Walau Punya Kekurangan, Tak Menyurutkan Tekad Sejariah Pergi Haji
Penyandang disabilitas netra ini mampu menunaikan ibadah haji
Meski tak bisa melihat sejak usia 7 tahun, namun hal tersebut tak membuat tekadnya goyah menunaikan haji
Walau Punya Kekurangan, Tak Menyurutkan Tekad Sejariah Pergi Haji
Senyuman merekah tak pernah luput dari wajah Sajeriah (65) setibanya di Madinah, Arab Saudi pada Selasa (15/5) lalu. Meski tak bisa melihat sejak usia 7 tahun, namun hal tersebut tak membuat tekadnya goyah menunaikan rukun islam kelima, berhaji ke Baitullah.
Penantian 14 tahun perempuan asal Pare-Pare, Sulawesi Selatan ini akhirnya membuahkan hasil. Penyandang disabilitas netra ini tergabung dalam jemaah haji kelompok terbang (kloter) 3 UPG.
Semangat Sajeriah tak pernah padam. Meski tak bisa melihat, Sejarah secara mandiri menyiapkan segala perbekalan dan kebutuhannya menuju ke Tanah Suci. Mulai dari mencuci, melipat dan menyusun pakaian ke dalam koper dilakukan secara sendiri.
Dibalik keterbatasan fisiknya, ternyata Sejariah merupakan sosok pemberani. Dia mengaku tidak takut melakukan perjalanan haji.
“Saya tidak takut, kalaupun saya meninggal tidak apa-apa,” kata Sejariah saat ditemui Media Center Haji, Rabu (15/5) lalu.
Sebenarnya, Sajeriah pernah berumrah 7 tahun lalu. Kala itu dia merasa sudah cukup karena merasa khawatir akan merepotkan banyak orang.
Namun pada akhirnya Sejariah mantap berangkat. Dia hanya menggantungkan hidupnya pada Allah SWT.
“Ada Allah SWT yang membantu. Apalagi mereka yang bisa melihat. Ayo naik haji,” kata Sejariah.
Ungkapan tersebut tak pelak membuat orang-orang di sekitarnya menitikkan air mata. Hasmia (53), salah satu keponakan yang mendampingi Sajeriah menunaikan ibadah haji tak kuasa menahan tangisnya.
Hasmia mengaku dekat dengan sang bibi sejak kecil. Meski memiliki kekurangan Sajeriah begitu mandiri.
Dia terbiasa mengurus keponakannya hingga mengerjakan pekerjaan rumah tangga semisal memasak nasi dan mencuci pakaian. Kemandirian itu yang membuat Hasmia merasa sang bibi selayaknya orang pada umumnya.
“Dia bisa masak, mencuci, dan segalanya dia lakukan sendiri,” ucap Hasmia dalam kesempatan yang sama.
Bagi Hafidah Jufri, perawat yang memeriksa kesehatan Sajeriah, dia memiliki semangat luar biasa. Kondisi kesehatannya sangat baik karena hasil tes kesehatan, baik darah, urine, dan lain-lain masih di bawah ambang batas.
“Semangatnya luar biasa, saya salut,” kata Hafidah.
Ketua Kloter 3 UPG, M Hasyim Usman mengaku salut akan semangat Sajeriah yang berkeyakinan besar untuk berangkat meski memiliki keterbatasan.
“Awalnya pendampingan dia tidak masuk. Awalnya yang diusulkan untuk mendampingi adalah keponakannya yang serumah tetapi tidak bisa,” ucap Hasyim.
Begitu Sajeriah dinyatakan berangkat, Hasyim pun memberikan semangat. Salah satunya, dia membagi anggota rombongan dengan komposisi beragam, mulai dari tua muda, dan lansia. Juga dibagi ada anggota yang sehat dan yang memiliki masalah kesehatan.
“Walaupun ada yang tidak setuju diberikan pemahaman, kita berangkat ini sama, satu saudara masa kami tidak mampu,” kata Hasyim.
Salah satu yang paling diingat Hasyim dari Sajeriah yakni, saat wanita itu harus berulang kali kembali ke kantor Kementerian Agama untuk mengurus berbagai persyaratan administrasi. Padahal dalam hal ini, Sejariah tak perlu hadir langsung karena bisa diwakilkan.
“Dia datang langsung ke kantor walau sebenarnya bisa saja diwakilkan yang lain,” kata Hasyim.