Pesan Ketum Muhammadiyah soal Pemilu: Yang Menang Jangan Jumawa, Kalah Jangan Kecil Hati
Haedar meminta semua pihak menjaga diri dan jangan sampai terjadi pencideraan dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
Haedar juga berpesan kepada para kontestan, baik pilpres dan pileg untuk mengikuti serta mematuhi proses sesuai ketentuan.
- Ketum PP Muhammadiyah Minta Pemerintah Kaji Ulang Kebijakan PPN 12 Persen
- Pengakuan Mengejutkan Yati Pesek, Akui Cuma Nangis di Kamar Usai Dihina Miftah Maulana di Depan Umum
- Pesan Ketum Muhammadiyah untuk Pemenang Pilpres 2024: Jangan Jumawa, Tetap Rendah Hati
- Ketum Muhammadiyah Minta Capres-Cawapres dan Pendukung Harus Siap Kalah
Pesan Ketum Muhammadiyah soal Pemilu: Yang Menang Jangan Jumawa, Kalah Jangan Kecil Hati
Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nasir mengajak penyelenggara dan seluruh komponen bangsa menjunjung tinggi azas dan prinsip berdemokrasi dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
Semua pihak harus menjaga diri dan jangan sampai terjadi pencideraan dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
"Jangan ada penyimpangan, jangan lagi ada kecurangan. Jangan lagi ada proses politik yang menjadikan pencideraan terhadap prinsip Luber dan Jurdil, Bermartabat dan Berbasis Konstitusi," ungkap Haedar Nasir di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Senin (12/2).
Kata Haedar, Indonesia telah lima kali menjalankan pemilu selama era reformasi dan untuk keenam kalinya pada 14 Februari. Dia mengibaratkan pemilu seperti orang belajar jalan. Seharusnya semakin hari kian baik berjalan.
"Kami imbau, kami ajak, TNI/Polri/ Aparat Pemerintahan menjalankan tugas kenegaraannya dengan baik. Saya yakin. Saat ini antarkanlah tanggal 14 itu sebagai kontestasi yang lebih bersih, lebih bermartabat, dan menggambarkan kita dewasa secara politik,"
ungkapnya.
merdeka.com
Haedar juga berpesan kepada para kontestan, baik pilpres dan pileg untuk mengikuti serta mematuhi proses sesuai ketentuan. Selanjutnya bersikap dewasa dalam menanggapi hasil pemilu.
"Nanti di hari H, apapun hasilnya harus belajar dewasa, bahwa yang menang jangan jumawa, yang kalah jangan kecil hati. Semuanya kan kontestasi ada yang menang dan ada yang kalah," terangnya.
Tetapi terpenting saat ini, semua harus berjalan secara konstitusional. Ketika muncul problem, komplain atau dianggap terjadi penyimpangan dan sebagainya, maka harus diproses sesuai dengan koridor hukum dan konstitusi.
"Juga kami harapkan di Bawaslu, KPU bahkan di MK untuk betul-betul berdiri tegak di atas dasar-dasar prinsip konstitusi. Jangan ada istilahnya itu pengabaian atau tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya, karena nanti dikhawatirkan muncul ketidakpuasan," jelasnya.
Haedar juga mengingatkan, bahwa bangsa Indonesia dalam perjalanan politiknya yang sekian panjang tidak pernah perang saudara. Sehingga kondisi politik saat ini harus dipahami sebagai proses demokrasi yang mengedepankan persaudaraan sebagai sebuah bangsa.
"Perang itu dulu melawan penjajah kan, jangan karena pemilu lalu kita pecah sebagai bangsa. Oke dinamika, ada pilihan ke ini atau itu, itu wajar dan mestinya fair, dinikmati dengan gembira. Orang Indonesia biasanya gembira, kenapa mesti jadi tegang-tegang,"
urainya.
merdeka.com
Haedar berada di Malang dalam rangka menghadiri acara resepsi pelantikan rektor baru Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Rektor sebelumnya, Prof Fauzan digantikan oleh Prof Nazaruddin Malik.