Warga lereng Merapi mengungsi masih teringat erupsi di 2010
"Masyarakat masih termemori dengan peristiwa (erupsi) 2010. Sehingga merespon aktivitas yang sebenarnya letusan freatik, tetapi dalam kerangka memory masa lalu. Karena kejadianya malam dan takut kalau tidak tahu aktivitas yang lebih besar mereka lalu mandiri turun," ujar Biwara di Pusdalops BPBD DIY, Selasa (22/5).
Letusan freatik yang terjadi pada Senin (21/5) dan Selasa (22/5) membuat masyarakt sekitar lereng Merapi gelisah. Mereka teringat pada peristiwa erupsi Gunung Merapi di tahun 2010 yang lalu.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana. Sehingga pada saat terjadi letusan freatik, masyarakat memilih untuk mengungsi secara mandiri.
-
Kapan Gunung Merapi meletus? Awan panas guguran itu terjadi pukul 20.26 WIB yang mengarah ke barat daya (Kali Bebeng) arah angin ke timur.
-
Dimana Gunung Merapi terletak? Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta mengalami 71 kali gempa guguran.
-
Di mana batuan jumbo di Gunung Merapi ditemukan? Saat menyusuri kawasan hulu Sungai Boyong yang berada di area Taman Nasional Gunung Merapi, tim kanal YouTube Jogja Plus menemukan banyak batuan berukuran jumbo.
-
Apa yang terlihat meluncur dari kawah Gunung Merapi? Semakin dekat ke puncak, terlihat sebuah guguran lava meluncur dari kawah dengan batu-batunya yang masih merah memancarkan nyala api.
-
Apa yang dikeluarkan Gunung Merapi pada Rabu dini hari? Gunung Merapi bergejolak lagi. Pada Rabu (2/8) dini hari pukul 00.00 hingga pagi pukul 06.00, gunung api paling aktif di tanah Jawa ini mengeluarkan 8 kali guguran lava.
-
Mengapa Sarisa Merapi dibentuk? Melimpahnya buah salak menggerakkan Kelompok Wanita Tani Kemiri Edum untuk mendirikan sebuah UMKM bernama Sarisa Merapi di Dusun Kemiri, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem.
"Masyarakat masih termemori dengan peristiwa (erupsi) 2010. Sehingga merespon aktivitas yang sebenarnya letusan freatik, tetapi dalam kerangka memory masa lalu. Karena kejadianya malam dan takut kalau tidak tahu aktivitas yang lebih besar mereka lalu mandiri turun," ujar Biwara di Pusdalops BPBD DIY, Selasa (22/5).
Biwara menjelaskan, menangani kondisi itu yang diperlukan adalah penguatan psikologi masyarakat. Selain itu, diperlukan juga sosialisasi agar masyarakat bisa memahami informasi yang berkembang.
"Titik krusial yang paling penting pada penguatan psikologi masyarakat. Ini yang kemudian sangat perlu ada sosialiasi masyarakat. Sehingga bisa merespon aktivitas letusan freatik, dan tidak perlu mengungsi," urai Biwara.
Biwara menerangkan, saat warga melakukan evakuasi mandiri, petugas dari BPBD maupun relawan turut membantu. Meskipun sempat ada evakuasi mandiri tetapi pada pagi harinya, warga sudah kembali lagi ke rumah masing-masing.
"Warga sudah pulang ke rumah masing-masing, karena tak ada aktivitas (Gunung Merapi) yang membahayakan," tutup Biwara.
Baca juga:
Sempat muncul gempa Tremor saat letusan freatik Gunung Merapi
Merapi waspada, Sultan HB X imbau masyarakat tetap tenang
Status waspada Gunung Merapi tak ganggu kegiatan belajar sekolah
Erupsi Merapi, BPBD Klaten bagikan 15 ribu masker
Warga Sleman perbaiki jalur evakuasi Merapi yang rusak dilewati truk pasir
Merapi kembali erupsi, ratusan warga Boyolali dan Sleman mengungsi