288 Jemaah Lansia dan Disabilitas Tanpa Pendamping Bakal Menjalani Safari Wukuf
Kementerian Agama telah menentukan persyaratan jemaah haji lansia dan disabilitas yang akan mengikuti safari wukuf lansia non-mandiri.
Kementerian Agama telah menentukan persyaratan jemaah haji lansia dan disabilitas yang akan mengikuti safari wukuf lansia non-mandiri.
288 Jemaah Lansia dan Disabilitas Tanpa Pendamping Bakal Menjalani Safari Wukuf
Sebanyak 288 jemaah haji Indonesia akan menjalani safari wukuf pada puncak haji di Arafah tanggal 14 Juni 2024. Mereka yang menjalani safari wukuf ini merupakan jemaah haji lansia tanpa pendamping atau non mandiri.
"Berdasarkan data yang kami dapatkan dari kepala seksi bahwa jumlah jemaah haji yang akan kita safari hukumkan itu berjumlah 288 itu terdiri dari 11 sektor," kata Penanggung Jawab Safari Wukuf dr. Meldy di Mekkah, Rabu (12/6).
Sebagai informasi, Kementerian Agama telah menentukan persyaratan jemaah haji lansia dan disabilitas yang akan mengikuti safari wukuf lansia non-mandiri.
Pertama, jemaah lansia dan disabilitas yang tidak mandiri (tirah baring) dalam melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makan, minum, mandi, dan mobilisasi.
Kedua, jemaah lansia dan disabilitas yang tidak bisa berjalan atau pengguna kursi roda karena sakit yang memerlukan perawatan lebih lanjut.
Ketiga, jemaah lansia dan disabilitas yang memiliki komorbid penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, stroke (sedang-berat).
Keempat, jemaah lansia dan disabilitas yang pulang setelah mendapat perawatan dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dengan kelemahan.
Kelima, jemaah lansia dan disabilitas sesuai dengan kriteria risiko tinggi yang ditentukan petugas kloter.
Meldy mengatakan saat ini jemaah Lansia tengah dijemput secara berkala dari hotel pemondokan di tiap sektor ke hotel transit. Hotel transit ini lokasinya dekat dengan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah.
Dia menjelaskan hotel transit ini merupakan apartemen yang secara infrastrukturnya dibuat senyaman rumah.
"Fasilitas secara infrastrukturnya di sini kita buat senyaman mungkin seperti di rumah. Sehingga kita memilih hotelnya ini adalah mirip apartemen," kata Meldy.
Selama di hotel transit, jemaah haji akan mendapat layanan dari 60 petugas teknis Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP3JH). Selain itu ada 10 petugas penunjang seperti dokter, perawat hingga apoteker.
Para petugas akan membantu melayani kebutuhan jemaah seperti membantu berjalan ke kamar mandi, memberikan makanan dan sebagainya.
Rencananya, jemaah lansia non mandiri tersebut akan disafariwukufkan pada Sabtu pekan ini. Saat pelaksanaannya, jemaah akan didampingi para petugas teknis. Sehingga demi kelancaran pergeseran dan safari wukuf, jemaah diberangkatkan lebih awal ke hotel transit.
"Kalau itu dilakukan menjelang H-1 atau H-2, takutnya itu tidak sempat bahkan mungkin akan mengganggu kesehatan mereka," kata Meldy mengakhiri.