Usaha Mebel Tutup Akibat Bom Bali, Gede Merta Akhirnya Raup 25 Juta Per Bulan dari Dulang dan Bokor
Usaha dulang batok ini sempat meraup omset hingga 35 juta perbulan.
Covid-19 juga berimbas pada usaha Gede Merta.
Usaha Mebel Tutup Akibat Bom Bali, Gede Merta Akhirnya Raup 25 Juta Per Bulan dari Dulang dan Bokor
Gede Merta Sariada dari Desa Petandakan Kabupaten Buleleng mengungkapkan peristiwa Bom Bali dan Covid-19 menjadi 'batu rintangan' yang membuat usahanya terganggu. Usaha mabel yang dirintisnya mulai tahun 1997 ini berawal dari usaha turunan dari mendiang kakeknya terdahulu harus tutup akibat peristiwa Bom Bali 2022 lalu.
Usaha mebel berbahan kayu kelapa yang dibantu oleh 3 karyawannya yang beralamat di "Nyiur Indah" Jalan Pulau Menjangan, Banjar Pondok Desa Petandakan Kabupaten Buleleng akibat ledakan bom dari teroris yang meluluh lantakkan pariwisata Bali bahkan Indonesia.
Seiring berjalannya waktu dan perekonomian Bali mulai tumbuh, usaha Gede Merta pun mulai ikut merangkak naik di tahun 2007.
-
Siapa yang memukau dengan kecantikan alaminya di Bali? Saat liburan di Bali, Prilly Latuconsina memukau dengan kecantikan alaminya dalam beberapa foto terbaru di Instagram pribadinya.
-
Apa yang dilakukan Zahwa di Bali? Di sana, Zahwa terlihat sangat menikmati berbagai kegiatan.
-
Apa yang diresmikan oleh Etihad Airways di Bali? Pendaratan ini menandai peluncuran layanan reguler antara Abu Dhabi dengan Bali.
-
Apa yang dilakukan Nia Ramadhani di Bali? Baru-baru ini, Nia Ramadhani melakukan perjalanan ke Bali untuk mengikuti acara half marathon di sebuah resor mewah.
-
Apa yang menarik wisatawan untuk mengunjungi Bali? Keindahan alamnya yang memesona, budayanya yang kaya, serta keramahan penduduknya menjadikan Bali sebagai tujuan wisata yang tak pernah kehilangan daya tarik.
-
Bagaimana Presiden Jokowi terbang menuju Bali? Jokowi dan rombongan lepas landas menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 sekitar pukul 13.15 WIB.
"Titik awal kejayaan usaha saya dimulai dari tahun 2007. Terbesit dipikiran saya untuk membuat dulang dan bokor mengingat di Bali produk tersebut sering digunakan dalam upacara keagamaan. Saya mulai mencoba berinovasi membuat dulang dan bokor dengan ciri khas tersendiri dengan berbahan dasar pohon mangga dan bermotif batok kelapa secara ototidak," tuturnya.
Di luar prediksi, usahanya itu terbilang sangat sukses hingga kini. Orderan dan pesananpun banyak berdatangan dari berbagai daerah di Bali. Di mana waktu itu, usaha dulang batok ini meraup omset hingga 35 juta perbulan dengan rata-rata memproduksi produk 300 biji perbulannya.
Namun tidak bertahan lama, nasib malang kembali menimpa Gede Merta. Berselang beberapa tahun usahanya kembali tertimpa masalah global yaitu pandemi Covid-19. Fisik dan pikirannya pun kembali diuji, satu per satu karyawannya terpaksa diberhentikan hingga omsetnya menurun drastis menyentuh 20 - 25 juta perbulannya.
Dengan sejuta pengalaman yang dimiliki, pasang surut usaha tidak lah menjadi penghalang bagi Gede Merta. Dirinya sangat percaya diri, semua akan berlalu dan akan mengalami masa kejayaan kembali. Melalui kegigihannya itu usahanya kini mulai bangkit kembali sampai saat ini.
Diakui Gede Merta pembuatan dulang dan bokor yang dia buat melalui proses yang rumit dan cukup lama dan terdiri dari berapa tahapan proses produksi yang harus mempunyai keterampilan khusus. Mulai mengumpulkan bahan kayu, proses pembuatan dulang dan bokor, pengobatan meredam bokor agar tidak mudah dimakan rayap, oven, pengaplasan dan terakhir finishing.
Harga Dulang dan Bokor
Langkah awal yang dia lakukan adalah pemilihan bahan baku yang tepat, dari berbagai macam bahan baku yang pernah dipakainya seperti kayu pohon wani, durian dan mangga. Dirinya memilih menggunakan kayu dari pohon mangga, semua itu tidak tanpa alasan karena baginya kayu pohon mangga memiliki tekstur kayu yang lebih kuat, alasan itulah yang menjadikan kerajinan miliknya memiliki ketahanan dengan jangka waktu yang panjang.
Selain pembuatan dulang batok, masih banyak kerajinan yang dihasilkan oleh tangan kreatifnya seperti kerajinan tempat lampu, bokor, sangku dan yang lainnya. Tentunya dengan ciri khas tersendiri dengan menggunakan motif atau variasi batok kelapa. Harganya pun relatif terjangkau kisaran harga mulai dari 35 ribu hingga 1 jutaan.
Namun usaha dulang batok ini hanya bersifat lokalan saja. Mengingat produk tersebut mayoritas digunakan oleh umat hindu di Bali. "Pesanannya hanya di Daerah Bali saja, karena mayoritas masyarakat hindu menggunakannya. Bahkan sempat ada yang pesan dari Lampung juga," jelasnya.
Untuk pemasarannya, Gede Merta hanya menjajakan produknya di kediamannya dan lewat media sosial dengan alamat Nyiur Indah Singaraja. Namun kerap juga menerima servis dulang dan sistem ambil lalu dijual untuk memberikan peluang bagi warganya mencari pundi-pundi rupiah.
Ditemui terpisah, Perbekel Desa Petandakan Wayan Joni Arianto mengatakan bahwa pemerintahan desa sangat mengapresiasi usaha yang digeluti Bapak Merta Sriada yang sudah dirintisnya belasan tahun itu. Selain menjadi salah satu produk unik khas desa, usaha ini juga secara tidak langsung menampung beberapa warga desa untuk mendapat pekerjaan.
Sebagai bentuk perhatian dari pihak desa, Mekel Joni senantiasa bersama aparat desa selalu memberi dukungan dengan cara membantu mempromosikan produk batok kelapa ini disetiap event di tingkat desa, kabupaten maupun di provinsi.
"Setiap ada event kami akan ajak pelaku usaha ini. Sehingga saat ini produk dulang batok ini mulai dikenal hampir diseluruh Bali karena memilki keunikan tersendiri," jelasnya.