3 Mitos Seputar Bayi Tabung atau IVF yang Banyak Beredar, Ini Fakta Sesungguhnya
Mitos-mitos seputar bayi tabung atau IVF sering kali membuat pasangan ragu untuk mencoba metode ini.
Program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) adalah salah satu solusi bagi pasangan yang mengalami kesulitan untuk hamil secara alami. Meski semakin banyak pasangan yang memilih metode ini, masih banyak mitos yang beredar dan sering kali membuat pasangan ragu untuk mencoba IVF.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas dan endokrinologi reproduksi, dr. Upik Anggraheni, mengungkapkan tiga mitos seputar bayi tabung yang paling sering didengarnya dari pasien dan memberikan klarifikasi atas mitos-mitos tersebut.
-
Apa yang dimaksud dengan bayi tabung atau IVF? Bayi tabung, atau yang lebih dikenal sebagai In Vitro Fertilization (IVF), telah menjadi harapan bagi banyak pasangan yang ingin membangun keluarga.
-
Bagaimana proses IVF dilakukan? Dr. Natalie Crawford, seorang dokter spesialis kesuburan dan salah satu pendiri Fora Fertility di Austin, Texas, menjelaskan bahwa IVF dimulai dengan stimulasi ovarium menggunakan suntikan hormon. "Selama proses ini, kami merangsang pertumbuhan beberapa sel telur dalam tubuh dengan suntikan hormon," jelasnya dilansir dari Today. "Setelah sel telur mencapai ukuran matang, prosedur dilakukan di bawah anestesi di mana sel telur diekstraksi dari tubuh melalui prosedur aspirasi jarum," sambungnya.
-
Kapan proses IVF dianggap berhasil? Tingkat keberhasilan IVF, yang diukur dengan jumlah kelahiran hidup, sangat dipengaruhi oleh usia, terutama usia sel telur.
-
Apa saja bawaan hamil bayi perempuan yang sering dipercaya? Terdapat ciri-ciri tertentu yang sering dipercaya sebagai bawaan hamil bayi perempuan. yaitu sebagai berikut: 1. Mual parah di pagi hari (Morning Sickness): Banyak orang percaya bahwa mual parah di pagi hari menandakan hamil bayi perempuan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mengalami mual parah mungkin memiliki kadar hormon yang lebih tinggi, yang sering dikaitkan dengan hamil bayi perempuan. 2. Perubahan suasana hati yang signifikan: Ibu hamil bayi perempuan sering dilaporkan mengalami perubahan suasana hati yang lebih sering dan lebih drastis. Hal ini mungkin disebabkan oleh fluktuasi hormon estrogen dan progesteron yang lebih tinggi selama kehamilan. 3. Detak jantung yang lebih tinggi: Sebuah mitos yang populer adalah bahwa detak jantung janin perempuan lebih tinggi daripada janin laki-laki. Detak jantung janin perempuan konon berada di atas 140 detak per menit, sementara detak jantung janin laki-laki berada di bawah angka tersebut. Namun, penelitian medis belum menunjukkan perbedaan detak jantung yang signifikan berdasarkan jenis kelamin. 4. Tingkat stres: Beberapa percaya bahwa tingkat stres ibu yang lebih tinggi menunjukkan kehamilan bayi perempuan. Hal ini mungkin berkaitan dengan persepsi bahwa hormon stres seperti kortisol lebih tinggi pada ibu yang mengandung bayi perempuan. 5. Lebih mudah lupa (Pregnancy Brain): Banyak ibu hamil bayi perempuan melaporkan mengalami "pregnancy brain" atau kebingungan dan pelupa yang lebih sering. Kondisi ini diduga terkait dengan perubahan hormonal yang mempengaruhi fungsi otak. 6. Kulit lebih berminyak: Kulit yang lebih berminyak dan berjerawat sering dikaitkan dengan kehamilan bayi perempuan. Hal ini diyakini karena peningkatan hormon yang menyebabkan produksi minyak berlebih pada kulit.
-
Apa yang dimaksud dengan bedak bayi? Bedak bayi adalah bedak berbentuk tabur atau padat yang dirancang khusus untuk bayi. Bedak ini biasanya digunakan untuk mengatasi biang keringat atau ruam pada kulit bayi. Formula dalam bedak bayi umumnya sangat aman dan anti iritan.
-
Kapan Inong Ayu mengumumkan kehamilannya? Inong Ayu, istri Abimana Aryasatya, baru saja mengumumkan kabar gembira tentang kehamilan anak kelima di usia 43 tahunnya.
Mitos 1: Bayi dari Program IVF Harus Dilahirkan Caesar
Salah satu mitos yang sering didengar adalah bahwa bayi yang dikandung melalui program bayi tabung harus dilahirkan dengan operasi caesar. Dr. Upik menegaskan bahwa anggapan ini tidak benar.
"Jika tidak memiliki kelainan atau masalah apapun, ya boleh dilahirkan normal. Dokter akan menyampaikan kepada pasien apa saja risiko selama persalinan," kata Upik.
Jadi, selama kondisi ibu dan bayi dalam keadaan sehat dan tidak ada komplikasi, persalinan normal tetap bisa menjadi pilihan.
Mitos 2: Anak Pertama Lewat Bayi Tabung, Anak Kedua Harus Bayi Tabung
Mitos lainnya adalah bahwa jika anak pertama lahir melalui program bayi tabung, maka anak kedua juga harus melalui cara yang sama. Faktanya, hal ini tidak selalu terjadi. Menurut dr. Upik, banyak pasangan yang setelah menjalani IVF untuk anak pertama, dapat hamil secara alami untuk anak kedua. "
"Sekarang banyak pasangan muda yang memilih langsung bayi tabung biar cepat hamil. Setelah melahirkan, dia lupa KB, lalu bisa hamil secara alami. Itu mungkin sekali," jelas Upik.
Lebih lanjut, pasien dengan riwayat Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) yang sudah berhasil hamil sekali, kehamilan selanjutnya akan lebih mudah terjadi. Ini menunjukkan bahwa kehamilan alami bisa terjadi setelah berhasil melalui program bayi tabung.
Mitos 3: Bayi dari IVF Gampang Sakit-sakitan
Ada juga mitos yang menyatakan bahwa bayi yang lahir dari program IVF akan lebih rentan terhadap penyakit dan cenderung sakit-sakitan. Dengan tegas, dr. Upik membantah hal tersebut.
"Bayi dari bayi tabung dan alami hasilnya sama. Tergantung dari genetik orangtuanya, karena sama-sama berasal dari sel benih ayah dan ibu," kata Upik.
Ini menunjukkan bahwa kesehatan bayi lebih dipengaruhi oleh faktor genetik daripada metode konsepsi. Beberapa studi yang meneliti kesehatan anak-anak IVF, seperti yang dipublikasikan di National Center for Biotechnology Information, tidak menemukan perbedaan kesehatan yang signifikan antara anak IVF dan anak yang dikandung secara alami.
Pentingnya Konsultasi dengan Dokter
Dr. Upik menekankan bahwa masih banyak mitos yang beredar tentang bayi tabung di masyarakat. Ia menyarankan agar pasangan yang berencana menjalani program bayi tabung untuk berkonsultasi langsung dengan dokter.
"Bila dengar mitos-mitos bayi tabung yang lain, bisa ditanyakan langsung ke dokter yang merawat ya," kata Upik. Konsultasi dengan dokter akan memberikan informasi yang lebih akurat dan menghilangkan keraguan yang disebabkan oleh mitos.
Pastikan untuk berkonsultasi dulu dengan dokter kandungan mengenai apakah Anda membutuhkan program bayi tabung ini. Karena tidak semua rumah sakit memiliki program bayi tabung ini, dokter biasanya akan melakukan tindakan IVF ini pada rumah sakit yang memang memliki program ini.
Kapan Prosedur Bayi Tabung atau IVF Dilakukan?
Program bayi tabung dilakukan pada pasangan dengan berbagai masalah kesuburan, seperti faktor sperma, sumbatan di kedua saluran telur, endometriosis, gangguan pematangan telur, dan faktor yang tidak diketahui penyebabnya (unexplained infertility). Prosedur ini melibatkan pertemuan sel telur dan sperma di luar tubuh manusia, kemudian 1-3 embrio yang telah terjadi pembuahan ditanam kembali ke rahim calon ibu.
Program ini dapat dilakukan pada wanita di bawah usia 46 tahun, meski ada juga kasus wanita berusia 48 tahun yang berhasil hamil melalui IVF. Angka keberhasilan program bayi tabung di dunia pada wanita di bawah 35 tahun mencapai 44,45 persen. Di Indonesia, tepatnya di program bayi tabung di RSPI pada tahun 2023, angka keberhasilan IVF pada usia kurang dari 35 tahun adalah 39,7 persen, dan pada usia 35-37 tahun sebesar 36,8 persen.