Tanda-tanda Dispraksia, Penyebab Anak Kesulitan dalam Mengatur Gerakan Tubuhnya
Dispraksia dapat berdampak pada kemampuan koordinasi gerak anak, yang terlihat dari keseimbangan yang kurang baik serta keterlambatan dalam perkembangan bicara
Dispraksia adalah suatu kondisi medis yang berdampak pada koordinasi gerak tubuh. Anak-anak yang mengalami dispraksia sering kali tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas fisik seperti anak-anak seusianya, sehingga hal ini dapat menghambat perkembangan mereka dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda awal dispraksia agar dapat memberikan penanganan yang sesuai. Kondisi ini lebih umum terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Meskipun dispraksia tidak memengaruhi tingkat kecerdasan anak, kondisi ini dapat menimbulkan kesulitan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti keseimbangan, koordinasi, dan kemampuan motorik. Oleh karena itu, mengenali gejala dispraksia sejak dini sangatlah penting untuk memberikan intervensi yang tepat.
-
Apa masalah kesehatan mental yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk Indonesia? Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Sementara itu, diketahui juga bahwa lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
-
Mengapa mental health penting? Kesehatan mental sangat penting karena memengaruhi cara seseorang menangani stres, hubungan interpersonal, dan pengambilan keputusan. Pentingnya kesehatan mental tidak bisa diabaikan karena berdampak langsung pada kualitas hidup seseorang.
-
Kapan sebagian besar gangguan mental kronis dimulai? Hampir setengah gangguan mental kronis dimulai sebelum usia 14 tahun.
-
Apa yang dimaksud dengan kelelahan mental? Kelelahan mental, yang juga dikenal sebagai burnout adalah kondisi kelelahan fisik dan emosional kronis yang disebabkan oleh stres berkepanjangan, kelebihan kerja, atau ketidakseimbangan antara tanggung jawab dan sumber daya.
-
Siapa yang bisa mengalami masalah kesehatan mental? Kesehatan mental adalah keadaan psikologis dan emosional seseorang yang memungkinkannya untuk berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari.
-
Apa itu mental health? Mental health adalah istilah bahasa Inggris yang berarti kesehatan mental. Ini merujuk kepada kondisi kesehatan mental atau pikiran yang dimiliki seseorang. Layaknya fisik, kesehatan mental juga perlu dijaga untuk meningkatkan kualitas hidup.
Tanda-tanda dispraksia sering kali muncul pada usia dini, namun seringkali sulit untuk dideteksi karena setiap anak memiliki laju perkembangan yang berbeda. Beberapa gejala yang sering terlihat pada anak dengan dispraksia antara lain adalah kesulitan dalam menjaga keseimbangan dan keterlambatan dalam berbicara. Untuk itu, berikut adalah informasi lengkap mengenai gejala, diagnosis, penanganan, dan dukungan yang dapat diberikan oleh orang tua kepada anak yang mengalami dispraksia.
Tanda-tanda Dispraksia
Anak-anak yang mengalami dispraksia umumnya menghadapi masalah dalam keseimbangan serta keterlambatan dalam perkembangan motorik. Gejala-gejala ini terlihat dari kesulitan yang mereka alami saat mempelajari keterampilan baru, mengingat informasi, dan melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari, seperti makan, berpakaian, atau mengikat tali sepatu. Selain itu, anak-anak dengan dispraksia sering kali mengalami tantangan dalam menulis, menggambar, dan menggenggam objek kecil.
Tidak hanya aspek fisik, dispraksia juga berdampak pada kemampuan anak dalam memahami situasi sosial dan mengelola emosi mereka. Mereka mungkin akan kesulitan dalam mengatur waktu, merencanakan aktivitas, serta mengorganisir hal-hal yang berantakan. Pada bayi, gejala dispraksia dapat terlihat dari waktu yang dibutuhkan untuk duduk, merangkak, dan berjalan yang lebih lama dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Diagnosis dan Penanganan Dispraksia
Ketika orang tua merasa khawatir tentang kemungkinan adanya gejala dispraksia pada anak, langkah awal yang perlu diambil adalah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan evaluasi terhadap kondisi saraf anak untuk menentukan apakah gejala yang muncul berkaitan dengan dispraksia. Jika dispraksia terdiagnosis, dokter akan menyusun rencana penanganan yang bertujuan untuk membantu anak dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Salah satu metode yang umum digunakan adalah terapi okupasi, yang membantu anak melakukan kegiatan rutin seperti makan, mandi, dan menulis. Selain itu, terapi wicara juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak agar lebih jelas. Terapi motorik perseptual juga diberikan untuk memperbaiki kemampuan bahasa, visual, gerak, serta pemahaman anak terhadap lingkungan di sekitarnya.
- 5 Tanda Anak Mengalami Keterlambatan Bicara
- Kenali Disgrafia pada Anak, Alasan Dibalik Tulisan Anak Jarang Rapi Serta Penanganan yang Perlu Dilakukan
- Seputar Deklesia, Gangguan Belajar pada Anak hingga Remaja yang Wajib Diketahui
- Mengapa Sindiran ke Anak Bisa Jadi Kesalahan Parenting yang Berdampak Buruk bagi Perkembangan
Peran Orangtua dalam Membantu Anak yang Mengalami Dispraksia
Orang tua memiliki peran yang sangat krusial dalam membantu anak menghadapi tantangan yang disebabkan oleh dispraksia. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk mendukung anak mereka, salah satunya adalah dengan mengajak anak melakukan olahraga ringan yang dapat meningkatkan koordinasi gerakan. Aktivitas fisik seperti berjalan, berlari, atau bermain bola berpotensi meningkatkan keseimbangan dan koordinasi anak secara signifikan. Selain itu, orang tua juga bisa mengajak anak bermain puzzle, yang dapat membantu mengasah kemampuan visual dan pemahaman mereka.
Melatih anak untuk menulis atau menggambar dengan alat tulis, serta melakukan permainan lempar bola, juga merupakan kegiatan yang bermanfaat dalam meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan. Dukungan yang konsisten dan penuh kasih sayang dari orang tua sangat diperlukan agar anak dapat mengatasi dispraksia dengan lebih baik. Dengan pendekatan yang tepat, anak dapat merasa lebih percaya diri dan mampu mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk terlibat aktif dalam proses perkembangan anak mereka.
Faktor Risiko Dispraksia
Dispraksia merupakan kondisi yang terjadi akibat gangguan pada saraf dan bagian otak yang bertanggung jawab atas koordinasi gerak tubuh. Meskipun penyebab pasti dari dispraksia belum sepenuhnya dipahami, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi ini pada anak, seperti kelahiran prematur, berat badan lahir yang rendah, adanya riwayat dispraksia dalam keluarga, serta konsumsi alkohol oleh ibu selama masa kehamilan.
Menurut penelitian, anak-anak yang lahir sebelum waktunya atau dengan berat badan lahir yang di bawah rata-rata memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami dispraksia. Selain itu, adanya riwayat dispraksia dalam keluarga juga dapat menjadi faktor risiko yang penting. Oleh karena itu, orang tua perlu waspada terhadap tanda-tanda awal dispraksia dan sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter jika mereka mencurigai adanya gejala pada anak.
Apakah dispraksia berdampak pada kecerdasan anak?
Dispraksia tidak berdampak pada tingkat kecerdasan anak. Meskipun anak dengan dispraksia mungkin mengalami kesulitan dalam koordinasi motorik, hal ini tidak berarti bahwa kemampuan intelektual mereka terpengaruh.
Tanda-tanda dispraksia umumnya muncul pada usia dini
Tanda-tanda dispraksia biasanya sudah mulai terlihat pada usia yang sangat muda, namun sering kali sulit untuk diidentifikasi. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan dalam koordinasi motorik, yang mungkin tidak segera disadari oleh orang tua atau pengasuh.