Khitan wanita membuat kualitas kehidupan seksual menurun?
Wanita yang dikhitan dilaporkan mengalami penurunan dalam kualitas kehidupan seksual mereka.
Wanita yang dikhitan dilaporkan mengalami penurunan dalam kualitas kehidupan seksual mereka. Hal itu disampaikan para peneliti dari King's College London dalam jurnal Obstetrics and Gynaecology.
Seperti yang dilansir dari Science Daily (10/10), khitan wanita disebut juga dengan female genital mutilation (FGM). Menurut WHO, FGM diartikan sebagai prosedur pemotongan sebagian atau seluruhnya pada bagian luar kemaluan wanita tanpa alasan medis yang jelas.
-
Kapan Malaysia merdeka? Negara monarki konstitusional ini baru memperoleh kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Siapa yang meresmikan Langgar Merdeka? Langgar ini diresmikan Menteri Sosial pertama Indonesia yaitu Mulyadi Joyo Martono.
-
Apa makna "Merdeka Belajar" menurut Ki Hajar Dewantara? Melalui buah pikirannya, Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidan merupakan serangkaian proses untuk memanusiakan manusia. Dikutip dari Kemdikbud.go.id, konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan. Maksudnya, manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan pada aturan yang ada di masyarakat.
-
Apa yang dimaksudkan dari kata-kata "Sang Dwiwarna" dalam konteks kemerdekaan? "Semoga Sang Dwiwarna menginspirasi kita untuk menjunjung tinggi nilai-nilai bangsa kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!"
Penelitian yang dilakukan para ahli ini pun fokus pada dampak FGM terhadap kualitas seksual pada wanita.
Mereka lantas melibatkan 73 wanita yang pernah dan 37 wanita lain yang belum pernah menjalani FGM dari latar belakang budaya yang sama. Kriteria penelitian khususnya adalah wanita berusia di atas 16 tahun, pernah atau akan menjalani FGM, dan berasal dari latar belakang budaya yang mempraktikkan FGM.
Hasilnya, sebanyak 63 dari 73 wanita pernah menjalani FGM berasal dari Somalia, Sierra Leone, Nigeria dan Eritrea. Kemudian, 32 dari 27 wanita yang tidak pernah melakukan FGM berasal dari Nigeria dan Ghana.
Para wanita itu kemudian diminta melengkapi kuesioner yang berisi tentang kualitas kehidupan seksual mereka (Sexual Quality of Life-Female atau SQOL-F). Bagian pertama kuesioner menanyakan tentang masalah demografi. Kemudian bagian kedua berisi pengukuran kualitas dan disfungsi seksual pada wanita berusia 18 tahun ke atas.
Kuesioner demografi membahas usia, negara kelahiran, status sosial, jumlah anak, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, laporan depresi, dan jenis FGM yang dijalani.
Secara keseluruhan, wanita yang pernah melakukan FGM terbukti memiliki nilai SQOL-F yang rendah. Dengan skala 100, terbukti bahwa mereka memiliki kualitas kehidupan seksual 26,4 poin lebih rendah dibandingkan wanita yang tidak menjalani FGM.
Peneliti kemudian menganalisis lebih jauh masalah ini dengan cara membagi para wanita yang aktif berhubungan seksual dengan yang tidak. Mereka menemukan wanita yang aktif berhubungan seksual dan menjalani FGM tipe 3 berhubungan erat dengan kualitas kehidupan seksual yang rendah.
"Dari penelitian ini, kita bisa membantu menjelaskan pada wanita kalau FGM sebenarnya tidak memiliki dampak kesehatan. Sebaliknya, proses ini meninggalkan trauma dan menurunkan kehidupan seksual," tutur Profesor Janice Rymer, salah satu peneliti.
Selain masalah seksual, peneliti juga cukup menyayangkan praktik FGM yang sampai sekarang masih terus dilakukan. Padahal prosedur tersebut sering memicu komplikasi masalah fisik, seperti pendarahan, infeksi, hingga kematian.
(mdk/riz)