Lebih Dekat dengan Tari Magunatip, Tarian "Jebakan" Asli Suku Dayak Kenyah Kalimantan Utara
Tarian ini mulanya berangkat dari tradisi perang antar suku dan kebiasaan berburu. Masyarakat Dayak Kenyah menganggap suci setiap pertunjukkannya.
Tari Magunatip jadi salah satu warisan budaya khas masyarakat Suku Dayak Kenyah yang tinggal di Kalimantan Utara. Seni yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan ini rupanya jadi tarian “jebakan” yang masih dilestarikan sampai sekarang.
Dalam setiap penampilan, kesenian ini dimainkan oleh sekitar 10 sampai 12 orang. Seluruh pemainnya mengenakan pakaian khas Suku Dayak Kalimantan, yakni King Baba untuk laki-laki dan King Bibinge untuk perempuan.
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan? Sisa-sisa kuno bagian bumi yang telah lama hilang ditemukan di Kalimantan. Penemuan lempeng Bumi yang diyakini berusia 120 juta tahun.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
-
Apa yang ditemukan di Kalimantan Utara? Lempeng tektonik berumur 120 juta tahun dengan ukuran seperempat dari Samudera Pasifik terungkap berada di Kalimantan Utara setelah sebagian besar bagian kerak Bumi masuk ke dalam lapisan dalam Bumi.
-
Kapan Pekan Gawai Dayak digelar? Perempuan Suku Dayak berbalut busana adat itu salah satunya saat acara Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-37 Kalimantan Barat yang digelar di Rumah Radakng, Pontianak, Sabtu (20/5). Pekan Gawai Dayak akan digelar selama empat hari hingga Selasa, 23 Mei 2023.
-
Di mana letak situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Situs tersebut berada di tengah pemukiman penduduk dan hanya berjarak 300 meter dari tepi Sungai Pawan.
-
Kapan Hari Tapir Sedunia diperingati? Tahukah Anda, tanggal 27 April diperingati sebagai Hari Tapir Sedunia? Ya, sejak tahun 2008 lalu, setiap tanggal 27 April menjadi momentum peringatan tersebut.
Dibutuhkan kelincahan gerakan kaki dan tubuh untuk memainkannya. Semakin seru dengan adanya beberapa batang bambu yang digerakan dengan cepat secara bergantian, oleh beberapa pemain yang tidak menari.
Sepanjang penampilannya, iringan musik tradisional khas Kalimantan serupa dengan gamelan Banjar bertempo cepat menjadi ciri khasnya.
Tarian Sering Ditampilkan saat Menyambut Tamu
Di era sekarang, tarian ini masih dilestarikan sebagai bagian dari hiburan masyarakat. Tetua adat akan mempertunjukan ini, di acara-acara tradisional seperti hajat desa, pernikahan sampai penyambutan tamu agung.
Suku Dayak Kenyah masih satu rumpun dengan Rumpun Apokayan yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, Baram, Belaga, Serawak, Malaysia. Kemudian, kehadirannya menyebar hingga sampai ke wilayah Sungai Mahakam dan mendirikan pemukiman di wilayah Kalimantan Utara.
Mengutip Indonesia.go.id, warga sekitar juga mengenal tarian ini dengan nama lain yakni Tari Bambang, Tari Latautik, hingga Tari Lalatip.
- Kenalan dengan Suku Dayak Tomun dari Lamandau Kalteng, Punya Tarian Ritual Kematian
- Uniknya Kesenian Tari Gantar dari Kalimantan Timur, Bentuk Sukacita Masa Tanam Padi
- Mengenal Tarian Rentak Kudo, Kesenian Tradisional Kolosal Khas Suku Kerinci
- Mengenal Tari Topeng Kemindu, Jejak Akulturasi Jawa di Kesultanan Kutai
Awalnya untuk Upacara Adat
Bagi masyarakat sekitar, merayakan rasa syukur adalah hal yang wajib. Mereka menyampaikannya melalui beberapa medium, salah satunya tarian ini.
Dahulu, tarian ditampilkan saat upacara adat. Para penari diiringi dengan pembacaan mantra hingga pendampingan dari kepala adat.
Mayoritas warga yang berprofesi sebagai petani juga kerap melangsungkan tarian ini untuk mengharapkan keberkahan panen, maupun kelancaran masa tanam berikutnya.
Jadi Tarian “Jebakan”
Mengutip budaya-indonesia.org, dalam bahasa Dayak, Magunatip artinya adalah tarian jebakan. Jebakan yang dimaksud pun bukan untuk bernada negatif, melainkan untuk ketangkasan pribadi sang pelaku tari.
Jebakan adalah istilah yang merujuk akan batang-batang bambu yang digerakan, sesuai irama musik. Jika lengah atau kurang konsentrasi, bisa-bisa kaki dari sang penari terjebak atau terjepit bilah-bilah bambu digerakan.
Semakin unik ketika penari melakukan aksinya sembari menutup mata, sehingga penonton akan berteriak saat pemain menggerakan-gerakan kaki.
Bermula dari Perang Antar Suku
Mengutip Wikipedia, di masa lalu konflik antar suku kerap terjadi, dan masyarakat Suku Dayak termasuk Kenyah mewajibkan pemuda dan pemudinya memiliki kemampuan berperang.
Dengan melatih diri menari secara aktif di atas bilah bambu yang digerakkan bergantian, akan membantu para pemuda di sana memenangkan pertarungan bersama musuh.
Seiring berjalannya waktu, latihan perang yang dulunya bersifat praktis ini bertransformasi menjadi bentuk seni. Tarian ini kemudian menjadi salah satu identitas seni dari Suku Dayak Kenyah sekitar pertengahan abad ke-18.
Erat dengan Tradisi Berburu
Selain untuk melatih fisik dan refleks dalam mengantisipasi serangan musuh, tarian ini rupanya juga erat kaitannya dengan tradisi berburu oleh warga Dayak Kenyah.
Dengan melatih kelincahan diri, warga setempat bisa mengantisipasi larinya hewan buruan. Mereka bisa mengejar dan menangkapnya kembali.
Mengutip Good News From Indonesia, tarian ini menyimbolkan gerakan penuh energi dari warga Dayak Kenyah dalam melakukan perburuan.