Viral Balita Diduga Korban Penyiksaan, Kini Daycare di Depok Tutup dan Digembok
Pagar gerbang daycare tertutup dan digembok dari dalam
Pasca viral dugaan penganiayaan seorang anak asuh di Wensen School hari tutup. Wensen School terletak di Jalan Putri Tunggal RT 09 RW 03, Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Depok.
- Korban Daycare di Depok, Bayi 9 Bulan Alami Dislokasi di Bagian Kaki
- Selain Balita, Bayi 7 Bulan jadi Korban Penganiayaan Daycare di Depok
- KPAI Temukan Kekerasan Fisik dan Psikis Dialami Balita Diduga Dianiaya Pemilik Daycare di Depok
- Viral Balita Diduga Jadi Korban Penganiayaan Pemilik Daycare di Depok
Bangunan dengan nuansa cat biru dan itu terlihat sepi. Pagar gerbang tertutup dan digembok dari dalam. Ketika berusaha dikonfirmasi dengan memanggil, tidak ada yang menjawab.
Beberapa orang tua hanya datang bergantian untuk melihat situasi sekolah. Mereka hanya foto dari sebrang sekolah kemudian langsung pergi.
O, salah satu orang tua mengatakan dirinya sengaja datang ke sekolah tersebut untuk meminta penjelasan pihak sekolah. Namun tidak ada yang dapat ditemui karena sepi.
“Ini tutup tapi engga ada pemberitahuan. Kemarin masih ada aktivitas. Ini saya mau ketemu dengan pihak yayasan tapi ngga ada yang bisa ditemui,” katanya ditemui di lokasi kejadian, Rabu (31/7).
Anaknya baru lima hari sekolah di Wensen School. Selama belajar, tidak ada hal yang mencurigakan. Anaknya berusia 5 tahun dan sekolah setiap hari. Jam belajar dimulai pukul 07.00 dan pulang jam 11.00 WIB.
Selama bersekolah, anaknya tidak ada hal yang mencurigakan. Dia tidak tahu aktivitas yang dilakukan selama dititip di sekolah.
“Saya tinggal di daerah sini, anak saya baru 5 hari masuk sini anak usia 5 tahun. Ngga ada apa-apa anak ditinggalin, masuk sekolah jam 7-11 WIB. Aktivias sekolah kadang kunjungan main keluar, ke puskesmas,” ujarnya.
Saat masuk, dia membayar uang Rp 3 juta. Untuk bayaran per bulan Rp 500 ribu. Dia pun akan segera menarik anaknya dari sekolah tersebut karena khawatir terjadi hal seperti korban yang beredar.
“Mau narik anak karena ngeri dengan kejadian gini takutnya anak kita diapain,” akunya.
Sama halnya dengan penuturan Ardan, wali murid lainnya. Dia pun akan segera memindahkan anaknya ke tempat lain.
“Tadi kita panik setelah tahu beritanya, ini mau dipindahin karena kuatir ya dengan berita,” katanya.
Anaknya berusia 2,5 tahun. Dia mendatangi sekolah untuk meminta rekaman CCTV. Dia ingin tahu apakah anaknya pernah menjadi korban kekerasan atau tidak.
“Kita mau lihat CCTV nya,” akunya.
Selama sekolah di Wensen, anaknya sudah memperlihatkan gelagat. Setiap akan berangkat sekolah, anaknya selalu nangis.
“Awalnya emang nangis tapi saya rasa itu adaptasi. Tapi makin kesini udah feeling ko anak nangis terus mau masuk sekolah, ditambah timbul berita ini jadi penasaran. Jadinya saya mau mindahin anak saya saja,” pungkasnya.
Dia dan orang tua lainnya mengaku kecewa dengan kejadian ini. Selama sekolah, dia melihat guru yang mengajar baik, namun dia belum pernah bertemu dengan pemilik sekolah.
“Penasaran pengan liat CCTV. Sudah kecewa dengan kejadian ini takutnya terjadi ke anak saya, ngga terima. Gurunya baik tapi belum pernah ketemu ketua yayasan. Ngga ada pemberitahuan kalau tutup,” pungkasnya.