Dokter Spesialis Olahraga Jelaskan Sejumlah Budaya Kebugaran di Indonesia yang Perlu Diubah
Sejumlah budaya terkait olahraga dan kebugaran yang ada di Indonesia dianggap bisa berdampak buruk pada kondisi secara keseluruhan.
Sejumlah budaya terkait olahraga dan kebugaran yang ada di Indonesia dianggap bisa berdampak buruk pada kondisi secara keseluruhan.
-
Kenapa olahraga bisa mencegah masalah kesehatan? Meskipun olahraga tidak menyembuhkan penyakit, tetapi dapat membantu mengelola kondisi dan mencegahnya semakin memburuk.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan dengan melakukan olahraga kekuatan? Latihan ini membantu membangun massa otot, meningkatkan kepadatan tulang, dan memperbaiki postur tubuh. Selain itu, olahraga kekuatan juga berkontribusi pada peningkatan metabolisme tubuh, menjaga berat badan, dan mengontrol kadar gula darah.
-
Kenapa olahraga baik untuk kesehatan otak? Olahraga tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi kesehatan otak. Menurut informasi dari WebMD, orang yang tidak aktif secara fisik memiliki risiko lebih tinggi mengalami penurunan fungsi kognitif dan penyakit Alzheimer. Aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah ke otak, sehingga sel-sel otak tetap sehat dan berfungsi dengan baik.
-
Apa saja masalah kesehatan yang bisa dicegah dengan berolahraga? Berolahraga secara rutin bisa menjadi penangkal bagi sejumlah masalah kesehatan berikut: Penyakit Kardiovaskular Obesitas Diabetes Tipe 2 Osteoporosis Gangguan Kesehatan Mental Kanker Penyakit Pernapasan Kronis Gangguan Tidur Nyeri Sendi dan Arthritis Masalah Kesehatan Terkait Penuaan
-
Bagaimana cara mendapatkan manfaat olahraga untuk kesehatan otak? Menjaga rutinitas olahraga yang teratur, meskipun hanya setengah jam berkebun atau berjalan cepat di sekitar lingkungan, dapat membantu melindungi kesehatan otak. Yang penting adalah mendapatkan setidaknya 150 menit olahraga sedang setiap minggunya.
-
Bagaimana olahraga bisa membantu menjaga kesehatan saraf? Olahraga teratur dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan seluruh sistem saraf, membantu merangsang pertumbuhan sel saraf baru. Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, yoga, dan latihan kekuatan dapat meningkatkan kesehatan saraf dan fungsi kognitif secara keseluruhan.
Dokter Spesialis Olahraga Jelaskan Sejumlah Budaya Kebugaran di Indonesia yang Perlu Diubah
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Andhika Raspati, SpKO, mengungkapkan sejumlah budaya kebugaran di Indonesia yang memerlukan perubahan, terutama terkait pola pikir dan porsi olahraga yang sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing individu.
Dr. Andhika menekankan pentingnya memahami kebutuhan tubuh sendiri dan menghindari ekstremitas dalam berolahraga. Dia menyatakan bahwa budaya olahraga di Jakarta terbagi menjadi dua kubu ekstrem.
"Kalau saya lihat, ini dalam konteks Jakarta dulu, saya lihat di Jakarta ini terbagi jadi dua kubu. Ada kubu mereka yang malas berolahraga dan kubu yang terlalu ekstrem olahraga," kata dr. Andhika.
Sebagai konten kreator di bidang kesehatan, dr. Andhika sering menerima banyak komentar di media sosial yang menunjukkan kecenderungan masyarakat yang hanya melihat olahraga sebagai langkah untuk mengobati penyakit. Banyak yang baru memulai olahraga ketika mengalami kegemukan, hasil medical check-up (MCU) yang buruk, atau terkena penyakit seperti kolesterol dan diabetes.
- Geger Dokter Gantung Diri di Ruang Praktik, Ternyata Ini Penyebabnya
- Dokter Spesialis Anak: Kurang Gerak di Awal Pertumbuhan Bayi Berdampak Negatif pada Kemampuan Motorik
- Ketahui Kapan Sebaiknya Orangtua Bawa Anak ke Dokter saat GTM
- 3 Waktu Paling Tepat untuk Berolahraga saat Puasa Berikut Keuntungannya
Di sisi lain, ada kelompok yang terlalu ekstrem dalam berolahraga. Ini sering terjadi dalam komunitas olahraga yang mengalami kompetisi toksik. Dr. Andhika mencatat bahwa anggota komunitas sering merasa harus mencapai hasil yang sama dengan anggota lainnya, meskipun ada perbedaan kemampuan dan kualitas alat yang digunakan.
"Di komunitas sepeda, itu kita suka rombongan padahal sepedanya berbeda-beda. Ada yang frame-nya enteng, ada yang berat. Padahal tadi, kondisi orang juga beda-beda, mungkin ada yang enggak sehat-sehat banget dan mereka dipaksa selalu bareng. Kalau ketinggalan bisa diledek tiga hari, akhirnya dia enggak mau kalah dan push diri, makanya kalau diperhatikan di pletonan itu banyak yang collaps," ujarnya.
Dr. Andhika juga menemukan bahwa ada orang tua yang terlalu ambisius mendorong anak-anak mereka untuk fokus menguasai olahraga tertentu, hingga mengorbankan pendidikan. Menurutnya, ini juga merupakan budaya yang perlu diubah agar anak-anak dapat menyeimbangkan antara pendidikan dan olahraga.
Adystra Bimo, Co-Founder dari Runhood and Running Rage, menambahkan bahwa salah satu budaya yang perlu diubah adalah pola pikir bahwa olahraga merupakan hukuman.
"Saya harapkan semua orang bisa berada dalam kondisi tengah-tengah, yang malas tahu kalau olahraga bukan cuma obat tapi jadi investasi supaya enggak sakit, dan yang ekstrem jangan terlalu berlebihan karena olahraga itu ada aturan main. Jadi semua orang bisa olahraga dengan dosis yang tepat," jelasnya.
"Seperti ceritaku waktu SMA, dulu olahraga itu masih menjadi hukuman," kata Adystra.
Menurutnya, dengan akses dan pengetahuan soal olahraga yang sudah jauh lebih baik, masyarakat perlu melihat olahraga sebagai hobi yang ditekuni atau profesi yang serius. Terlebih lagi, beberapa orang memiliki potensi sensor motorik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kognitif mereka.
"Jadi olahraga itu sama kayak kamu belajar matematika atau fisika dan itu sebenarnya bisa jadi salah satu minat untuk anak-anak. Jadi bukan dijadikan sebagai anak tiri atau hukuman, kalau kapabilitas anak di situ, motoriknya lebih tinggi, kenapa enggak difokuskan ke sana karena olahraga bisa jadi profesi. Itu yang aku mau lihat di Indonesia," kata Adystra.
Untuk menciptakan budaya olahraga yang sehat, masyarakat Indonesia perlu mengubah pola pikir dan kebiasaan terkait kebugaran. Memahami bahwa olahraga bukan hanya sebagai sarana pengobatan tetapi juga investasi kesehatan jangka panjang adalah langkah pertama yang penting. Selain itu, menghindari kompetisi toksik dan memberikan dukungan yang seimbang antara pendidikan dan olahraga bagi anak-anak dapat membantu menciptakan generasi yang lebih sehat dan berprestasi.