Fadli Zon Minta Mahfud MD Contoh Bung Hatta Soal Diplomasi Uighur
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengkritik diplomasi lunak ala Menkopolhukam Mahfud MD dalam menanggapi konflik Uighur dan pemerintah China. Fadli menilai hal tersebut tidak sesuai dengan doktrin politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Dia mengutip pemikiran proklamasi Bung Hatta.
Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon mengkritik diplomasi lunak ala Menkopolhukam Mahfud MD dalam menanggapi konflik Uighur dan pemerintah China. Fadli menilai hal tersebut tidak sesuai dengan doktrin politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Dia mengutip pemikiran proklamasi Bung Hatta.
"Doktrin politik luar negeri kita kan politik bebas aktif, dulu bung Hatta itu yang menjadi peletak dasar politik luar negeri. Kita mendayung di antara dua karang, jadi bukan berarti kita berhenti mendayung, kalau apa yang dikatakan pak Mahfud itu kita berhenti mendayung diam saja, enggak usah ngapa-ngapain," ujar Fadli di kawasan Pancoran, Jakarta, Jumat (27/12).
-
Mengapa warga Uighur merasa diperlakukan tidak adil di China? Abdul mengatakan, saat ini terdapat ratusan tempat pengungsian konsentrasi yang mengelilingi pemukiman warga Uighur. Kamp konsentrasi ini diperkenalkan kepada dunia internasional sebagai pusat pendidikan. Namun kenyataannya kamp konsentrasi tersebut ditujukan untuk menghapuskan identitas agama dan bangsa Uighur serta membuat mereka lupa seorang muslim."Penerintah komunis China mengkriminalisasi praktek Islam yang normal," kata Abdul.
-
Apa yang terjadi pada warga Uighur di China yang membuat mereka terpisah dari keluarga? Abdul mengaku mendapat telepon dari kerabat di Shanghai pada September 2017. Menurut Abdul, kerabatnya itu mengabarkan bahwa adiknya diambil dari kamp konsentrasi warga Uighur di China. "Dan kemudian mereka tidak tahu tentang orang tuaku. Itu terakhir kali aku mendengar kabar dari mereka," ujar Abdul ketika menjadi narasumber pada agenda konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' diselenggarakan oleh OIC Youth Indonesia di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Siapa yang menganggap pelanggaran HAM di China terhadap warga Uighur sebagai tindakan pelanggaran HAM? Presiden Organization of Islamic Conference (OIC) Youth Indonesia, Astrid Nadya Rizqita menilai banyak dugaan pelanggaran HAM dalam persoalan warga Uighur."Kalau merujuk pada HAM, kebebasan beragama, itu banyak sekali hal-hal yang melanggar HAM," kata Astrid saat menyampaikan pidato pembukaan di konferensi pers dan dialog publik bertemakan 'Plight of Uyghur and Current Updates' di Marrakesh Inn Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (19/12).
-
Bagaimana cara Indonesia bisa membantu warga Uighur di China? Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang menganut prinsip non-intervensi juga bukan berarti hanya bisa diam, tetapi dapat menerapkan mekanisme dialog ataupun diplomasi untuk ikut bersuara dalam permasalahan dunia. "Ini bukan berarti kita diam atau memalingkan kepala. Namun, bukan berarti indonesia juga langsung lantas berangkat ke sana, tapi kita dapat menggunakan mekanisme dialog dan diskusi," ujar Astrid.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
-
Apa yang menjadi ciri khas dari Masjid Agung Al Munada Darussalam Baiturrahman di Tebet? Bangunan menyerupai perahu inilah yang kemudian menjadi ikon dari masjid tersebut. Tak sedikit juga jemaah yang mengabadikan gambar di sekitar area perahu.
Dia meminta Indonesia menyuarakan aktif dalam rangka melaksanakan ketertiban dunia. Seperti tertuang dalam konstitusi.
Fadli tak menutup mata jika akhirnya ada tudingan Indonesia tidak mau aktif menyuarakan masalah Uighur lantaran kedekatan dengan China.
Dia menilai, seharusnya kedekatan dengan China membuat Indonesia mengambil peran sebagai pemecah masalah. Hal tersebut, kata Fadli bukan ikut campur urusan negara orang.
"Harusnya pintar-pintar lah main, ada celah justru kita bisa menjadi bagian solusi bukan problem. Kita punya hubungan baik dengan China, kita bisa berbicara dengan mereka menawarkan sebagai problem solver bukan ikut campur dalam urusan dalam negeri," tegasnya.
Kepala Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR ini mengungkap, pernah berdialog dengan perwakilan parlemen China. Dalam pertemuan parlemen Asia itu, Fadli diberitahu bahwa China menganggap kamp konsentrasi di Uighur itu sebagai sekolah. Dalam percakapan itu, Fadli diyakinkan bahwa kamp Uighur itu akan ditutup.
"Saya sampaikan ke delegasi China, bahwa ada laporan seperti ini dan menjadi concern masyarakat Indonesia. Dan ini yang harus ada penyelesaian mereka mengatakan ini di satu sisi disebut camp tapi mereka menyebut sekolah, kata mereka itu akan segera ditutup," kata Fadli.
Dia pun berharap Indonesia tidak tutup mata seperti kasus dugaan pelanggaran HAM Rohingya.
Sebelumnya, Menko Polhukam Mahfud MD menegaskan tidak bisa ikut campur dengan urusan China dan etnis Uighur. Dia mengatakan hal itu setelah mendapatkan penjelasan dari Dubes China di Indonesia.
"Saya katakan orang Islam Indonesia agak terusik dengan peristiwa di Uighur itu. Saya pribadi, Mahfud, sering ke China. Kok di sana banyak perkampungan muslim aman. Di Beijing itu saya ke masjid nyaman. Cari restoran Islam, restoran halal, ada perkampungannya sendiri. Kok terjadi di Uighur seperti itu? Lalu dia beri penjelasan Uighur itu apa," jelas Mahfud.
Usai mendengarkan hal tersebut, dia menegaskan pemerintah Indonesia tak akan ikut campur. Dan menanyakan itulah bagian dari diplomasi yang dimaksud dengan diplomasi lunak.
"Oh kalau begitu, kami tidak ikut campur. Ini namanya diplomasi. Diplomasi lunak, gitu ya. Bukan diplomasi megaphone," pungkasnya.
(mdk/rnd)