Waspada! Antraks Bisa Picu Kematian pada Manusia dalam 24 Jam
Syamsul Ma’arif meminta masyarakat tidak mengonsumsi daging hewan yang terpapar antraks.
Waspada! Antraks Bisa Picu Kematian pada Manusia dalam 24 Jam
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian (Kementan) Syamsul Ma’arif meminta masyarakat waspada terhadap antraks. Dia mengingatkan, antraks bisa memicu kematian hanya dalam waktu 24 jam.
“Kontaminasi penularan antraks ini memang paling bahaya spora tadi. Spora itu begitu hirup orang langsung dalam waktu 24 jam mati. Dalam waktu 24 jam sudah bisa menyebabkan kematian,” kata Syamsul Ma’arif dalam konferensi pers virtual melalui YouTube Kemenkes RI, Kamis (6/7).
Antraks merupakan penyakit yang tidak hanya menular dari satu hewan ke hewan lainnya. Tapi juga bisa menular dari hewan ke manusia. Namun, penyakit ini tidak menular dari manusia ke manusia. Dia mengatakan, sekitar 95 persen penyakit antraks menular melalui kontak fisik. Saat antraks masuk ke dalam tubuh, dia bergerak cepat hingga menembus otak manusia.
Syamsul Ma’arif meminta masyarakat tidak mendekati hewan yang terkonfirmasi antraks. Menurutnya, hewan yang mati akibat antraks sebaiknya dibakar atau dikubur untuk mencegah penularan.
“Makanya dilarang begitu ada hewan mati karena antraks tidak boleh dibuka. Kalau itu dibuka, itu bakterinya langsung membuat spora yang bisa tahan bertahun-tahun. Dalam suhu berapa pun tidak bisa kita lakukan,” ujarnya.
Jangan Makan Daging Terkontaminasi Antraks
Selain itu, Syamsul Ma’arif meminta masyarakat tidak mengonsumsi daging hewan yang terpapar antraks. Dia menegaskan, mengonsumsi daging terjangkit antraks meskipun sudah direbus tetap sangat berbahaya.
“Sehingga kalau direbus aman enggk? Enggak aman. Tidak aman dan itu bisa berbahaya. Jangankan direbus, saat membuka saja sudah tidak boleh,” kata Syamsul Ma’arif.
Menurut Syamsul Ma’arif, respons tubuh manusia yang menghirup udara terkontaminasi spora dengan mengonsumsi daging terjangkit antraks berbeda. Orang yang menghirup udara terkontaminasi spora antraks bisa mengalami fatalitas dalam waktu singkat. Sementara manusia yang mengonsumsi daging terpapar antraks biasanya menimbulkan gejala terlebih dahulu. Seperti diare berdarah dan muntah darah. “Itu kita masih ada waktu sela untuk bisa melakukan penanganan pada kesehatan manusia,” imbuhnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi mengatakan, antraks merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri bacillus antrachis. Antraks umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, hingga domba.
“Bakteri penyebab antraks apabila kontak dengan udara akan membentuk spora yang sangat resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia tertentu dan dapat bertahan selama puluhan tahun di dalam tanah.”
Dirjen P2PM Kemenkes, Imran Pambudi.
merdeka.com
Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin mengungkapkan ada sejumlah gejala klinis antraks. Di antaranya demam tinggi pada hewan infeksi, hewan ternak mengalami gelisah, kesulitan bernapas, kejang, rebah, mati mendadak tanpa menunjukkan gejala klinis, dan terjadi pendarahan pada lubang kumlah.
Pengobatan antraks biasanya melibatkan antibiotik seperti penisilin, sefalosporin, atau tetrasiklin. Antibiotik ini dapat membantu menghentikan pertumbuhan dan penyebaran bakteri dalam tubuh.