Survei Terbaru Ganjar-Mahfud Anjlok, Pakar Komunikasi: Sering Kritik Presiden Jokowi
Elektabilitas keduanya bisa naik dan Prabowo-Gibran bisa turun ketika ada hal khusus.
Dalam survei terbaru Litbang Kompas, elektabilitas Ganjar-Mahfud kalah dari Anies-Cak Imin
Survei Terbaru Ganjar-Mahfud Anjlok, Pakar Komunikasi: Sering Kritik Presiden Jokowi
Elektabilitas pasangan calon nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD semakin anjlok dalam sejumlah hasil survei tingkat elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden 2024.
Anjloknya elektabilitas Ganjar-Mahfud disebabkan oleh sikap Ganjar yang terlalu vokal dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dosen Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Triyanto Lukmantoro mengatakan beberapa bukan terakhir Ganjar memang keras dalam mengkritik Jokowi, terutama setelah Gibran menjadi cawapres Prabowo. Semakin Ganjar keras melakukan kritik, maka tingkat elektabilitasnya diyakini akan semakin merosot.
"Jadi semakin Ganjar atau orang-orang PDI mengkritik Pak Jokowi secara personal atau keluarganya justru elektabilitasnya semakin menurun. Justru Pak Jokowi kan atasannya, presidennya, dan masih satu partai mengapa harus menjelek-jelekkan Pak Jokowi, program-programnya," kata Triyanto Lukmantoro di Semarang, Selasa (12/12).Dia menganggap bahwa Ganjar juga sering blunder dalam mengkritik. Sepertin contoh saat memberikan skor 5 pada pemerintah Jokowi soal penegakan hukum. Padahal Menhukham Yasonna Laoly merupakan kader PDIP dan Menkopolhukam Mahfud MD cawapres Ganjar sendiri.
"Jawabnya skor 5. Ganjar salah karena Menkuham dari PDIP dan Menkopolhukam Mahfud MD calon presidennya dari mana, semua PDIP," ungkapnya.
Jokowi memiliki pengaruh yang kuat di mata masyarakat. Selain itu, Jokowi memiliki tingkat kepuasan publik (approval rating) mencapai mencapai 76 persen dalam hasil survei Indikator Politik Indonesia.
"Harus dilihat approval rating tingkat kesukaan masyarakat terhadap Pak Jokowi sekarang itu menurut Indikator Politik Indonesia sekitar 76 persen bahkan ada yang lebih dari itu. Kalau kemudian Ganjar yang 1 parpol, jelek-jelekin Pak Jokowi gimana," jelasnya.
Dia juga mempertanyakan posisi Ganjar saat ini yang berubah seolah menjadi oposisi. Padahal dahulu Ganjar mengekor ke Jokowi. Berbeda dengan Anies dan Prabowo yang memiliki sikap konsisten dari awal.
"Beda dengan Anies yang duduk di luar pemerintahan. Jadi Ganjar serba salah mengkritik Pak Jokowi, mau memuji Pak Jokowi sudah porsinya Prabowo. Itu serba salah jangan heran makin lama suaranya makin turun," jelasnya.
Saat ini Ganjar-Mahfud dalam posisi yang sulit. Namun, elektabilitas keduanya bisa naik dan Prabowo-Gibran bisa turun ketika ada hal khusus yang membuat publik harus mengalihkan dukungan.
"Kecuali ada hal khusus yang menjadikan pasangan Prabowo-Gibran ini tidak disukai, misalnya kasus tertentu, misal moral korupsi, kasus lain itu harus kita cermati, kalau tidak maka trennya semakin naik," tandasnya.