Tunggu hasil penggandaan, pengikut Dimas Kanjeng rela tak pulang
Tunggu hasil penggandaan, pengikut Dimas Kanjeng rela tak pulang. Warga Sragen yang jadi pengikut Dimas Kanjeng masih enggan meninggalkan padepokan, meski keluarga sudah menanti kepulangan mereka. Alasannya, mereka masih menunggu keputusan padepokan sekaligus hasil lipat gandakan uang bersama ratusan santri lainnya.
Warga Sragen yang jadi pengikut Dimas Kanjeng masih enggan meninggalkan padepokan, meski keluarga sudah menanti kepulangan mereka. Alasannya, mereka masih menunggu keputusan padepokan sekaligus hasil lipat gandakan uang bersama ratusan santri dari daerah lainnya.
Salah satu pengikut Dimas Kanjeng, Tarno, warga Dukuh Girimargo desa Girimargo Kecamatan Miri sampai rela meninggalkan istrinya Sriyati (65) di rumah bersama anak dan cucunya. Meski begitu, Tarno masih berkomunikasi dengan sang istri.
"Saya tidak masalah suami saya ikut ke padepokan, memang sering ke sana. Tapi ini yang paling lama, sejak sekitar awal Agustus lalu belum pulang. Saya setiap hari selalu telepon, dia bilang selalu baik-baik saja," ujar Sriyati.
Selama di dalam padepokan, Sriyati mengungkapkan suami dan santri lainnya selalu menjalani kegiatan dengan berzikir dan istighosah. Saat ditanyakan alasannya tidak kembali ke rumah, Tarno beralasan masih menunggu keputusan padepokan. Sriyati juga mengakui sang suami ikut menyetirkan yang sampai Rp 1 juta.
"Jumlahnya tidak ditentukan, yang penting ikhlas. Kami bayar dengan cicilan sampai 4 kali," ucapnya.
Sriyati menguraikan, mahar yang sudah disetorkan akan dilipatgandakan menjadi Rp 200 juta. Namun dia dan suaminya belum diberikan kepastian kapan uang hasil penggandaan tersebut akan diberikan.
"Kami juga diwanti-wanti, kalau uangnya sudah cair, tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi, Tapi harus dibagikan ke fakir miskin dan anak yatim dan nyaur utang," tandasnya.
Berbeda dengan Sriyati, keluarga Katidjan, asal Dukuh Grabyag Desa Doyong, Kecamatan Miri. Istri dan adik Iparnya tidak setuju dengan yang dilakukan Katidjan.
Sukarti (55), istri Katidjan mengaku sudah mengingatkan suaminya, namun tetap memaksa untuk ikut. Bahkan rumahnya sempat digunakan untuk berkumpul pengikut Dimas Kanjeng.
"Saya sudah menghubungi dia, katanya kondisinya baik-baik saja. Sebenarnya keluarga kami khawatir, kalau mau dijemput kami siap, tapi dia tidak mau, katanya nunggu keputusan," tuturnya.
Dia tidak mengetahui berapa uang mahar yang sudah disetorkan ke padepokan. Setahu dia ada sejumlah barang seperti kotak, tasbih, dan pulpen yang dibawa. Suaminya sudah mulai aktif di padepokan sejak sekitar 2010. Bahkan menurut sebagian tetangga, Katidjan dikabarkan diangkat menjadi Koordinator wilayah Sragen.
Baca juga:
Pemimpin padepokan Dimas Kanjeng di Samarinda siap beri keterangan
Aplikasi Dimas Kanjeng bertebaran di Google Play, sudah coba?
4 Bulan menghilang, Jarot diduga ikut Padepokan Dimas Kanjeng
4 Pembelaan mati-matian Marwah Daud pada Dimas Kanjeng
Ini riwayat pendidikan Marwah Daud dari SD sampai Doktor di AS
-
Kapan Patung Shigir ditemukan? Patung Shigir ditemukan pada Januari 1890 di wilayah Sverdlovsk, di pinggiran barat Siberia, Rusia.
-
Kapan Atang Sendjaja meninggal? Pada 29 Juli di tahun itu menjadi hari duka bagi AURI.
-
Mengapa Kotak Suara Pemilu Penting? Kotak suara menjadi salah satu perlengkapan pemungutan suara pada Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
-
Kapan Awaloedin Djamin meninggal? Awaloedin Djamin meninggal dunia pada usia 91 tahun, tepatnya pada Kamis, 31 Januari 2019 pukul 14.55 WIB.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.