Bahaya mengintai di balik sehatnya segelas susu
Mengonsumsi susu lebih dari 3 kali sehari bisa meningkatkan risiko kematian hingga 15%. Temukan bahaya lainnya di sini!
Sebuah studi yang dilakukan oleh Kohort Observational, Swedia menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi lebih dari 3 gelas sehari memiliki dua kali angka kematian dibandingkan dengan wanita yang mengonsumsi susu kurang dari segelas susu sehari.Selain itu, orang yang mengonsumsi susu tersebut ternyata berakibat pada terganggunya kesehatan tulang. Bahkan mereka justru memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena patah tulang.
Menariknya studi ini menemukan bahwa produk susu fermentasi seperti keju dan yogurt justru mengurangi risiko kematian dan patah tulang bagi para wanita. Untuk setiap porsi produk susu fermentasi ini, tingkat patah tulang pinggul dan kematian berkurang hingga 10%-15%.
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Di mana penelitian tentang hubungan antara teh dan sakit kepala dilakukan? Namun, hasil data yang dipublikasikan pada tahun sebelumnya dalam jurnal Scientific Reports menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi keterkaitan antara konsumsi teh dan risiko migrain pada populasi di Eropa.
-
Siapa yang melakukan penelitian tentang ingatan menjijikkan? Mengutip Indy100 & Newsweek, Senin (25/3), para peneliti di Macquarie University di Australia dan Karolinska Universitet di Swedia telah mengungkap bahwa sensasi-sensasi sensorik ini memicu rasa jijik yang kuat.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
Para peneliti menduga bahwa efek negatif susu muncul dari kandungan D-galaktosa yang ada dalam susu. Ini adalah zat yang memecah laktosa, yang telah terbukti pro-inflamasi. Susu segar mengandung lebih banyak D-galaktosa daripada keju dan yogurt.
Melansir dari nutritionstudies, terdapat beberapa risiko yang disebabkan oleh susu, antara lain:
1. Dalam studi observasional baik antar negara dan dalam populasi tunggal asupan tinggi pada susu telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker prostat.
2. Penelitian Kohort Observational menunjukkan asupan harian yang tinggi dikaitkan dengan risiko kanker ovarium yang lebih tinggi.
3. Protein susu sapi memainkan peran dalam memicu diabetes tipe 1 melalui proses yang disebut dengan mimikri molekuler.
4. Negara dengan populasi yang lebih banyak mengonsumsi susu memiliki kasus multiple sclerosis yang tinggi.
5. Dalam percobaan intervensi pada hewan dan penelitian pada manusia, protein susu telah terbukti meningkatkan kadar IGF-1 (Insulin like Growth Factor-1). peningkatan IGF-1 telah dikaitkan dengan bebebrapa jenis kanker.
6. Pada percobaan intervensi hewan dan penelitian pada manusia, menunjukkan bahwa protein susu berpotensi meningkatkan kadar kolesterol (dalam studi dan penelitian pada manusia) dan aterosklerosis (dalam studi hewan).
Baca juga:
Mengenal efek makanan pati pada kadar gula darah
6 Penyakit yang masih jadi misteri dunia kedokteran
Pasir pantai bisa sebabkan gangguan pencernaan?
Tak selamanya kecemasan itu buruk, ini buktinya!
Cerita Lewy Body Dementia yang dipetik dari kepergian Robin William
Penelitian, kenangan buruk dapat dihapus?