Said Abdullah: Orang Miskin Bukan Kendaraan Politik
Said Abdullah, menginginkan fenomena bansos di ajang Pemilu ini tidak lagi terjadi.
Fenomena bantuan sosial (Bansos) di setiap gelaran Pemilu akhir-akhir ini kian menjadi lumrah. Di mana bansos dijadikan sarana menarik simpati rakyat miskin untuk tujuan dapat terpilih lagi di ajang pesta demokrasi.
Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, menginginkan fenomena bansos di ajang Pemilu ini tidak lagi terjadi. Menurut Said, masyarakat miskin bukanlah aset elektoral yang dijadikan sebagai kendaraan politik meraih kekuasaan. Harusnya kata dia bila memiliki perhatian kepada masyarakat miskin, yang harus dibenahi adalah sektor hulu. Yakni dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan mengajarkan orang miskin produktif.
"Jangan jadikah rakyat miskin kita sebagai dalih untuk mengeruk suara pemilu, seolah olah tampil bak Robin Hood membagi-bagi sembako dan uang. Masyarakat miskin bukan kendaraan politik," kata Said Abdullah, pada suatu kesempatan.
Ketua DPP PDIP itu meyakini bila hanya melayani masyarakat miskin dengan bantuan sosial, kemiskinan itu sendiri tidak akan berhenti. Justru hanya membuat masyarakat miskin terlena dan tidak berubah untuk menjadi lebih baik.
"Cara-cara seperti itu tidak akan mengentaskan rakyat miskin keluar dari kubangan kemiskinan," ujar Said.
Said Abdullah berharap masyarakat yang pernah menjadi objek penerima bansos supaya menyadari fenomena ini dan tidak mau lagi dijadikan alat pemenangan figur atau kelompok tertentu. Masyarakat miskin kata dia harus tetap berdaulat menentukan pilihan politiknya terhadap calon yang benar-benar dapat mengentaskan kemiskinan dari hulu.
Said mengingatkan masyarakat agar tidak lagi tergiur bansos dalam Pilkada 2024 ini.