Seiring Zaman, Mengapa Lutut Manusia Semakin Lemah dan Tidak Berevolusi Jadi Semakin Kuat?
Lutut manusia merupakan organ tubuh yang tidak mengalami evolusi dan dianggap semakin lemah seiring zaman.
Lutut manusia adalah salah satu bagian tubuh yang sering kali menjadi sumber keluhan. Rasa nyeri saat bangun dari sofa atau suara berderak ketika menaiki tangga adalah hal yang kerap dialami banyak orang, terutama di usia lanjut. Seringkali, kita bertanya-tanya, mengapa lutut kita tidak berevolusi menjadi lebih kuat dan tahan lama?
Mengapa seiring berjalannya waktu, justru semakin banyak dari kita yang mengalami masalah lutut? Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa lutut manusia memiliki sejarah evolusi yang kompleks, dan masalah yang kita hadapi sekarang mungkin lebih terkait dengan gaya hidup modern daripada evolusi lutut itu sendiri.
-
Apa yang diteliti para ilmuwan terkait evolusi manusia berjalan tegak? Pertanyaan seputar evolusi sikap bipedal dari nenek moyang yang berjalan dengan empat kaki telah lama menjadi misteri yang menantang para ilmuwan.
-
Siapa yang meneliti tentang evolusi manusia berjalan tegak? Penelitian terbaru ini berfokus pada daerah tulang telinga bagian dalam tengkorak Lufengpithecus.
-
Mengapa penemuan ini penting untuk evolusi manusia? Memahami hal ini dengan lebih baik dapat membantu mengungkap bagaimana nenek moyang manusia, atau hominin, yang pertama kali muncul di Afrika pada masa itu, menjadi bipedal atau berjalan dua kaki. Perubahan lingkungan dianggap sebagai "pemicu penting" yang mendorong hominin berjalan dengan dua kaki, tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.
-
Apa yang dimaksud dengan ketidakcocokan evolusi dan dampaknya terhadap manusia? Ketidakcocokan evolusi terjadi ketika adaptasi fisik maupun psikologis tidak lagi sesuai dengan lingkungan. Dilansir Live Sciene, hal serupa juga terjadi pada manusia. Contoh klasiknya adalah kesukaan kita terhadap makanan manis, yang pada masa lalu membantu nenek moyang kita mencari makanan kaya kalori di lingkungan yang kekurangan nutrisi. Namun, di dunia modern, di mana perusahaan makanan memproduksi makanan tinggi gula dan lemak secara massal, sifat ini justru merugikan. Dampaknya adalah kerusakan gigi, obesitas, dan diabetes.
-
Kapan manusia akan mencapai titik balik penting dalam evolusinya? Para ilmuwan sedang menjajaki kemungkinan-kemungkinan evolusi manusia di tahun 3000-an. Walau nampak seperti spekulasi, mereka percaya bahwa manusia akan menghadapi titik balik yang penting.
-
Bagaimana evolusi bentuk tubuh hewan di masa depan dapat terjadi? Hewan bisa melakukan perubahan bentuk tubuh untuk bertahan hidup dan menyesuaikan dirinya di lingkungan dunia yang dapat berubah di masa depan. Oleh karena itu, bagaimana perilaku manusia terhadap lingkungan pun bisa mempunyai andil dalam bentuk hewan di masa depan.
Evolusi Lutut Manusia
Dilansir dari Live Science, lutut manusia tidak selalu seperti sekarang. Seiring dengan evolusi manusia dari berjalan dengan empat kaki menjadi dua kaki, lutut mengalami perubahan signifikan dalam ukuran dan bentuk. Lutut tidak hanya berevolusi untuk mendukung kita berjalan tegak, tetapi juga untuk membedakan kita dari kerabat genetik kita yang telah punah, seperti Homo erectus dan Neanderthal. Dalam proses evolusi, seleksi alam dan faktor-faktor lain seperti mutasi acak dan warisan genetik membentuk lutut kita agar lebih efisien untuk berjalan dengan dua kaki dan menopang beban tubuh yang lebih berat.
Namun, lutut yang kita miliki sekarang adalah hasil dari evolusi yang disesuaikan dengan kehidupan nenek moyang kita yang lebih banyak bergerak dan berburu di alam liar. Dalam kehidupan modern yang cenderung lebih banyak duduk dan kurang bergerak, lutut kita mulai menghadapi masalah yang mungkin tidak pernah dialami oleh nenek moyang kita.
Gaya Hidup Modern dan Osteoartritis
Salah satu masalah utama yang banyak dialami orang di zaman modern adalah osteoartritis pada lutut. Penelitian pada tahun 2017 menunjukkan bahwa gaya hidup sedenter yang menjadi ciri khas dunia pasca-industri telah menyebabkan peningkatan dua kali lipat dalam tingkat osteoartritis lutut. Di Inggris, lebih dari sepertiga orang di atas usia 45 tahun pernah mencari pengobatan untuk osteoartritis, terutama pada lutut.
Saat para peneliti mempelajari sisa-sisa manusia purba yang hidup sekitar 6.000 tahun yang lalu, mereka menemukan bahwa osteoartritis lutut hampir tidak pernah menjadi masalah pada masa itu. Ini menandakan bahwa masalah lutut yang sering kita alami saat ini mungkin lebih terkait dengan penurunan aktivitas fisik dan perubahan gaya hidup.
"Otot-otot yang lebih lemah untuk menstabilkan dan melindungi sendi, serta tulang rawan yang relatif lebih tipis untuk melindungi tulang dari gesekan, kemungkinan besar adalah hasil dari manusia yang bergerak jauh lebih sedikit dibandingkan sebelumnya," kata Michael Berthaume dalam penelitiannya yang diterbitkan di Live Science.
- Sifat Lupa Ternyata Memegang Peranan Penting Terhadap Evolusi Manusia
- Apakah Manusia Masih Terus Mengalami Evolusi Hingga Saat Ini? Ketahui Perubahan yang Terjadi
- Berapa Banyak Manusia yang Bisa Ditampung Bumi? Ini Jawaban Ilmuwan
- Apa yang Terjadi pada Tubuh Manusia Setelah Meninggal? Peneliti Ungkap Fakta Mencengangkan
Kenapa Lutut Tidak Berevolusi Lebih Kuat?
Salah satu pertanyaan besar adalah, mengapa lutut manusia tidak berevolusi menjadi lebih kuat seiring berjalannya waktu? Jawabannya tidak sederhana. Evolusi bukanlah proses yang linier dan mulus. Ada banyak faktor yang memengaruhi bagaimana suatu organ atau bagian tubuh berevolusi, dan lutut manusia adalah salah satu bagian yang paling rumit dalam tubuh kita.
Lutut terdiri dari berbagai komponen seperti tulang, otot, ligamen, dan tulang rawan yang bekerja bersama-sama. Kerumitan inilah yang membuat evolusi lutut tidak bisa disederhanakan.
Lebih dari itu, lutut manusia ternyata tidak sepenuhnya dipahami oleh para ilmuwan. Salah satu aspek yang masih menjadi misteri adalah adanya tulang sesamoid, yaitu tulang kecil yang tertanam di dalam tendon atau ligamen, seperti tempurung lutut. Contoh dari tulang sesamoid adalah fabella, yang berada di belakang lutut.
Meski tidak selalu ada pada semua manusia, fabella ditemukan pada sekitar 36,8% populasi manusia saat ini. Keberadaan tulang ini mungkin berperan dalam evolusi awal manusia yang beralih dari berjalan dengan empat kaki menjadi dua kaki, tetapi menariknya, orang yang memiliki fabella juga dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan osteoartritis.
Gaya Hidup Modern yang Mengancam Lutut
Lutut kita, dalam banyak hal, masih berevolusi untuk kehidupan yang lebih aktif, bukan untuk kehidupan modern yang lebih banyak duduk. Sebagai contoh, perubahan pola nutrisi global yang menyebabkan manusia menjadi lebih tinggi dan berat adalah hipotesis utama mengapa fabella lebih sering ditemukan dalam 100 tahun terakhir. Meningkatnya bobot tubuh memberikan tekanan tambahan pada lutut, memperparah masalah yang sudah ada.
Lutut, berbeda dengan gigi yang tidak dapat berubah setelah tumbuh, merupakan bagian tubuh yang "plastis" dan dapat beradaptasi tergantung pada penggunaan dan gaya hidup. Ini berarti, seiring berkurangnya aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari, lutut kita cenderung menjadi lebih lemah, tidak berevolusi menjadi lebih kuat.
Ketika lutut Anda terasa sakit saat berlari di treadmill atau ketika Anda duduk terlalu lama, ingatlah bahwa masalah ini bukan sekadar akibat dari kesalahan evolusi. Lutut manusia, seperti halnya bagian tubuh lainnya, berevolusi untuk mendukung kehidupan nenek moyang kita yang aktif dan dinamis.
Gaya hidup modern yang minim gerak, ditambah dengan peningkatan berat badan, mungkin menjadi alasan utama mengapa lutut kita tidak berkembang menjadi lebih kuat. Jadi, sambil merenungkan mengapa lutut kita terasa lelah, ingatlah bahwa evolusi tidak selalu berjalan ke arah kesempurnaan biomekanik.