SBY: Kalau ada yang nekat kudeta, saya berada di pihak seberang
Menurut SBY, hal itu sama saja dengan merusak nilai-nilai yang selama ini dibangun Indonesia.
Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan siap pasang badan jika sampai ada kalangan TNI ada yang berniat melakukan kudeta terhadap presiden.
Sebab, menurutnya, hal itu sama saja dengan merusak nilai-nilai yang selama ini dibangun Indonesia sebagai sebuah bangsa yang demokrasi dan berdaulat.
"Kalau ada pemikiran militer untuk melakukan kudeta, sekarang saya yang paling depan untuk mengatakan menolak dan tidak setuju," ujar SBY.
Hal itu disampaikan SBY saat memberikan sambutan, dalam acara bedah buku 'Transformasi TNI: Dari Prajurit Kemerdekaan menuju Tentara Profesional dalam Demokrasi' karya Letnan Jenderal (Purn) Agus Widjojo, di Auditorium CSIS, Jakarta Pusat, Senin (28/9).
"Dan kalau ada yang sampai nekat melaksanakan kudeta, saya akan berada di pihak yang berseberangan. Karena itu merusak apa yang sudah kita lakukan sampai hari ini," pungkasnya.
SBY mengatakan, sesungguhnya saat ini terbuka ruang yang cukup besar, jika Panglima TNI atau bahkan Kapolri ingin menyampaikan usulan atau masukan kepada presiden. Bahkan, keduanya bisa mengingatkan sang kepala negara.
"Presiden memiliki ruang komunikasi dengan Panglima TNI dan Kapolri. Kalau ada pikiran-pikiran TNI yang ingin disampaikan kepada Presiden, sampaikan dengan cara yang baik, kontekstual, sambil memberikan rekomendasi," ujar SBY.
"Mungkin mengingatkan juga tidak dilarang. Pasti Presiden mendengarkan," katanya menambahkan.
SBY mengatakan, TNI harus tetap mengambil sikap profesional dengan mematuhi komando presiden sebagai panglima tertinggi, sekalipun ada kebijakan kepala negara yang berlawanan dengan kepentingan TNI.
"Tapi kalau tiba-tiba mengambil jalan pintas untuk melakukan kudeta atau pengambilalihan kekuasaan, saya kira demokrasi kita akan tercoreng, dan kita akan mundur jauh ke belakang. Itu bukan pilihan reformasi yang kita laksanakan hingga saat ini," kata SBY.
Diketahui, dalam acara bedah buku tersebut, hadir pula mantan Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) Wiranto, mantan Kepala Staf AL Laksamana TNI (Purn) Agus Suhartono, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, mantan Wakasad Letnan TNI (Purn) Kiki Syahnakri, mantan Seskab yang juga pengamat militer Andi Widjajanto, CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah, Direktur Imparsial Al'Araf, dan pengamat politik Ikrar Nusa Bakti.
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Kapan Try Sutrisno menjadi ajudan Presiden Soeharto? Berkat rekam jejaknya di bidang militer, pada tahun 1974 Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto.
-
Siapa yang menjadi Panglima TNI saat Jenderal Surono berjuang bersama Barisan Keamanan Raktay (BKR)? Saat Indonesia merdeka, Surono dan kawan-kawannya bergabung dengan Barisan Keamanan Raktay (BKR) di Banyumas. Di sinilah Surono selalu mendampingi Soedirman yang kelak menjadi Panglima TNI.
-
Siapa yang menunjuk Jenderal M Jusuf sebagai Panglima TNI? Presiden Soeharto selalu punya pertimbangan saat memilih Panglima TNI. Tidak selalu melewati jalur reguler seperti yang lazim dilakukan saat ini. Atau menunjuk satu dari kepala staf angkatan. Saat memilih Jenderal M Jusuf menjadi Panglima TNI tahun 1978 pun Soeharto mengejutkan banyak pihak.
-
Apa pesan Presiden Soeharto kepada Jenderal M Jusuf saat menjadi Panglima TNI? "Perkuat dan bangkitkan kemanunggalan ABRI dan rakyat." Hanya itu pesan Soeharto untuk Jenderal M Jusuf.
Baca juga:
Ahok: Anda harus hargai SBY yang dapat kepercayaan selama 10 tahun
Kisah Adnan Buyung beberkan paniknya SBY dituduh menikah dua kali
SBY dapat gelar doktor kehormatan dari universitas di Australia
SBY instruksikan fraksi Demokrat tolak kenaikan tunjangan DPR
Bertemu Shinzo Abe, SBY bahas perdamaian dunia