Mencicipi Pohul-Pohul, Kudapan Khas Batak Tapanuli yang Sarat Makna
Makanan ringan dari Batak ini selain disajikan dan menjadi buah tangan dalam kunjungan adat, juga mengandung sarat makna yang mendalam.
Setiap titik daerah di Indonesia memiliki ragam jenis kuliner yang menarik dan unik. Bagi para wisatawan, mencicipi kuliner khas daerah yang sedang dikunjungi adalah sebuah keharusan yang tidak boleh terlewatkan.
Selain makanan berat, ragam jenis makanan ringan atau kudapan juga menjadi incaran para wisatawan untuk datang. Berbicara Suku Batak, tidak hanya dikenal dengan budayanya yang masih terus diwariskan turun-temurun, melainkan juga makanan khasnya.
-
Di mana resep makanan tradisional Indonesia ini ditemukan? Melansir dari berbagai sumber, Selasa (5/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
-
Apa jenis tarian yang menjadi bagian dari budaya tradisional di Lampung? Provinsi Lampung memiliki ragam seni dan budaya yang menarik untuk diulas lebih dalam. Salah satu seni dan budaya dalam bidang tari bernama Tari Selapanan.
-
Apa saja jenis makanan yang ditukar dalam tradisi Tukar Takjil? Adapun jenis makanan takjil yang dibawa pulang seperti pempek ikan, pempek panggang, jongkong, mi, lontong, kue bolu, brownies, pastel, agar-agar, rujak mi, kolak ubi, kolak pisang, tekwan ikan, ketan putih, dan jenis makanan lezat lainnya.
-
Bagaimana cara pelaksanaan tradisi Tukar Takjil di Sumatera Selatan? Melansir dari Liputan6.com, dalam tradisi ini, masyarakat memulai dengan keliling kampung dari rumah ke rumah untuk saling bertukar takjil. Biasanya, mereka sudah menyiapkan 30 buah takjil dari rumah dengan ragam jenis makanan.
-
Kenapa makanan tradisional Jawa Timur populer? Dengan begitu, pengalaman Anda berkunjung ke berbagai kota di Jawa Timur akan lebih lengkap dan seru.
Kue Pohul-Pohul merupakan kudapan tradisional khas Batak Tapanuli, Sumatra Utara. Sering kali kue ini dijadikan buah tangan dalam kunjungan adat. Salah satunya saat membahas rencana pernikahan antar keluarga.
Asal-usul Kue Pohul
Dikutip dari berbagai sumber, pada zaman dahulu kue tersebut kerap sekali disajikan dalam acara Batak bernama Marhusip. Acara tersebut merupakan sebuah musyawarah adat dalam rangka mempersiapkan pernikahan. Dalam musyawarah tersebut akan dihadiri raja adat dari pihak perempuan dan pihak laki-laki untuk mencapai kesepakatan adat pernikahan.
Dalam musyawarah Marhusip kerap sekali menemukan perdebatan atau diskusi yang panjang hingga terjadi keributan. Hal ini sangat dianggap serius bagi setiap keluarga yang ingin menikah karena harus sesuai dengan norma maupun adat yang berlaku.
Nah, Kue Pohul-Pohul ini akan dijadikan salah satu buah tangan dalam acara Marhusip. Dalam Bahasa Mandailing, kue ini diambil dari kata “Itak” yang berarti kue dan Pohul yang artinya genggaman atau kepalan tangan. Makanan ini cukup populer di tanah Batak dan tersebar di beberapa daerah seperti Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, dan Padang Sidempuan.
Makanan Ringan Sarat Makna
Meski dari penampilannya kue ini memang seperti bentuk gumpalan yang dibentuk oleh tangan manusia, tetapi dibalik itu semua terdapat makna mendalam. Dalam pembuatannya, melalui proses dengan cara digenggam hingga menghasilkan tekstur yang keras dan tidak mudah hancur.
- Mencicipi Juhu Singkah, Makanan Berkuah Kuning Khas Kalimantan Tengah yang Terbuat dari Rotan
- Mencicipi Ikan Kapal Burak, Kuliner Bahari Khas Brebes yang Pantang Dilewatkan
- Mencicipi Umbut Rotan, Makanan Tradisional Warisan Nenek Moyang Suku Dayak Kalimantan
- Mencicipi Burayot, Kudapan Tradisional Khas Garut yang Terbuat dari Tepung Beras
Proses inilah yang mengandung makna dan simbol jika segala perdebatan dalam Marhusip semata-mata dilakukan untuk mencapai kesepakatan atau keputusan yang kuat. Keadaan Marhusip diibaratkan seperti tukang kayu yang sedang mengerjakan dinding lalu menimbulkan suara gaduh dan ribut untuk menghasilkan dinding yang kokoh dan kuat.
Selain itu, proses pengepalan Pohul-Pohul ini disimbolkan sebagai Hatihasilima atau lima waktu penting dalam budaya Batak yaitu poltak mata niar (matahari terbit), pangului (pagi hari), hos ari (tengah hari), giling ari (jelang sore), dan bot ari (matahari terbenam).
Genggaman tangan yang tercetak dalam Pohul-Pohul ini turut menjadi simbol keputusan yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak keluarga dalam musyawarah Marhusip.
Bahan-Bahannya Sederhana
Itak Pohul-Pohul terbuat dari bahan utama tepung beras, kelapa parut, gula aren, dan garam. Kue ini menghasilkan cita rasa manis dan gurih di setiap gigitannya. Lebih dari itu, bahan-bahan yang tercampur di kue ini mengandung makna masing-masing.
Tepung beras dilambangkan si pembuat dan pengantarnya memiliki hati dan niat yang bersih. Parutan kelapanya diartikan sebagai manfaat yang diharapkan dapat diberikan oleh setiap orang. Rasa manis dari gula aren ini dianggap sebagai hubungan kekerabatan dan persaudaraan.