Mengenal Marsiadapari, Tradisi Gotong Royong Khas Orang Batak
Masyarakat Batak di Tanah Karo yang mempunyai tradisi gotong royongnya sendiri yaitu Marsiadapari. Dalam Bahasa Batak, kata Marsiadapari berasal dari mar-sialap-ari yang berarti kita berikan dulu tenaga dan bantuan kita kepada orang lain, baru kemudian meminta dia membantu kita.
Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang gemar bergotong royong. Hampir di setiap suku yang ada di Indonesia memiliki tradisi yang selaras dengan karakter gotong royong di dalam kehidupan masyarakat.
Begitu juga dengan masyarakat Batak di Tanah Karo yang mempunyai tradisi gotong royongnya sendiri yaitu Marsiadapari. Dalam Bahasa Batak, kata Marsiadapari berasal dari mar-sialap-ari yang berarti kita berikan dulu tenaga dan bantuan kita kepada orang lain, baru kemudian meminta dia membantu kita.
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
-
Bagaimana tradisi upah-upah dilakukan? Tradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
-
Mengapa tradisi Kupatan Jolosutro disebut unik? Kupatan Jolosutro adalah tradisi yang unik, dilihat dari asal-usul dan makna yang terkandung di dalamnya.
-
Apa itu Tradisi Saptonan? Tradisi ini memiliki atraksi yang serupa ala koboi di Amerika, dengan nuansa kearifan lokal Sunda yang kental.Penunggangnya akan memacu kuda agar berlari cepat menuju garis yang ditentukan. Bukan senapan yang digunakan, melainkan tombak panjang yang kemudian akan dilemparkan ke titik tertentu. Saat pengguna kuda berhasil menombak dengan tepat sasaran, seketika para penontong langsung bersorak.
-
Apa itu tradisi upah-upah? Upah-upah merupakan tradisi yang berasal dari Rantau Prapat, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatra Utara.
-
Kapan Tradisi Mantu Kucing dimulai? Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
Perlu diketahui bahwa prinsip gotong royong di dalam masyarakat Batak sudah menjadi salah satu hukum kehidupan. Dalam prinsip gotong royong masyarakat Batak pastinya memiliki pesan dan makna kehidupan yang mendalam. Mari mengenal sedikit tentang tradisi Marsiadapari di Batak.
Pelaksanaan Marsiadapari
Melansir dari laman Kemenkopmk, gotong royong ala orang Batak tidak hanya berkaitan saat kegiatan bertani (Mangula) di ladang saja. Tetapi prinsip ini juga diterapkan dalam semua bidang kegiatan orang Batak. Seperti mendirikan rumah (Pajongjong Jabu), kemalangan, pesta dan kegiatan lainnya yang melibatkan banyak orang.
Prinsip dari Marsiadapari adalah gotong royong yang dilakukan oleh beberapa orang secara serentak (rimpa atau rumpa) di ladang masing-masing secara bergiliran, agar pekerjaan berat bisa diselesaikan secara bersama-sama.
Dalam Marsiadapari, juga diajarkan untuk bertoleransi dalam kelas sosial. Kegiatan gotong royong ini tidak memandang kelas yang sedang dibantu atau pun yang membantu. Miskin atau kaya, kuat atau lemah, semua saling membantu untuk meringankan pekerjaan anggota kumpulannya.
Dengan sistem seperti ini masyarakat akan membantu yang kesusahan dengan sangat senang hati. Semua dikerjakan bersama-sama tanpa adanya batas kelas sosial maupun ekonomi. Yang berat terasa ringan, semua senang dan bersemangat memberikan bantuan.
Dilakukan Penuh Tanggungjawab
Keunikan lain dari Marsiadapari ini adalah setiap masyarakat yang membantu menganggap pekerjaan itu menjadi tanggung jawab sepenuhnya. Dengan penuh kesungguhan, maka pekerjaan bisa selesai dengan efisien dan maksimal.
Namun seiring dengan berjalannya zaman, kegiatan gotong royong ini sudah tidak seramai dahulu. Sebab, banyak petani ladang yang sudah menggunakan alat-alat modern dan sudah tidak dilakukan dalam berbagai aktivitas yang membutuhkan bantuan orang banyak.
Marsiadapari memberikan pelajaran penting bagi kaum milenial saat ini bahwa pentingnya saling membantu terhadap sesama. Tentu saja mereka kelak yang akan melanjutkan Marsiadapari ini.
Dalam tradisi Batak, tidak hanya mengenal Marsiadapari saja. Tetapi ada bentuk lain dari sistem gotong royong ini yaitu Manumpahi atau memberi bantuan baik berupa uang atau besar (Si Pir Ni Tondi). Meski si penerima bantuan menganggap sebagai utang, tetapi tidak seterusnya si pemberi akan menganggap itu sebagai piutang atau Singir.
Dalam kumpulan marga, Marsiadapari juga muncul jika salah satu sanak keluarga yang sedang kesusahan atau membutuhkan bantuan maka otomatis rasa membantu atau gotong royong itu muncul.