Pahami Sejumlah Mitos dan Fakta Terkait Demam pada Anak
Terdapat sejumlah mitos terkait pengobatan saat anak demam. Ketahui mana yang mitos dan mana yang fakta.
Terdapat sejumlah mitos terkait pengobatan saat anak demam. Ketahui mana yang mitos dan mana yang fakta.
-
Apa saja gejala demam pada anak? Gejala demam pada anak adalah peningkatan suhu tubuh yang mencapai 38°C atau lebih bila diukur dengan termometer. Gejala lain yang dapat menyertai demam pada anak tergantung pada penyebabnya.
-
Mengapa demam terjadi pada anak? Demam merupakan respons alami tubuh terhadap infeksi atau penyakit.
-
Apa yang harus dilakukan saat anak demam? Hal pertama yang bisa dilakukan adalah banyak memberi minum pada anak.
-
Apa penyebab demam berdarah pada anak? Penyebab demam berdarah adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.
-
Mengapa demam pada anak penting? Pada dasarnya, demam merupakan indikasi bahwa sistem imun anak sedang berusaha melawan infeksi.
-
Apa tanda-tanda demam berdarah pada anak? Tanda-tanda demam berdarah pada anak biasanya ditandai dengan demam tinggi 3 hingga 14 hari. Awalnya, kondisi ini tidak menunjukkan tanda-tanda gejala sama sekali. Terutama bagi anak yang sebelumnya belum pernah menderita DBD.
Pahami Sejumlah Mitos dan Fakta Terkait Demam pada Anak
Bagi para orang tua, menghadapi anak yang demam bisa menjadi momen yang sangat mengkhawatirkan dan membingungkan. Banyak informasi yang beredar mengenai cara menangani demam pada anak, namun tidak semuanya benar.
Pada saat anak demam, orangtua tidak boleh mengobatinya secara sembarangan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami mana yang merupakan mitos dan mana yang merupakan fakta berdasarkan penjelasan dari para ahli.
Berikut adalah beberapa mitos dan fakta terkait penanganan demam pada anak yang perlu diketahui:
Mitos 1: Demam Tinggi Berarti Penyakitnya Parah
Menurut Dr. Arifianto, SpA, demam bukanlah penyakit, melainkan gejala bahwa tubuh sedang melawan infeksi. "Demam tinggi tidak selalu berarti penyakit yang parah," kata Dr. Arifianto.
Misalnya, demam akibat infeksi virus biasanya tidak seberbahaya infeksi bakteri, meski suhu tubuh bisa sangat tinggi. Oleh karena itu, jangan langsung panik jika anak mengalami demam tinggi. Penting untuk memantau suhu tubuh anak secara berkala menggunakan termometer dan memperhatikan gejala lainnya. Jika anak masih aktif, makan dan minum dengan baik, biasanya demam tersebut tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan.
Mitos 2: Anak Harus Diberi Obat Penurun Demam
Dr. Arifianto menjelaskan bahwa obat penurun demam seperti paracetamol atau ibuprofen digunakan untuk membuat anak merasa lebih nyaman, bukan untuk menyembuhkan demam itu sendiri. "Demam sebenarnya membantu tubuh melawan infeksi," jelasnya.
Jadi, obat penurun demam hanya perlu diberikan jika anak merasa sangat tidak nyaman atau jika suhu tubuhnya sangat tinggi (di atas 39°C). Sebelum memberikan obat, lihat terlebih dahulu kondisi anak dan pastikan tidak memberikan lebih dari dosis yang dianjurkan oleh dokter atau yang tertera pada kemasan.
Mitos 3: Mengompres Anak dengan Alkohol
Mengompres anak dengan air dingin atau alkohol sebenarnya bisa membuat anak merasa semakin tidak nyaman dan tidak efektif dalam menurunkan demam.
Dr. Arifianto menyarankan untuk menggunakan air hangat untuk mengompres anak. "Air hangat membantu menurunkan suhu tubuh dengan lebih nyaman," kata Dr. Arifianto. Penggunaan alkohol dapat terserap oleh kulit dan dikhawatirkan menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Mitos 4: Anak Harus Langsung Diberi Antibiotik
Dr. Arifianto menegaskan bahwa demam tidak selalu memerlukan antibiotik, karena sebagian besar demam pada anak disebabkan oleh infeksi virus yang tidak bisa diobati dengan antibiotik. "Penggunaan antibiotik yang tidak perlu bisa menyebabkan resistensi bakteri," jelasnya.
Oleh karena itu, jangan sembarangan memberikan antibiotik. Selalu konsultasikan dengan dokter apakah antibiotik diperlukan atau tidak. Jika memang diperlukan, pastikan untuk mengikuti dosis dan jadwal pemberian sesuai resep dokter.
Mitos 5: Jika Demam, Anak Harus Dibungkus dengan Selimut Tebal
Membungkus anak yang demam dengan selimut tebal atau pakaian berlapis-lapis justru bisa membuat suhu tubuhnya semakin naik. Dr. Arifianto menyarankan untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan tidak terlalu tebal.
"Kenakan pakaian yang ringan dan nyaman untuk membantu mengurangi suhu tubuh," kata Dr. Arifianto. Pastikan ruangan memiliki ventilasi yang baik dan cukup udara segar.
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun demam pada anak bisa membuat khawatir, dengan memahami mitos dan fakta yang ada, kita dapat menangani demam dengan lebih tenang dan tepat. Selalu perhatikan kondisi anak secara keseluruhan, bukan hanya angka suhu tubuhnya. Jika anak menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan atau demam tidak kunjung reda, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter.