3 Fakta Ono Niha, Leluhur Orang Nias yang Datang dari Negeri China
Berdasarkan cerita-cerita lisan yang berkembang, banyak sumber yang menceritakan asal-usul Suku Nias. Salah satunya adalah cerita soal leluhur orang Nias yang datang dari dataran Cina bagian selatan. Mereka disebut dengan julukan Ono Niha.
Pulau Nias memiliki populasi penduduk hampir sebanyak 1.000.000 jiwa. Mereka terdiri dari beragam etnis. Salah satunya tentu Suku Nias sendiri.
Berdasarkan cerita-cerita lisan yang berkembang, banyak sumber yang menceritakan asal-usul Suku Nias. Salah satunya adalah cerita soal leluhur orang Nias yang datang dari dataran Cina bagian selatan.
-
Kapan keberadaan Suku Kalang tercatat dalam sejarah? Meski dikucilkan, keberadaan Suku Kalang dicatat dalam kitab paling luhur era Kerajaan Majapahit, yakni Kitab Negarakertagama.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Siapa saja yang dibebani dengan pajak di Sumut? Pajak adalah pembayaran wajib yang harus dibayarkan oleh individu atau badan usaha kepada pemerintah sesuai dengan undang-undang.
Mereka disebut dengan julukan Ono Niha. Dikutip dari Neliti.com, mereka bermigrasi dari wilayah Yunan secara bergelombang mulai sekitar 3.500 tahun sebelum masehi hingga awal-awal masehi.
Lalu seperti apa kisahnya hingga mereka bertahan hidup di Pulau Nias hingga beranak-pinak menghasilkan keturunan hingga sekarang? Berikut selengkapnya:
Kedatangan Orang-orang Cina di Nias
©Wikipedia.org
Orang-Orang Cina diperkirakan tiba di Nias melalui Pelabuhan Singkuang. Mereka kemudian bergerak ke arah barat dan sampai di wilayah Lahusa dan Gomo. Maka tak heran, hingga 500 tahun yang lalu, pusat peradaban orang-orang Nias masih berada di tepi Sungai Susua dan Gomo.
Kedatangan orang-orang Cina inilah yang kemudian mendesak kehidupan suku-suku sebelumnya di Nias. Lama-kelamaan, suku-suku ini menjadi punah. Banyak hal yang menyebabkan suku-suku ini punah seperti hukum rimba, sumber daya alam yang menipis.
Mata Pencaharian
©Wikipedia.org
Saat tiba di Nias, para Ono Niha sudah mengenal cara bercocok tanam dan memproduksi makanan. Mereka juga sudah tinggal menetap. Banyaknya waktu luang juga mendorong mereka untuk memikirkan dan membayangkan hal-hal yang abstrak. Hal-hal abstrak itu diwujudkan salah satunya dalam bentuk keindahan.
Ekspresi keindahan itu dapat dilihat dari manik-manik di pakaian orang nias dan gelang yang dipakai di bagian lengan dan kaki. Dilihat dari periodenya, masa ini disebut zaman neolitikum yang ditandai dengan kemampuan memproduksi makanan dan benda-benda kebudayaan seperti tembikar, kapak batu, patung, dan lain sebagainya.
Atas dasar itu pula kelompok dari Yunan ini memproklamasikan diri sebagai kelompok pertama yang telah meletakkan dasar-dasar kebudayaan sebagaimana yang diekspresikan orang nias saat ini.
Proses Pembentukan Marga
©Wikipedia.org
Dalam periode selanjutnya, tak ada suku lain di Nias selain Ono Niha ini. Mereka kemudian beranjak dari tempat tinggal leluhur di sepanjang Sungai Gomo dan mencari daerah yang baru.
Sejak persebaran itu, marga-marga di Nias mulai terbentuk. Bersamaan dengan itu pula muncul bibit-bibit persaingan di antara mereka. Suasana seperti itu tetap dirasakan hingga sekarang.
Setiap marga berusaha menampilkan diri sebagai yang paling unggul. Maka dari itu muncul berbagai tradisi seperti tradisi Owasa dan Mangani Binu. Harga diri seseorang ditentukan oleh berapa jumlah kepala babi dan kepala manusia yang berhasil dipenggal.
(mdk/shr)