IDAI Jelaskan Bahwa Tidak Ada Lonjakan Kasus Gagal Ginjal Anak
Sejumlah anak menjalani cuci darah di RSCM pada unit khusus dialisis anak.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), menegaskan bahwa tidak ada laporan kenaikan signifikan kasus gagal ginjal pada anak di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan menyusul maraknya isu di media sosial mengenai banyaknya anak kecil yang menjalani cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.
"Secara nasional tidak dilaporkan lonjakan kasus gagal ginjal signifikan sebagaimana tahun lalu dimana ada kasus EG/DEG," kata Piprim beberapa waktu lalu.
-
Bagaimana cara mencegah gagal ginjal pada anak? Mencegah gagal ginjal pada anak memerlukan pendekatan yang komprehensif, yang meliputi pola makan sehat, gaya hidup aktif, dan perhatian terhadap kesehatan secara keseluruhan.
-
Kenapa menjaga kesehatan ginjal anak harus dilakukan sejak janin? Dari kasus tersebut, disebutkan jika menjaga kesehatan ginjal ternyata harus dimulai sejak janin bahkan belum berkembang di dalam rahim.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan ginjal anak sebelum dilahirkan? Direktur Utama RSCM Soejono mengingatkan, para perempuan untuk tidak merokok dan rajin mengonsumsi makanan bergizi demi kesehatan masa depan anaknya."Dimulai sebelum perempuan itu hamil. Supaya hemoglobin dan kalsium darah sehat," ungkapnya dilansir dari antaranews (26/7/2024).
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan ginjal? Berikut adalah beberapa cara efektif untuk menjaga kesehatan ginjal, Konsumsi Air yang Cukup: Memastikan asupan cairan yang cukup membantu ginjal dalam proses penyaringan limbah dan mencegah dehidrasi. Disarankan untuk minum air putih dalam jumlah yang memadai setiap hari, sekitar 8 gelas atau lebih, tergantung pada kebutuhan dan aktivitas tubuh. Jaga Pola Makan Sehat: Diet seimbang yang rendah sodium, gula, dan lemak jenuh dapat mengurangi beban kerja ginjal. Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian yang kaya akan serat, vitamin, dan mineral, serta batasi makanan olahan dan tinggi garam. Rutin Berolahraga: Aktivitas fisik secara teratur membantu menjaga berat badan yang sehat dan mengontrol tekanan darah. Cobalah untuk berolahraga setidaknya 150 menit per minggu, seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda. Kontrol Tekanan Darah: Hipertensi adalah salah satu penyebab utama penyakit ginjal. Monitor tekanan darah Anda secara rutin dan lakukan tindakan untuk menjaga tekanan darah tetap dalam rentang yang sehat, seperti mengurangi konsumsi garam dan rutin berolahraga. Kelola Diabetes dengan Baik: Jika Anda memiliki diabetes, penting untuk mengontrol kadar gula darah dengan diet, obat-obatan, dan pengawasan medis yang tepat. Diabetes yang tidak terkelola dengan baik dapat merusak ginjal secara perlahan. Hindari Penggunaan Obat yang Tidak Perlu: Beberapa obat, terutama obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dapat merusak ginjal jika digunakan dalam jangka panjang atau dalam dosis tinggi. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan dan hindari penggunaan obat yang tidak diperlukan. Periksa Kesehatan Ginjal Secara Berkala: Jika Anda memiliki faktor risiko penyakit ginjal, seperti riwayat keluarga atau kondisi medis tertentu, lakukan pemeriksaan ginjal secara rutin. Tes darah dan urine dapat membantu mendeteksi masalah ginjal pada tahap awal. Hindari Alkohol dan Rokok: Alkohol dan rokok dapat membahayakan kesehatan ginjal dan meningkatkan risiko komplikasi. Batasi konsumsi alkohol dan hindari merokok untuk menjaga kesehatan ginjal Anda. Jaga Berat Badan Ideal: Obesitas dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal serta kondisi lainnya seperti diabetes dan hipertensi. Menjaga berat badan dalam kisaran sehat melalui diet dan olahraga dapat mengurangi risiko tersebut. Perhatikan Kesehatan Saluran Kemih: Hindari penahanan urine terlalu lama dan pastikan untuk buang air kecil secara teratur. Infeksi saluran kemih yang tidak diobati dengan cepat dapat menyebar ke ginjal dan menyebabkan komplikasi. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, Anda dapat membantu menjaga kesehatan ginjal dan mencegah perkembangan penyakit ginjal.
-
Mengapa anak-anak bisa mengalami gagal ginjal? Berikut ini adalah beberapa penyebab gagal ginjal pada anak: Kelainan ginjal bawaan, yaitu kondisi di mana ginjal mengalami gangguan ukuran, struktur, atau posisi sejak lahir. Kelainan ini bisa meningkatkan risiko gagal ginjal pada anak. Penyakit ginjal polikistik, yaitu gangguan ginjal yang ditandai dengan adanya banyak kista di dalam ginjal. Kista ini bisa membuat ginjal bengkak dan merusak jaringan ginjal yang normal. Penyakit ini biasanya bersifat keturunan.
Pada tahun 2022-2023, Indonesia menghadapi ratusan kasus keracunan obat sirup yang mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG). Data per 5 Februari 2023 menunjukkan terdapat 326 kasus gagal ginjal pada anak, yang dikenal sebagai Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA).
Piprim juga meluruskan pemberitaan mengenai 'banyak anak kecil cuci darah di RSCM'. Menurutnya, fakta sebenarnya adalah RSCM memiliki unit khusus yang menangani dialisis untuk anak-anak, sehingga wajar jika unit tersebut dipenuhi oleh pasien anak dengan gangguan ginjal terminal.
"Di RSCM itu ada dialisis khusus anak sementara di rumah sakit lain belum tersedia, oleh karena itu di unit khusus itu isinya anak-anak yang mengalami gangguan ginjal terminal," jelas Piprim.
Di kesempatan berbeda, dokter spesialis anak konsultan nefrologi di RSCM, dr. Eka Laksmi Hidayati, mengungkapkan keterkejutannya mendengar berita mengenai banyaknya anak yang menjalani cuci darah di RSCM.
"Jadi kita cukup kaget ya karena ternyata ada berita-berita mengenai ini, kita banyak ditanya padahal sepertinya kita di rumah sakit tidak mengalami lonjakan sebetulnya. Tapi setelah dilihat memang kalau dilihat angkanya pasien-pasien kita cukup banyak ya," kata Eka dalam live Instagram RSCM Official.
Saat ini, terdapat sekitar 60 anak yang rutin menjalani dialisis di RSCM, dengan 30 anak di antaranya menjalani hemodialisis atau cuci darah. Eka menjelaskan bahwa banyaknya anak yang menjalani dialisis di RSCM disebabkan oleh peran rumah sakit sebagai pusat rujukan yang menerima pasien dari berbagai wilayah, bahkan luar Pulau Jawa.
"Karena mereka juga melihat bahwa sudah ada rujukan yang bisa mereka kirim, kemudian jadi banyak yang juga mengirimkan. Itu yang menyebabkan berkumpulnya jadi banyak, dan itu juga membuat Kementerian Kesehatan merasa bahwa memang ini harus disebarkan pelayanan untuk ginjal anak ini, dan sedang dikerjakan hal tersebut," jelas Eka.
Menurut Piprim, ada beberapa penyebab yang membuat anak membutuhkan cuci darah. Salah satunya adalah kelainan bawaan kongenital, di mana anak tersebut sejak lahir memiliki kelainan pada ginjal atau adanya kista.
"Pada kasus ini, anak tersebut sudah sejak lahir memiliki kelainan pada ginjal atau ada kista," jelas Piprim.
Eka juga menambahkan bahwa gangguan ginjal pada anak berbeda dari gangguan ginjal pada dewasa. Banyak kasus pada anak disebabkan oleh kelainan bawaan, di mana bentuk atau fungsi ginjal sejak lahir sudah tidak normal.
"Kelainan bawaan itu bisa berupa bentuknya ketika lahir memang bentuk ginjalnya tidak normal atau fungsinya yang tidak normal. Yang berupa fungsi yang sering adalah sindrom nekrotik kongenital," ujar Eka.
Selain kelainan bawaan, anak dengan lupus juga dapat mengalami gangguan ginjal yang memerlukan cuci darah. Piprim juga menyoroti gaya hidup tidak sehat sebagai faktor risiko, terutama pada anak dengan obesitas.
"Anak-anak yang obesitas mengalami low grade inflammation atau inflamasi derajat rendah yang berlangsung secara kronik, lalu ditambah dengan faktor lain seperti hipertensi ini bisa merusak ginjal dan lama-kelamaan bisa menyebabkan ginjal rusak yang perlu cuci darah," jelas Piprim.
Dengan demikian, Piprim menekankan bahwa anak-anak yang menjalani cuci darah di RSCM adalah kasus-kasus yang memang membutuhkan perawatan tersebut akibat kondisi kesehatan tertentu, dan bukan karena adanya lonjakan kasus gagal ginjal yang baru.