Lansia Sering Alami Defisiensi Vitamin B12 dan D, Ini Dampaknya Jika Tak Diatasi
Defisiensi vitamin bisa dialami oleh lansia pada saat mereka semakin tua.
Seiring bertambahnya usia, risiko mengalami defisiensi vitamin semakin meningkat, terutama pada orang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas. Salah satu kekhawatiran utama yang sering dihadapi oleh lansia adalah defisiensi vitamin B12 dan D. Dr. Rozana Nurfitri Yulia, M.Gizi, Sp.GK, seorang dokter spesialis gizi klinik dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, menekankan bahwa penurunan kadar kedua vitamin ini dapat berdampak serius jika tidak segera diatasi.
Menurut Dr. Rozana, defisiensi vitamin B12 sering terjadi pada lansia karena berkurangnya faktor intrinsik di lambung yang berperan dalam penyerapan vitamin ini.
-
Apa saja gejala kekurangan kalsium pada lansia? Gejala kekurangan kalsium bisa bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan durasi kondisi tersebut. Umumnya, gejala yang muncul akibat kekurangan kalsium dalam waktu lama adalah sebagai berikut:Kram dan nyeri otot. Kalsium berperan dalam kontraksi dan relaksasi otot. Jika kadar kalsium dalam darah rendah, otot bisa menjadi kaku, tegang, dan nyeri. Kesemutan. Kalsium juga penting untuk menghantarkan impuls saraf. Jika kadar kalsium tidak mencukupi, saraf bisa menjadi hiperaktif dan menyebabkan sensasi kesemutan atau mati rasa pada jari tangan, kaki, bibir, atau lidah.Gangguan psikologis, seperti mudah lupa, kebingungan, dan depresi. Kalsium berhubungan dengan produksi dan pelepasan neurotransmiter, yaitu zat kimia yang mengatur komunikasi antara sel-sel saraf. Kekurangan kalsium bisa mengganggu keseimbangan neurotransmiter dan mempengaruhi fungsi kognitif dan emosional.Mudah merasa lelah. Kalsium diperlukan untuk menghasilkan energi dalam sel. Jika kalsium tidak cukup, sel tidak bisa berfungsi dengan baik dan menyebabkan kelelahan. Rambut dan kuku mudah rapuh. Kalsium merupakan salah satu komponen yang membentuk rambut dan kuku. Jika kalsium kurang, rambut dan kuku bisa kering, rapuh, dan mudah patah.Nafsu makan berkurang. Kalsium berpengaruh pada hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Kekurangan kalsium bisa menyebabkan hormon tersebut tidak bekerja dengan normal dan mengurangi nafsu makan.Kejang-kejang. Kalsium berperan dalam mengendalikan aktivitas listrik di otak. Jika kadar kalsium sangat rendah, otak bisa mengalami gangguan listrik yang menyebabkan kejang-kejang.Tulang rapuh dan mudah patah. Kalsium merupakan bahan utama pembentuk tulang. Jika kalsium tidak mencukupi, tulang bisa kehilangan massa dan kepadatannya, sehingga menjadi rapuh dan mudah patah. Kondisi ini disebut osteoporosis.
-
Bagaimana cara memenuhi kebutuhan kalsium bagi lansia? Berikut adalah beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan kalsium bagi para lansia: Mengonsumsi makanan tinggi kalsium, misalnya seperti susu dan produk susu, sayuran hijau, kacang kedelai, atau ikan salmon. Makanan-makanan ini juga mengandung protein, vitamin, dan mineral lain yang bermanfaat untuk tubuh.Mengonsumsi sereal, jus, atau suplemen yang diperkaya dengan kalsium. Ini bisa menjadi alternatif bagi lansia yang sulit mengonsumsi makanan sumber kalsium atau memiliki alergi atau intoleransi terhadap susu. Namun, pastikan untuk memeriksa label kandungan dan dosis kalsium yang tertera pada produk tersebut. Menghindari makanan atau minuman yang bisa mengurangi penyerapan kalsium, seperti kopi, teh, alkohol, atau soda. Makanan atau minuman ini bisa meningkatkan asam lambung dan mengganggu keseimbangan kalsium dalam tubuh. Jika Anda ingin minum kopi atau teh, sebaiknya tunggu setidaknya satu jam setelah mengonsumsi makanan sumber kalsium.Berolahraga secara teratur, terutama yang melibatkan beban atau tahanan, seperti berjalan, bersepeda, atau angkat beban. Olahraga bisa membantu menjaga kepadatan dan kekuatan tulang, serta meningkatkan kesehatan otot dan jantung. Namun, hindari olahraga yang terlalu berat atau berisiko cedera, seperti lari, melompat, atau olahraga kontak. Dan yang paling penting, berkonsultasilah dengan dokter tentang kebutuhan kalsium Anda secara individu.
-
Apa saja penyebab kebutaan pada lansia? Penyebab kebutaan pada lansia adalah masalah kesehatan yang harus diwaspadai, bahkan sejak usia muda. Kebutaan merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering kali dihadapi oleh populasi lansia di berbagai belahan dunia. Dalam beberapa dekade terakhir, angka kejadian kebutaan pada kelompok usia lanjut ini telah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Meskipun penyebab kebutaan dapat bervariasi, terdapat beberapa faktor khusus yang secara konsisten dikaitkan dengan hilangnya daya penglihatan pada para lansia.
-
Kenapa kesepian berbahaya bagi lansia? Kesepian di usia tua dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet menemukan bahwa kesepian dapat meningkatkan risiko kematian hingga 26 persen.
-
Bagaimana cara mendapatkan asupan protein yang cukup untuk lansia? Protein lengkap, yang ditemukan dalam sumber hewani dan produk kedelai, memungkinkan kita untuk menggantikan jumlah protein yang cukup agar tubuh kita dapat berfungsi dengan baik.
-
Kenapa hobi penting untuk lansia? Selain menjalani pola makan seimbang dan berolahraga, memiliki hobi dan tetap aktif secara sosial juga merupakan kunci untuk hidup panjang dan berkualitas bagi para lansia.
“Jadi vitamin B12 ini memang berkurang dalam tubuh manusia karena faktor intrinsik yang menyerap vitamin B12 yang umumnya ada di lambung. Jadi, kalau itu berkurang karena faktor usia, suplementasi adalah solusinya,” jelasnya dilansir dari Antara.
Lansia yang mengalami defisiensi vitamin B12 berisiko menderita anemia, gangguan kognitif, serta gangguan saraf. Masalah ini sering kali baru terdeteksi saat pasien lansia berkonsultasi dengan dokter saraf.
Selain itu, vitamin D juga sering kali kurang tercukupi pada lansia. Penurunan kemampuan sintesis dan penyerapan vitamin D, yang diperparah oleh penuaan kulit dan kurangnya paparan sinar matahari, menjadi penyebab utama. Dr. Rozana juga mengungkapkan bahwa di Indonesia, banyak orang mengalami defisiensi vitamin D karena gangguan sintesis di kulit dan masalah metabolisme vitamin D di ginjal.
“Ada penyebab lain yang menyebabkan orang Indonesia umumnya mengalami defisiensi vitamin D seperti gangguan sintesis vitamin D di kulit, dan metabolisme vitamin D ada di ginjal, itu diberikan vitamin D3 aktif,” ungkapnya.
Defisiensi vitamin D dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius. Vitamin D memiliki peran penting dalam mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat dalam darah, yang mendukung fungsi metabolisme tubuh, transmisi neuromuskular, dan mineralisasi tulang. Kekurangan vitamin D bisa menyebabkan gangguan metabolisme yang memicu masalah kesehatan lainnya, seperti osteoporosis dan kelemahan otot.
Untuk mengatasi defisiensi ini, Dr. Rozana merekomendasikan lansia untuk mengonsumsi lima porsi buah dan sayur dengan lima warna berbeda setiap hari. Pola makan yang seimbang ini tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan vitamin, tetapi juga melatih kemampuan mengunyah, terutama bagi pasien lansia pasca-stroke. Namun, jika asupan makanan saja tidak cukup, suplementasi vitamin B12 dan D dapat menjadi solusi efektif.
Perlu diperhatikan, defisiensi vitamin pada lansia bukan hanya disebabkan oleh kurangnya asupan, tetapi juga oleh penurunan kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisi. Oleh karena itu, suplemen vitamin dan mineral sering kali diperlukan untuk memastikan kebutuhan nutrisi lansia tetap tercukupi. Sebaliknya, Dr. Rozana menyarankan agar suplemen vitamin E dan C hanya diberikan jika memang diperlukan, karena biasanya kebutuhan vitamin tersebut sudah terpenuhi melalui makanan sehari-hari.