DPR dinilai lembaga terkorup, Fadli Zon bilang anggarannya kecil
DPR dinilai lembaga terkorup, Fadli Zon bilang anggarannya kecil. TII nilai DPR lembaga terkorup tiga tahun terakhir. Namun Fadli Zon protes, sebab alokasi anggaran buat legislatif terbilang kecil. Dia pun menantang TII periksa pengguna anggaran terbesar yakni pemerintah.
Transparency International kembali meluncurkan Global Corruption Barometer (GCB). Hasilnya, lembaga legislatif baik di tingkat pusat (DPR) maupun daerah (DPRD) dicap sebagai lembaga paling korup dalam tiga tahun terakhir.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, TII seharusnya memeriksa lembaga dengan anggaran terbanyak yakni pemerintah. Sebab, porsi anggaran yang dialokasikan kepada DPR tergolong kecil.
"Kalau dilihat dari porsi anggaran DPR ini kan yang paling kecil sebetulnya menggunakan anggaran APBN hanya 0,01 atau 0,02 persen dari total APBN. Jadi kalau mau diperiksa, periksalah pengguna anggaran terbanyak," kata Fadli di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (8/3).
Fadli mempertanyakan, metode dan sumber survei yang dilakukan TII apakah hanya mengambil informasi dari media massa atau melakukan investigasi secara langsung terhadap kinerja DPR.
"Saya belum lihat juga sejauh mana, bagaimana dia melakukan survei apakah dia hanya melalui berita-berita yamg ada di media atau memang melakukan satu proses investigasi sampai sistem dan mekanisme yang ada di dalam lembaga-lembaga tersebut," terangnya.
Untuk itu, kata Fadli, TII sebaiknya menggali dugaan praktik korupsi di lembaga-lembaga eksekutif dengan anggaran yang besar ketimbang DPR.
"Jadi kalau kita mau menggali lebih seperti yang saya katakan tadi potensi terbesar adalah di lembaga yang memiliki anggaran yang besar yaitu di eskekutif bukan legislatif," tegas Fadli.
Apalagi, menurut Fadli, DPR tidak bisa ikut dalam satuan III pembahasan anggaran negara. Sehingga, pemerintah adalah satu-satunya pihak yang mengetahui penggunaan anggaran.
"Ya kita sudah tidak lagi ikut di dalam proses satuan 3 ya. Jadi kita hanya memberikan balk gitu kepada pihak Pemerintah sebagai pengguna anggaran. Kita tidak tahu lagi penggunaan anggaran dari pemerintah secara detil," pungkasnya.
Transparency International kembali meluncurkan Global Corruption Barometer (GCB). GCB merupakan potret kinerja pemberantasan korupsi berdasarkan persepsi dan pengalaman masyarakat di masing-masing negara. Hasilnya, ada sejumlah lembaga di Indonesia yang tingkat praktik korupsinya cukup tinggi.
"Dalam konteks Indonesia, korupsi masih meningkat, dengan lembaga-lembaga pemerintahan seperti DPR, DPRD, birokrasi, sektor pajak dan polisi dipersepsikan sebagai lembaga yang korup," ungkap Sekretaris Jenderal Transparency Internasional Indonesia, Dadang Trisasongko, demikian dilansir dari situs www.ti.or.id, Rabu (8/3).
Di Indonesia, kata dia, survei dilakukan terhadap 1000 responden yang tersebar secara proporsional di 31 provinsi. Responden diwawancara pada medio 26 April 27 Juni 2016 dengan batasan pada pengalaman dan pengetahuan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.
Hasil dari GCB 2017 memberikan gambaran bahwa korupsi masih terjadi dalam sektor layanan publik yang diselenggarakan negara. Ketika berinteraksi dengan layanan publik, lebih dari sepertiga masyarakat harus membayar suap. Polisi adalah layanan publik dengan suap tertinggi, diikuti dengan sektor administrasi dan kependudukan.
Dibandingkan dengan negara-negara Asia Pasifik lainnya, masyarakat di Indonesia paling positif menilai upaya pemerintah melawan korupsi. Lebih dari setengah responden mengatakan pemerintah bekerja lebih baik untuk memberantas korupsi. Selama tiga tahun terakhir, pengalaman masyarakat dengan layanan publik menunjukkan perbaikan.
"Pemerintah harus lebih serius membangun tata kelola yang tidak rentan korupsi, serta memastikan masyarakat dapat aktif mengawasi," kata Dadang Trisasongko.
Namun tidak demikian dengan lembaga legislatif baik di tingkat pusat maupun daerah. Tingkat korupsi di lembaga legislatif masih dinilai tinggi, penilaian ini konsisten menempatkan legislatif sebagai lembaga paling korup, setidaknya selama tiga tahun terakhir.
Hal ini bisa disebabkan 2 (dua) hal, pertama, banyaknya kasus korupsi yang melibatkan anggota legislatif di daerah (DPRD) dan pusat (DPR RI). Kedua, kinerja lembaga legislatif dalam menjalankan fungsi utamanya (legislasi, anggaran, pengawasan) maupun kinerja pemberantasan korupsi di internalnya tidak maksimal. Bahkan dalam perkembangan terakhir DPR justru getol merevisi UU KPK.
Baca juga:
Pekerja Freeport sambangi DPR keluhkan soal PHK massal
Di Survei TII, DPR salah satu lembaga korup
Fadli sebut anggota DPR terseret kasus e-KTP tanggung jawab pribadi
DPR dorong agar semua pelumas wajib SNI, termasuk merek luar
Ramai-ramai bantah tak kecipratan duit korupsi proyek e-KTP
Perintah sosialisasi Revisi UU KPK sejak DPR dipimpin Setya Novanto
Revisi UU KPK tidak bisa dibahas karena tak masuk Prolegnas 2017
-
Apa harapan DPR terkait kasus dugaan korupsi tol MBZ? “Saya minta Kejagung tidak menutup peluang adanya tersangka-tersangka baru,” kata Sahroni. Selain itu, politikus Partai Nasdem ini juga mengimbau agar Kejagung terus konsisten dalam mengawal dan mengamankan Proyek Strategis Nasional (PSN).
-
Apa saja kasus korupsi yang berhasil diungkap Kejaksaan Agung yang mendapat apresiasi dari DPR? Kasus kakap yang telah diungkap pun nggak main-main, luar biasa, berani tangkap sana-sini. Mulai dari Asabri, Duta Palma, hingga yang baru-baru ini soal korupsi timah.
-
Apa yang diusulkan oleh Baleg DPR terkait dengan DKJ? Baleg DPR mengusulkan agar Daerah Khusus Jakarta (DKJ) menjadi ibu kota legislasi. Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI Achmad Baidowi alias Awiek mengusulkan agar Daerah Khusus Jakarta (DKJ) menjadi ibu kota legislasi.
-
Apa yang ditemukan KPK terkait dugaan korupsi Bantuan Presiden? Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan adanya dugaan korupsi dalam bantuan Presiden saat penanganan Pandemi Covid-19 itu. "Kerugian sementara Rp125 miliar," kata Juru Bicara KPK, Tessa Mahardika, Rabu (26/6).
-
Siapa yang ditahan KPK terkait kasus dugaan korupsi? Dalam kesempatan yang sama, Cak Imin juga merespons penahanan politikus PKB Reyna Usman terkait kasus dugaan korupsi pengadaan software pengawas TKI di luar negeri.
-
Apa yang diungkapkan Firli mengenai pemberantasan korupsi? “Saya mohon dukungan dari seluruh rakyat Indonesia. Bahwa memang di dalam melakukan pemberantasan korupsi itu tidak mudah, tentulah banyak tantangan dan hambatan, bahkan jiwa raga harus kita korbankan,” kata Firli saat ditemui awak media.