Mengenal Elang Flores, Hewan Endemik Kepulauan NTT yang Kini Terancam Punah
Hewan dengan nama latin Nisaetus Floris ini memiliki ukuran fisik yang besar hingga 71-82 centimeter.
Hewan dengan nama latin Nisaetus Floris ini memiliki ukuran fisik yang besar hingga 71-82 centimeter.
Mengenal Elang Flores, Hewan Endemik Kepulauan NTT yang Kini Terancam Punah
Elang Flores merupakan salah satu hewan endemik yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Burung jenis ini tidak ditemukan di tempat lain.
Hewan dengan nama latin Nisaetus Floris ini memiliki ukuran fisik yang besar hingga 71-82 centimeter. Persebaran populasi burung ini meliputi Pulau Flores, Lombok, Sumbawa, Pulau Satonda, dan Pulau Rinca.
-
Apa jenis elang terbesar di Indonesia? Salah satu jenis elang terbesar di dunia ini ternyata memiliki saudara di Papua. Ada dua jenis elang harpy yakni jenis American dan The Papuan di Papua. Perbedaan keduanya ada pada bulu di kepalanya. The Papuan memiliki bulu lebih lebar dibandingkan The American.
-
Bagaimana nenek moyang kita bisa sampai di Flores? Botha menunjuk pada pernyataan yang dibuat oleh banyak ahli lain bahwa Homo erectus mungkin secara tidak sengaja berakhir di Flores setelah dibawa ke laut dengan "rakit alami" yang terbuat dari tanaman lokal.
-
Bagaimana Elang Jawa menangkap mangsanya? Elang Jawa merupakan pemangsa yang tangguh dan berburu berbagai jenis mangsa, termasuk burung, mamalia kecil, dan reptil. Mereka biasanya berburu dengan cara menyergap atau melayang-layang di udara.
-
Siapa yang membentuk pasukan Estri Ladrang Mangungkung? Pasukan Estri (perempuan) Ladrang Mangungkung dibentuk Pangeran Sambernyawa pada 1742 di Kartasura.
-
Siapa Entong Tolo? Entong Tolo, yang dikenal sebagai bandit dari Bekasi, aktif dalam dunia kejahatan selama kurang lebih empat tahun mulai dari tahun 1904-1908,” tulis narasi di Indonesia.go.id.
-
Kapan Elang Ekor Putih mencuri hasil tangkapan? Elang ekor putih aktif dalam mencari makanan, kadang-kadang mencuri hasil tangkapan dari elang lain.
Dikutip dari Indonesia.go.id, Elang Flores dapat dijumpai di kawasan hutan dataran rendah yang memiliki ketinggian hingga 1.000 mdpl. Di antara tempat habitat Elang Flores adalah kawasan Hutan Mbeliling dan Taman Nasional Kelimutu.
Secara fisik, bentuk Elang Flores tidak jauh berbeda dengan Elang Brontok dengan bulu putih di kepala sampai leher dan warna cokelat dengan garis putih di ujung sayapnya.
Salah satu eksotisme burung ini adalah saat ia memperlihatkan mahkota di atas kepalanya waktu bertengger di atas pohon.
Masyarakat Flores sendiri menamai burung itu dengan sebutan Ntangis. Mereka menganggap bahwa Elang Flores sebagai toem atau empo, leluhur manusia, tidak boleh disiksa, dibunuh, apalagi ditangkap.
Terancam Punah
Namun kini hewan endemik Indonesia itu populasinya terancam akibat ulah perburuan yang tinggi. Menurut data Badan Konservasi Dunia IUCN, populasi Elang Flores kini diperkirakan hanya tinggal 100 hingga 240 individu dewasa.
Sementara itu data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Ende, pada April 2019 populasi Elang Flores di kawasan Taman Nasional Kelimutu hanya tersisa 10 ekor.
Ahli Biologi Reptor asal Amerika Serikat, Kara Beer, datang langsung ke Desa Kaowa, Kecamatan Lambitu, Kabupaten Bima, untuk melihat sendiri habitat Elang Flores di sana. Ia mengatakan bahwa salah satu penyebab makin berkurangnya Elang Flores adalah habitat mereka yang rusak.
“Sebagai spesies yang sangat sensitif, mereka tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan drastis pada lanskap tempat mereka hidup,” kata Kara dikutip dari Rri.co.id.
- Daftar Hewan Huruf D Lengkap dengan Karakteristiknya, Tambah Wawasan Fauna Anak
- Ilmuwan Temukan Hewan Misterius yang Sudah Punah dari Lukisan Gua 400 Tahun Lalu, Bentuknya Panjang dan Punya Taring
- Contoh Hewan Australis yang Ada di Indonesia, Kenali Ciri-cirinya
- Ilmuwan Temukan Spesies Baru Hewan Laut Purba Berusia 500 Juta Tahun, Bentuknya Mirip Ulat dengan Duri di Sekujur Tubuhnya
Kara mengatakan, telah banyak wilayah hutan yang kini berubah menjadi lahan pertanian. Menurutnya, penting untuk melindungi habitat hutan tambahan dan memulihkan lahan yang hilang agar habitat Elang Flores dapat tercipta kembali.
Sementara itu Pemerhati Reptor dari Sindikat Bima, Abdul Azis, mengatakan bahwa ia bersama rekannya telah lama mencoba untuk melindungi habitat Elang Flores yang masih tersisa saat ini.
“Kami hanya bisa mengelus dada. Tidak punya kuasa untuk menghentikannya. Harapan kami adalah para pihak pemegang kebijakan dapat melihat secara realistis kondisi saat ini. Karena ancaman kerusakan lingkungan sudah di ujung mata,” ujarnya.