Banyak Miskonsepsi, Seseorang yang Pernah Alami DBD Masih Bisa Terjangkit Lagi
Salah satu hal yang banyak dipercaya adalah bahwa ketika seseorang pernah terkena DBD, dia tidak akan mengalaminya lagi.
Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue. Namun, pandangan ini adalah sebuah miskonsepsi yang berbahaya.
Faktanya, ada empat serotipe virus dengue yang berbeda, yang berarti seseorang bisa terinfeksi virus ini lebih dari satu kali.
-
Kapan gejala DBD muncul? Setelah terinfeksi, seseorang dapat mengalami gejala DBD dalam beberapa hari.
-
Di mana DBD menjadi masalah utama? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Kapan kasus DBD biasanya meningkat? Tren peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu terjadi di musim hujan, dan penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
-
Bagaimana cara mencegah demam berdarah? Salah satu cara yang paling terkenal dalam mencegah demam berdarah pada anak ialah dengan melakukan 3M atau menguras, menutup dan mengubur. Lantas, apa saja tanda-tanda demam berdarah pada anak dan bagaimana cara mencegahnya? Simak ulasannya yang merdeka.com lansir dari Healthline: Apa Itu Demam Berdarah pada Anak? Demam berdarah atau DBD adalah penyakit infeksi akibat virus Dengue yang menular melalui gigitan nyamuk. Biasanya, penyakit ini menimbulkan gejala demam tinggi, sakit kepala, dan nyeri otot. Demam berdarah bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali anak-anak.
-
Bagaimana cara DBD ditularkan? Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di berbagai negara tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika.
-
Kapan banjir Demak terjadi? Banjir besar yang menerjang wilayah Demak terjadi sejak Kamis (8/2).
“Infeksi DBD bisa berulang, bahkan berisiko lebih parah,” jelas dr. Buti A. Azhali, SpA, MKes, seorang dokter spesialis anak dalam acara edukasi “Langkah Bersama Cegah DBD” di Bandung, Jawa Barat dilansir dari Antara.
Pernyataan ini membuktikan bahwa kekebalan setelah infeksi pertama hanya berlaku untuk satu serotipe, bukan untuk seluruh jenis virus dengue. Dengan demikian, risiko terinfeksi kembali masih ada, bahkan bisa lebih parah karena reaksi tubuh terhadap serotipe lain.
Pentingnya Langkah Pencegahan dan Vaksinasi
Langkah pencegahan yang tepat sangat penting untuk mencegah terjangkitnya kembali DBD. Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan adalah melalui vaksinasi.
“Memastikan perlindungan yang lebih baik melalui langkah-langkah pencegahan yang tepat sangatlah penting, salah satunya melalui metode vaksinasi,” ujar dr. Buti.
Saat ini, vaksin DBD sudah tersedia dan direkomendasikan bagi kelompok usia 6-45 tahun. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan vaksin untuk anak-anak berusia 6-18 tahun, sedangkan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) merekomendasikan vaksin bagi usia 19-45 tahun. Namun, penting untuk diingat bahwa vaksinasi harus dilakukan secara lengkap sesuai dosis yang dianjurkan untuk memberikan perlindungan yang optimal.
“Terkait dengan pemberian vaksin secara bersamaan dengan vaksin lain, tentunya masyarakat perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter,” tambahnya.
Beban DBD di Indonesia
Demam berdarah dengue terus menjadi beban serius di Indonesia. Setiap tahun, ribuan kasus dilaporkan di seluruh negeri, menyebabkan beban yang signifikan pada sistem kesehatan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Kementerian Kesehatan RI, dr. Anas Ma’ruf, MKM, Plt, menyatakan bahwa pemerintah telah menyusun strategi nasional yang komprehensif untuk memerangi penyakit ini.
"Melalui Strategi Nasional Pengelolaan Dengue 2021-2025, kami menetapkan target menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD secara berkelanjutan," ungkapnya.
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat bahwa hingga minggu ke-33 tahun 2024, terdapat 181.079 kasus DBD dengan 1.079 kematian. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencatatkan 44.438 kasus dan 322 kematian. Kota Bandung sendiri memiliki kasus DBD tertinggi di Indonesia dengan 46.594 kasus dan 281 kematian pada periode yang sama.
Melihat tingginya angka kejadian DBD, pemerintah bersama berbagai pihak berkolaborasi untuk meningkatkan kesadaran dan pencegahan melalui berbagai kampanye, salah satunya kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD. Kampanye ini bertujuan untuk mendorong masyarakat melakukan pencegahan DBD dengan cara membersihkan tempat-tempat genangan air, menggunakan penangkal nyamuk, serta mendapatkan vaksinasi. Bandung menjadi salah satu kota yang menjadi lokasi utama penyelenggaraan kampanye ini, setelah sebelumnya digelar di Surabaya dan Jakarta.