Analisis Lengkap Dua Lembaga, Penyebab Suara Ganjar-Mahfud Anjlok Versi Quick Count Pilpres 2024
Namun, hal itu berbanding terbalik dengan suara PDI Perjuangan yang tinggi pada Pemilu 2024 ini
Namun, hal itu berbanding terbalik dengan suara PDI Perjuangan yang tinggi pada Pemilu 2024 ini
- Analisis LSI Penyebab Suara Ganjar Anjlok di Pilpres 2024
- Analisis Indikator Politik soal Penyebab Suara Ganjar-Mahfud Versi Quick Count Pilpres 2024 Keok
- Analisis Anomali Suara Ganjar-Mahfud Kecil saat PDIP Nomor Satu di Pileg
- Kalah Pilpres 2024 versi Quick Count, Ganjar: Kamu Percaya Suara Saya Segitu?
Analisis Lengkap Dua Lembaga, Penyebab Suara Ganjar-Mahfud Anjlok Versi Quick Count Pilpres 2024
Elektabilitas pasangan nomor urut 03, Ganjar-Mahfud anjlok versi quick count atau hitung cepat sejumlah lembaga survei. Namun, hal itu berbanding terbalik dengan suara PDI Perjuangan yang tinggi pada Pemilu 2024 ini.
Ketua Peneliti Charta Politika, Nahrudin mengatakan, perolehan suara Ganjar dan Mahfud tidak signifikan bukan karena mesin politik tidak berjalan.
Sebab, Nahrudin mengatakan partai pendukung Ganjar-Mahfud yang lolos syarat Parliamentary Threshold atau ambang batas parlemen hanya PDI Perjuangan sehingga tidak ada dukungan tambahan dari pndukung partai lain selain partai besutan Megawati Soekarnoputri.
Nahrudin menambahkan, anomali perolehan suara partai politik dan capres-cawapres juga tidak hanya terjadi di pasangan Ganjar-Mahfud. Menurut dia, perolehan suara pasangan Anies-Muhaimin di bawah gabungan partai pengusung PKB, PKS dan NasDem.
"Jadi memang, faktor kemenangan pasangan Prabowo-Gibran lebih karena faktor Jokowi," kata Nahrudin saat dihubungi, Jumat (16/2).
Nahrudin menambahkan, anomali perolehan suara partai politik dan capres-cawapres juga tidak hanya terjadi di pasangan Ganjar-Mahfud. Menurut dia, perolehan suara pasangan Anies-Muhaimin di bawah gabungan partai pengusung PKB, PKS dan NasDem.
"Jadi memang, faktor kemenangan pasangan Prabowo-Gibran lebih karena faktor Jokowi," kata Nahrudin saat dihubungi, Jumat (16/2).
Faktor Suara PDIP Tetap Tinggi
Menurut Nahrudin, perolehan suara Ganjar-Mahfud serupa dengan PDI Perjuangan tersebut lantaran para calon legislatif (caleg) dari partai berlambang banteng moncong putih sangat mengakar dan loyal dibanding dengan caleg lainnya.
"Menurut hipotesa saya yang bisa menjelaskan ini karena adanya faktor caleg-caleg PDIP cukup mengakar dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap tokoh tersebut di hampir seluruh dapil yang ada," kata Nahrudin.
Loyalitas caleg PDI Perjuangan itu berbanding terbalik dengan Partai Gerindra yang hanya berpegang terhadap sosok Prabowo Subianto.
Sehingga ketokohan partai berlambang garuda tersebut belum menyeluruh.
Hanya Separuh Pemilih PDIP Coblos Ganjar-Mahfud
Hasil analisis Litbang Kompas terhadap survei hasil pencoblosan pada Rabu 14 Februari 2024 lalu menunjukkan bahwa 54,9 persen pemilih PDI Perjuangan mencoblos Ganjar-Mahfud.
Artinya hanya separuh pemilih PDI Perjuangan yang mencoblos Ganjar-Mahfud.
"Kondisi ini bisa dibaca bahwa figur Ganjar-Mahfud belum sepenuhnya diterima oleh PDI Perjuangan," kata Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu dikutip dari Kompas.id, Jumat (16/2).
Selain itu, analisis Litbang Kompas, menunjukkan bahwa faktor Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut mempengaruhi perolehan suara Ganjar-Mahfud dari pemilih PDI Perjuangan. Hasil analisis Litbang Kompas memperlihatkan pemilih partai berlambang banteng moncong putih cenderung mengikuti langkah politik Presiden Jokowi.
Sementara perolehan suara Prabowo-Gibran sendiri banyak dipasok dari pemilih Gerindra, partai pimpinan Prabowo. Analisis Litbang Kompas menunjukkan 87,6 persen pemilih Gerindra menjatuhkan pilihan kepada Prabowo-Gibran.
Sedangkan suara pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, sebagian besar berasal dari pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS). "Angkanya mencapai 65,2 persen dari pemilih PKS yang menjatuhkan pilihan ke pasangan tersebut," ujar Yohan.
Analisis Indikator Politik
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indokator Politik Indonesia, Prof Burhanuddin Muhtadi mengatakan penyebab rendahnya suara Ganjar-Mahfud, karena tidak nyambung narasi demokrasi antara elite partai dengan basis massa.
"Paling tinggi Prabowo-Ganjar (yang setuju dengan demokrasi saat ini baik). Jadi pemilih prabowo dan ganjar cenderung puas (terhadap demokrasi saat ini). Nah lagi-lagi ini menjelaskan Paslon nomor 03 underperform," kata Burhanuddin saat jumpa pers, Rabu (21/2).
"Kenapa karena basis pendukungnya tidak nyambung dengan narasi PDIP dan Mas Ganjar yang terlalu memfokuskan demokrasi sebagai civil libertis, kan kritiknya tajam ya," tambah Burhanuddin.
Kritik tajam dari Paslon Ganjar-Mahfud soal kebebasan demokrasi, pelanggaran konstitusi, etika demokrasi.
Ternyata tidak nyambung dengan basis massa yang merasa puas dengan demokrasi era Presiden Jokowi mencapai 76,1 persen sedangkan tidak setuju 22,9 persen.
Banyaknya pendukung dari Ganjar-Mahfud yang merasa puas dengan demokrasi. Karena, melihat dari sisi kemudahan mencari nafkah dan mendapatkan kerja yang baik.
"Tetapi ditanya basis pendukungnya, mereka puas-puas saja, jadi memang repot jadi Mas Ganjar ya di pemilu 2024 karena enggak nyambung aspirasi elit dengan masanya," tuturnya.