Dialog dengan Tokoh Agama Sinode GMIM, Ganjar Singgung Pelajaran Moral dan Etika
Saat berkampanye di sejumlah daerah, Ganjar kerap menyinggung soal adab dan etika.
“Maka ajarilah kami moral dan etika agar kita bisa saling menyayangi satu sama lain, sehingga kita punya toleransi yang baik, kita menghargai semua orang,” kata Ganjar.
Dialog dengan Tokoh Agama Sinode GMIM, Ganjar Singgung Pelajaran Moral dan Etika
Calon presiden (capres) nomor urut tiga Ganjar Pranowo mengunjungi Gereja Masehi Injili Minahasa, Kota Tomohon, Sulawesi Utara.
Dalam kesempatan itu, dia mengulas pentingnya moral dan etika di samping menyejahterakan masyarakat.
“Saya dan Pak Mahfud ini tidak berasal dari keluarga kaya cenderung miskin bapak ibu. Kami bisa survive ketika kami kuliah bekerja. Kami hidup ya dalam kekurangan. Kami merasakan telur rebus dibagi empat,” tutur Ganjar saat berdialog bersama jajaran Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Masehi Injili Minahasa, Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Kamis (1/2).
Ganjar menyebut, kunjungannya selama kampanye tidak didasarkan pada kepentingan politik dan elektoral semata. Pasalnya, ada banyak remote area atau daerah yang jauh dari pusat peradaban dan teknologi terkini, yang sangat memerlukan perhatian.
“Maka saya sampaikan kepada banyak orang, jangan ajari kami soal rasa lapar. Karena kami merasakan itu. Jangan ajari kami bagaimana paham rasanya kesusahan, karena kami merasakan itu,” jelas dia.
“Maka ajarilah kami moral dan etika agar kita bisa saling menyayangi satu sama lain, sehingga kita punya toleransi yang baik, kita menghargai semua orang,” sambungnya.
Dalam setiap kesempatan mengunjungi remote area, Ganjar mengaku mendapat banyak komentar negatif dan bahkan dicemooh.
Baginya, suara rakyat lebih penting daripada hadir sesaat demi kepentingan politik semata.
“Sahabat saya bertanya, ngapain Pak Ganjar datang ke tempat-tempat yang secara elektoral rendah, kenapa tidak konsen saja di Jawa. Rasanya kawan saya salah. Yang saya mau lihat daerah remote,”
ungkapnya.
merdeka.com
“Daerah termiskin, terluar, terpencil. Kemudian kalau kita tidak bisa memberikan kesamaan hak, apa yang terjadi? Disparitas menjadi tinggi, gapnya menjadi tinggi,” Ganjar menandaskan.
Saat berkampanye di sejumlah daerah, Ganjar kerap menyinggung soal adab dan etika. Misalnya, kala Ganjar bertemu masyarakat Yogyakarta.
Dia mengatakan, pendidikan bukan hanya sekadar pintar-pintaran, tapi mengajarkan kita ‘unggah unggoh’ adab dan etika. Itulah yang menurutnya, sebenar-benarnya karakter yang diwujudkan sehingga orang-orang datang ke Yogyakarta.
Saat kampanye di Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), Ganjar mengaku mendapat pesan dari Uskup Ruteng Mgr Siprianus mengenai pentingnya seorang pemimpin menjaga etika dan moral.
"Sebagai pemimpin rohani, saya juga ingin menekankan pentingnya etika dalam kepemimpinan politik,” ujar Ganjar.