkan perhatian dari warga sekitar dan juga pemerintah.
Meski memperingati Hari Pahlawan, sejumlah tugu itu juga tidak mendapat perhatian. Salah satunya Tugu Perjuangan Taruna Desa Plataran, Selomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pada tugu itu tercantum 42 pejuang yang gugur. Monumen itu merupakan penanda perjuangan taruna Akademi Militer menghadapi Agresi Militer Belanda pada 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949.Tugu lainnya yaitu di Rejodani Sariharjo, Ngaglik, Sleman. Monumen itu menjadi penanda perjuangan Tentara Pelajar yang menghadang rombongan pasukan Belanda pada 29 Mei 1949. Kondisinya pun tampak tak terawat.
Hal serupa juga tampak di tugu terletak di Dusun Bodeh Ambarketawang, Gamping. Tempat itu merupakan saksi perlawanan Tentara Indonesia dan rakyat menghadapi Belanda saat Agresi II Tahun 1949. Setidaknya tercatat 41 orang pejuang gugur dalam pertempuran itu.
Kepala Seksi Museum dan Kepurbakalaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, Juhar Tutik mengatakan, pemeliharaan sejumlah tugu itu dipasrahkan kepada salah seorang warga ditunjuk.
"Kita membayar warga untuk membersihkan seminggu sekali, kita juga berikan pemahaman sejarah kenapa tugu ini penting untuk dirawat," kata Juhar saat dihubungi merdeka.com, Selasa (10/11).
Mendapat informasi jika sejumlah tugu tidak terawat, Juhar beralasan tidak mengetahui hal itu. Dia justru mengharapkan ada laporan seperti ini supaya ada perbaikan.
"Kita berharap ada input masukan seperti ini. Ke depan kami akan perbaiki, supaya tugu tetap terawat," ujar Juhar.