6 Ketakutan yang Biasa Dimiliki Anak, Siasati agar Mereka Tidak Jadi Penakut
Ketakutan yang dimiliki oleh anak bisa disebabkan oleh sejumlah hal yang perlu disiasati agar mereka tidak menjadi penakut.
Ketakutan yang dimiliki oleh anak bisa disebabkan oleh sejumlah hal yang perlu disiasati agar mereka tidak menjadi penakut.
-
Kenapa anak takut hantu? "Imajinasi mereka bisa sangat kuat dan mengalahkan mereka," terang Margee Kerr, Ph.D., seorang sosiolog dan penulis Scream: Chilling Adventures in the Science of Fear. "Mereka belum bisa membuat argumen rasional, jadi ketidakmampuan mereka untuk memahami hal-hal dapat berkontribusi pada kisah-kisah monster yang menjadi sangat menakutkan — karena mereka tidak bisa mencari tahu apa yang nyata."
-
Bagaimana cara orang tua menenangkan anak yang takut hantu? Orangtua perlu mengatur cara dan taktik untuk membicarakan ketakutan anak terkait hantu ini dan menenangkan mereka. Dilansir dari Fatherly, berikut adalah lima taktik yang bisa dilakukan orangtua untuk menenangkan anak yang takut hantu: Berbicara dengan Lembut dan Terbuka Jangan Mengabaikan Ketakutan Mereka Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan orangtua adalah mencoba meyakinkan anak bahwa hantu tidak nyata atau tidak ada. Ini bisa membuat anak merasa tidak dipahami dan ketakutannya diabaikan. Alih-alih, orangtua sebaiknya mengakui ketakutan anak dan memberikan dukungan. Katakan sesuatu seperti, "Aku mengerti kamu merasa takut, dan itu normal. Apakah ada yang bisa kita lakukan untuk membuatmu merasa lebih aman?"
-
Kenapa anak yang manja sering takut kalah? Anak yang manja sering tidak suka kalah dalam kompetisi, terutama jika ada orang lain yang mendapatkan apa yang mereka inginkan. Anak perlu belajar bahwa kekalahan adalah bagian dari hidup dan mereka tidak selalu bisa menang. Ketidakseimbangan dalam persaingan bisa membuat anak sulit beradaptasi di berbagai situasi.
-
Apa yang membuat anak takut hantu? Salah satu ketakutan yang dialami banyak anak adalah takut hantu. Takut hantu adalah hal yang umum terjadi pada anak-anak. Kadang bahkan anak bisa merasakan keberadaan hantu di sekitar mereka, bahkan jika hantu itu sebenarnya tidak nyata.
-
Bagaimana peran orang tua dalam menanggulangi dampak negatif gawai terhadap anak? Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk lebih banyak berinteraksi dengan anak-anak mereka, termasuk bernyanyi, membaca, dan berbicara.
-
Apa dampak buruk berteriak pada anak? Masalah lain yang juga mungkin muncul adalah kebiasaan ini tidak mengajarkan anak secara tepat mengenai bagaimana cara mengendalikan perilaku mereka. Hal ini bisa berdampak buruk secara jangka panjang dan membuat anak jadi sering berteriak juga.
6 Ketakutan yang Biasa Dimiliki Anak, Siasati agar Mereka Tidak Jadi Penakut
Anak-anak sering kali menjadi penakut karena pengaruh dari perkembangan kognitif dan emosional mereka. Pada usia dini, imajinasi anak sangat berkembang tetapi mereka belum memiliki kemampuan penuh untuk membedakan antara kenyataan dan khayalan.
Hal ini bisa membuat mereka mudah merasa takut pada hal-hal yang tidak nyata seperti monster di bawah tempat tidur atau suara-suara asing di malam hari. Selain itu, pengalaman negatif atau traumatis, seperti mendengar cerita menakutkan, menonton film horor, atau mengalami kejadian mengejutkan, dapat memicu ketakutan yang berkelanjutan. Pengalaman tersebut dapat meninggalkan kesan mendalam pada anak yang kemudian muncul sebagai ketakutan pada situasi atau objek tertentu.
Banyak anak memiliki ketakutan yang sama karena mereka berbagi pengalaman perkembangan yang serupa dan juga terpengaruh oleh faktor sosial dan budaya. Ketakutan terhadap gelap, hewan tertentu seperti anjing atau serangga, serta tokoh-tokoh imajinatif yang menakutkan adalah contoh umum dari ketakutan yang sering dialami anak-anak.
Anak-anak yang belajar dan berpikir dengan cara berbeda seringkali memiliki lebih banyak ketakutan dibandingkan anak-anak lainnya. Ketakutan ini seringkali berasal dari hal-hal yang mereka hadapi sehari-hari. Memahami ketakutan anak dapat membantu kita menemukan solusi yang tepat. Dilansir dari Understood, berikut ini adalah enam ketakutan umum yang biasa dimiliki anak-anak dan cara mengatasinya agar mereka tidak menjadi penakut.
1. Ketakutan Akan Kegagalan
Ketika anak-anak mengalami kegagalan saat pertama kali mencoba sesuatu, mereka mungkin ingin menyerah segera.
Cara Mengatasi:
Penting untuk mendorong anak agar tetap mencoba meskipun mereka gagal. Berikan dukungan dan dorongan positif, serta ajarkan mereka bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Anda juga bisa meminta saran dari ahli tentang cara membantu anak mengatasi ketakutan akan kegagalan.
2. Ketakutan Akan Situasi Sosial
Anak-anak yang kesulitan dengan keterampilan sosial seringkali merasa takut dalam situasi sosial atau interaksi kelompok. Mereka mungkin kesulitan memahami isyarat sosial atau mengikuti aturan sosial. Beberapa anak mungkin merasa tidak tahu apa yang harus dikatakan atau bagaimana mengatakannya, dan takut melakukan sesuatu yang memalukan di depan orang lain, terutama jika mereka pernah mengalami hal tersebut sebelumnya.
Cara Mengatasi:
Latih keterampilan sosial anak secara bertahap. Mulailah dengan situasi sosial yang lebih kecil dan tingkatkan secara perlahan. Berikan contoh dan bimbingan tentang bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, serta berikan pujian ketika mereka berhasil.
3. Ketakutan Tidak Mampu Mengikuti Pelajaran
Ketakutan ini sering muncul pada usia sekolah dasar, ketika anak-anak mulai membandingkan diri mereka dengan teman sebaya.
Mereka mungkin merasa tidak mampu mengikuti pelajaran atau tidak bisa menyesuaikan diri seperti yang mereka inginkan. Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang belajar dan berpikir dengan cara berbeda seringkali merasa "bodoh" atau cemas tentang perbedaan mereka.
Cara Mengatasi:
Bantu anak untuk fokus pada kekuatan dan pencapaian mereka, bukan pada kelemahan. Berikan dukungan akademis tambahan jika diperlukan, dan yakinkan mereka bahwa setiap anak memiliki cara belajar yang unik. Ajarkan kepada mereka bahwa perbedaan adalah hal yang normal dan setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
4. Ketakutan Meninggalkan Rumah atau Keluarga
Anak-anak yang belajar dan berpikir berbeda seringkali merasa enggan pergi ke sekolah atau berpisah dari orang tua. Mereka mungkin menghindari perjalanan semalam, tidur di rumah teman, atau pengalaman lain yang membuat mereka jauh dari rumah.
Cara Mengatasi:
Persiapkan anak untuk pengalaman jauh dari rumah dengan memberikan pengertian bahwa mereka akan aman dan dapat menikmati pengalaman tersebut. Mulailah dengan kegiatan yang singkat dan dekat dengan rumah, lalu tingkatkan secara bertahap. Berikan dukungan emosional dan pastikan mereka tahu bahwa mereka selalu bisa kembali ke rumah jika merasa tidak nyaman.
5. Ketakutan Akan Pikiran Terbongkar
Anak-anak, terutama remaja, ingin diterima oleh teman-temannya dan ingin merasa sejalan.
Mereka mungkin khawatir bahwa jika teman-teman mereka mengetahui perbedaan cara mereka belajar dan berpikir, mereka tidak akan dianggap keren atau menyenangkan lagi. Akibatnya, mereka mungkin menolak bantuan di sekolah atau menghindari situasi di mana perbedaan mereka dapat terlihat, seperti membaca keras-keras.
Cara Mengatasi:
Bantu anak untuk memahami bahwa perbedaan mereka tidak membuat mereka kurang berharga atau kurang mampu. Dorong mereka untuk menerima bantuan yang mereka butuhkan dan tekankan bahwa semua orang memiliki tantangan yang berbeda-beda. Ajak mereka untuk berbicara tentang perasaan mereka dengan teman yang bisa dipercaya atau konselor sekolah.
6. Ketakutan Akan Masa Depan
Ketakutan ini dapat muncul dalam berbagai bentuk. Anak-anak mungkin takut tidak berhasil dalam ujian, resital musik, atau acara olahraga. Mereka mungkin cemas tentang masa depan mereka, seperti tidak bisa masuk perguruan tinggi atau mendapatkan pekerjaan. Mereka juga bisa merasa cemas tentang situasi keluarga, seperti kehilangan pekerjaan orang tua.
Cara Mengatasi:
Bantu anak untuk fokus pada langkah-langkah kecil yang dapat mereka ambil sekarang untuk mengatasi kekhawatiran mereka. Ajarkan teknik manajemen stres dan bantu mereka membuat rencana untuk mengatasi tantangan masa depan. Jika kecemasan mereka tampak berlebihan, pertimbangkan untuk menggunakan catatan kecemasan untuk melacak gejala dan berbagi kekhawatiran dengan penyedia layanan kesehatan atau konselor.
Berbicaralah dengan anak-anak tentang ketakutan mereka, berikan dukungan yang mereka butuhkan, dan bantu mereka menemukan cara untuk menghadapi ketakutan mereka dengan cara yang sehat. Dengan demikian, kita dapat membantu mereka tumbuh menjadi individu yang kuat dan percaya diri.