Sekda: Banyak Warga Jateng yang Tidak Paham tentang Antibiotik
Pemprov Jateng meminta warganya saat ini untuk mengonsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter. Hal ini guna mencegah AMR.
Pemprov Jateng meminta warganya saat ini untuk mengonsumsi antibiotik sesuai anjuran dokter
Sekda: Banyak Warga Jateng yang Tidak Paham tentang Antibiotik
Sebab, jika mengonsumsi antibiotik tidak langsung habis, justru memicu dampak penyebab infeksi menjadi kebal terhadap obat.
"Ini masyarakat perlu diedukasi, karena pada bungkus obat antibiotik juga tidak dijelaskan kenapa harus habis. Sehingga perlu adanya edukasi kepada masyarakat sebagai konsumen," kata Sekda Jateng Sumarno di Semarang, Kamis (12/10).
Apa Itu AMR?
AMR adalah kondisi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi dan parasit menjadi resisten atau kebal terhadap antimikroba (antibiotik, antivirus, antifungal, antiparasit) yang sebelumnya efektif untuk mencegah atau membunuh mikroorganisme tersebut.
Dengan kata lain, antimikroba yang sebelumnya dapat mengatasi infeksi akibat suatu mikroorganisme menjadi tidak efektif atau berkurang efikasinya.
Sumarno menyebut, produsen obat, pelaku usaha bidang kesehatan, apoteker, perawat, maupun pelayanan kefarmasian yang lebih paham tentang risiko AMR.
Dengan begitu, mempunyai peran penting dalam memberikan informasi kepada konsumen atau masyarakat.
"Mengendalikan laju AMR merupakan tugas dari kita semua. Termasuk kita dari Provinsi Jawa Tengah dalam rangka melindungi masyarakat kita," ungkap Sumarno.
Sedangkan untuk mencegah laju AMR, berbagai langkah strategis harus dilakukan, antara lain pengawasan peredaran obat, serta edukasi kepada masyarakat tentang penggunaan obat antibiotik.
“Karena masyarakat banyak yang tidak paham tentang antibiotik, ini butuh sosialisasi; bahwa mengkonsumsi antibiotik ini tidak sembarangan dan harus dengan resep dokter," ujar Sumarno.
Hal ini dengan menerbitkan surat edaran kepada pelaku usaha antibiotik, serta memberikan imbauan kepada masyarakat luas untuk ikut berperan aktif mengendalikan AMR.
"BPOM Semarang menyadari, bahwa dalam menangani masalah AMR tdiak bisa bekerja sendiri, tapi butuh dukungan stakeholder dan lintas sektor terkait sesuai fungsi masing-masing," kata Woro.