Nyatanya, ciuman tidak bisa menularkan pilek
Jangan takut, pilek tak bisa menular lewat ciuman
Berciuman merupakan tanda sayang Anda pada pasangan. Oleh karena itu Anda akan mencium mereka setiap kali Anda memiliki kesempatan. Sayangnya di tengah musim hujan seperti saat ini, serangan pilek bisa datang kapan saja. Akibatnya Anda tidak bisa bebas mencium pasangan sebab Anda takut menularkan pilek pada mereka.
Benarkah ciuman mampu menularkan pilek? Nyatanya seperti dilansir dari dailymail.co.uk, ciuman tidak mampu menularkan pilek dalam tubuh Anda.
"Pilek tidak bisa secara langsung ditularkan melalui ciuman. Sebaliknya, jari dan tangan yang terkontaminasi dengan inguslah yang mampu menyebarkan virus pilek. Untuk menyebarkan virus ini, Anda harus memiliki kontak yang lebih lama dengan orang lain," terang Profesor Ron Eccles, direktur dari Common Cold Centre di Cardiff University.
"Kami menyimpulkan hal ini setelah menemukan bahwa kasus pilek 86% terjadi pada pasangan yang sering berpegangan tangan daripada berciuman."
Baca juga:
Awas, ganja bisa bikin insomnia akut
Salmonella, bakteri beracun yang tidak terlihat
Ternyata, penggunaan sepatu flat juga membahayakan kesehatan
Cuci celana jins setelah 5 kali dipakai
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Mengapa penelitian ini penting untuk memahami perkembangan tubuh dan penyakit? Studi ini memberikan pemahaman lebih lanjut tentang proses perkembangan yang mendasari, yang dapat membantu dalam penelitian dan penanganan penyakit di masa depan.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.