Masyumi Partai Politik Bercorak Islam Era Demokrasi Liberal di Indonesia, Pernah Unggul dari Partai NU
Berawal dari organisasi Islam yang berada di bawah pengawasan pemerintah Jepang lalu berubah menjadi partai politik Islam masa Pemerintahan Soekarno.
Era sebelum kemerdekaan banyak peristiwa sejarah yang terjadi sampai terbentuknya beberapa organisasi pergerakan nasional. Masa pendudukan Jepang, telah dibentuk sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengontrol dan mengendalikan masyarakat di Nusantara.
Organisasi ini kemudian diberi nama Masyumi yang dirancang pada tahun 1943 yang kemudian berubah identitasnya menjadi partai politik pada tanggal 7 November 1945 atau pasca kemerdekaan. Dalam dunia politik, Masyumi hanya perlu 1 tahun saja untuk menjadi partai terbesar di Indonesia saat itu.
-
Bagaimana Pemilu 1955 menunjukkan beragam representasi politik di Indonesia? Hasil pemilu ini juga menunjukkan beragamnya representasi politik di Indonesia pada saat itu, dengan partai-partai kecil juga mampu memperoleh kursi di Konstituante.
-
Kenapa Pemilu 1955 penting dalam sejarah politik Indonesia? Pemilu 1955 sangat berpengaruh dalam sejarah politik Indonesia karena merupakan pemilu pertama setelah 6 tahun perang kemerdekaan.
-
Siapa saja partai politik yang dominan dalam hasil Pemilu 1955? Hasil dari Pemilu 1955 di Indonesia menunjukkan bahwa partai-partai nasionalis dan Islamis mendominasi perolehan suara. Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Soekarno menjadi pemenang dengan memperoleh jumlah kursi terbanyak di DPR. Sementara itu, Partai Masyumi juga berhasil meraih perolehan suara yang signifikan.
-
Partai apa saja yang memenangkan Pemilu 1955 di Indonesia? 4 partai pemenang pemilu 1955 adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
-
Siapa yang memimpin saat persiapan Pemilu 1955? Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo.
-
Apa tujuan utama Pemilu 1955? Pelaksanaan Pemilu 1955 bertujuan untuk dua hal. Pertama tujuan Pemilu 1955 adalah untuk memilih anggota DPR. Tujuan Pemilu 1955 kedua adalah untuk memilih anggota Konstituante.
Masyumi tidak jauh berbeda dengan Nahdlatul Ulama dan juga Muhammadiyah, namun beberapa kadernya ada yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat dan terpilih menjadi Perdana Menteri, sebut saja Muhammad Natsir dan Burhanuddin Harahap.
Seperti apa sejarah dan kiprah Masyumi di dunia politik Indonesia masa Demokrasi Liberal? Simak informasinya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Membantu Jepang
Dalam sejarahnya, Masyumi dibentuk sebagai pengakuan Jepang terhadap eksistensi Islam dan kaum Muslim sekaligus menjadi 'Alat' untuk membantu Jepang dalam kepentingan Asia Timur Raya. Beberapa versi juga menyebut jika organisasi ini ditujukan untuk mengendalikan umat Islam di Indonesia.
Pada masa awal berdirinya Masyumi memang belum menjadi sebuah partai politik namun termasuk salah satu perkumpulan yang diizinkan pada masa itu. Nahdlatul Ulama sangat berperan penting dalam pembentukan Masyumi. Tokoh NU, KH Hasyim Asy'arie terpilih menjadi pemimpin tertinggi.
Saat Kongres Umat Islam Indonesia yang berlangsung di Yogyakarta menjadi titik balik dalam upaya mempersatukan umat Islam ke dalam konsep partai politik. Beberapa tokoh besar seperti H. Agus Salim, Abdul Wahid Hasyim, hingga Mohammad Roem merencakan pembentukan partai politik Islam dan Masyumi disepakati sebagai nama partainya.
- Sosok Eks Kondektur dan Sopir Angkot Ini Kariernya Enggak Main-main, Calon Menteri Prabowo & Ketum Partai
- Demokrat Usung Mantan Panglima GAM Muzakir Manaf di Pilgub Aceh
- Partai Koalisi Prabowo Mulai Bicara Jatah Menteri, Demokrat: Tidak Ada Dusta Antara Kami
- Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Organisasi Massa Islam Golongan Kaum Tua di Tanah Minang
Melawan Penjajah
Dibentuknya Partai Masyumi pada kongres yang berlangsung pada 7-8 November 1945 ini menjadi satu-satunya partai politik bercorak agama Islam. Maklumat lainnya adalah untuk berjihad fi sabilillah melawan penjajahan serta memperkuat daerah NKRI melalui barisan Sabilillah.
Dikutip dari esi kemdikbud.go.id, kongres ini juga memutuskan pemberian mandat kepengurusan MASYUMI kepada Dr. Soekiman sebagai Ketua, Abikusno dan Wali Al Fatah sebagai Wakil Ketua.
Sebagai mesin politik umat Islam, Masyumi menyatakan untuk melenyapkan kolonialisme dan imperialisme yang penuh kebuasan, kekejaman, dan juga kepalsuan. Masyumi juga menjadi jembatan untuk menyebarkan ajaran dan ilmu-ilmu Islam agar terbentuknya masyarakat Indonesia yang ridha.
Duduki Kursi DPR
Tak perlu waktu lama bagi Masyumi dipandang sebagai partai politik besar di Indonesia. Di era kabinet Natsir, kader-kader Masyumi sudah menduduki jabatan di Dewan Perwakilan Rakyat.
Partai lainnya yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) yang merupakan partai terbesar kedua yang ada di Parlemen pun digadang-gadang akan menjadi koalisi politik dengan Masyumi. Namun, Natsir mencoba untuk mengubah format tersebut dengan menaruh kader-kader Masyumi sebagai inti, ditambah dengan perwakilan non-partai serta anggota dari partai kecil dan PNI pun diabaikan.
Dalam kabinet tersebut, banyak kader-kader Masyumi yang menjabat sebagai Perdana Menteri seperti Menteri Luar Negeri, Menteri Keuangan, serta Menteri Agama.
Curi Perhatian saat Pemilu 1955
Dalam penghitungan suara Pemilihan Umum Legislatif Indonesia tahun 1955, Masyumi mencuri perhatian publik setelah meraih hasil suara yang cukup tinggi. Bahkan partai ini menjadi partai Islam terkuat dengan menguasai 20,92 persen suara dan menang di 10 dari 15 daerah pemilihan.
Pemilu 1955 menempatkan Masyumi di posisi kedua setelah PNI. Masyumi sempat unggul berturut-turut dari Nahdlatul Ulama, Partai Komunis Indonesia, serta Partai Syarikat Islam Indonesia.
Dilansir dari kesbangpol.kapuashulukab.go.id, Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) mendapat 57 kursi usai menguasai 20,92 persen suara. Sedangkan partai NU memperoleh 18,41 persen suara dan mendapat 45 kursi.
Lima tahun setelah berjaya di panggung politik, Masyumi harus dibubarkan karena terlibat dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) untuk melawan sistem pemerintahan Orde Lama. Beberapa tokoh besar Masyumi terlibat langsung dalam PRRI di Padang.